Tari topeng, dari media dakwah Wali Songo menjadi kejawen
Wali Songo memang dikenal sebagai penyiar Islam dengan metode pendekatan seni, tidak peperangan.
Tari topeng utamanya ada lima macam, Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung dan Klana. Ada dua makna dari lima topeng ini. Pertama melambangkan usia, Panji berarti balita, Samba usia anak kecil, Rumyang berusia remaja, Tumenggung berusia dewasa dan Klana berusia tua.
Makna kedua, lima topeng merupakan media para wali Songo untuk menyebarkan agama Islam di bumi Nusantara. "Karena lima ini merupakan lima kalimat sahadat waktu zamannya para wali," jelas Aerli.
Wali Songo memang dikenal sebagai penyiar Islam dengan metode pendekatan seni, tidak peperangan. Namun karena belum tuntasnya 100 persen siar yang dibawa sang wali, menyebabkan transformasi terputus sehingga di banyak tempat, orang masih mencampurkan ajaran Hindu Budha dengan Islam.
"Karena orang dulu itu susah menyatakan diri masuk Islam, akhirnya para wali medianya dengan seni. Kalau dengan peperangan, sadis. Kalau dengan seni orang kan melihat," jelas Aerli.
Dalam perkembangannya, tari topeng Indramayu dibedakan dengan Cirebon dan kota lainnya. Perbedaan ini terlihat dari variasi gerak tari maupun bentuk topeng. Sedangkan yang menjadi ciri khas tari topeng Indramayu adalah jenis Rumyang.
"Dulu Mimi Rasinah, dulu udeng yang ditarikan. Orang akan bicara lagi. Masanya saya, udeng akan saya keluarkan. Ada masa-masanya. Kaya Dosasana Kiprah, juga belum dikeluarkan, ada masa-masanya," terangnya