Sukhoi jatuh bukan karena cuaca buruk
Berita Indonesia cepat, aktual, serius, unik, dan baru: Radar BMKG menunjukkan cuaca di Gunung Salak normal saat pesawat jatuh pada Rabu kemarin.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat. Hingga saat ini, spekulasi seputar penyebab jatuhnya pesawat masih terus bermunculan. Salah satunya adalah faktor cuaca.
Kabut tebal yang kerap muncul di gunung itu diduga menjadi salah satu penyebab pesawat mengalami kecelakaan. Namun, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat pesawat jatuh, Rabu (9/5), kondisi cuaca di kawasan Gunung Salak cukup bersahabat.
"Saat kejadian, tidak ada faktor cuaca yang cukup menonjol. Cuaca tergolong normal," kata petugas prakiraan cuaca BMKG, Fadli, saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (11/5).
Menurut dia, laporan kondisi cuaca itu diperoleh pihaknya dari hasil pantauan cuaca radar BMKG yang berada di sejumlah titik di dekat kawasan Gunung Salak.
"Kita juga ada radar pemantau di beberapa tempat, salah satunya di Lanud Atang Sanjaya. Berdasarkan laporan, tidak ada cuaca ekstrem," kata dia.
Karena itu, dia mengatakan, faktor cuaca bukan alasan penyebab jatuhnya pesawat canggih itu.
"Waktu jatuh, tidak ada awan yang ekstrem atau petir, cuaca cukup baik tidak terlalu ekstrem. Memang banyak awan tapi bukan awan yang menimbulkan petir atau guntur," kata dia.
Informasi tersebut, menjadi salah satu masukan yang dapat menjadi pertimbangan, bahwa faktor cuaca bukan faktor utama yang mengakibatkan pesawat buatan Rusia itu jatuh di Gunung Salak.(mdk/dan)