Tiket lebih murah, pemudik Jakarta pilih Stasiun Pasar Senen dibanding Gambir
Apapun pilihannya, pemudik diberikan banyak pilihan moda transportasi. Tinggal bagaimana menyesuaikan biaya sebelum, saat, atau sesudah mudik. Seperti pendapat Winda, segala moda transportasi yang ada tinggal bagaimana kita dibuat nyaman.
Mudik sudah menjadi kegiatan rutin bagi para urban untuk merayakan hari raya bersama keluarga di kampung halaman. Rasa rindu yang menggebu agar segera berkumpul bersama keluarga mengalahkan realita harga lembaran tiket.
Ya, bukan hal mengagetkan lagi di musim libur panjang jelang Idul Fitri harga tiket melonjak tinggi. Bagi pemudik yang berkantong eksekutif kenaikan harga tiket mungkin tidak menjadi pertimbangan utama memilih moda transportasi yang akan digunakan sebagai penghantar menuju kampung halaman. Lalu, bagaimana dengan pemudik dengan kantong ekonomis?
-
Kapan puncak arus mudik Lebaran diperkirakan terjadi? Arus mudik Lebaran diperkirakan terjadi pada 19-21 April 2023.
-
Dimana terjadi kepadatan arus mudik menjelang Lebaran 2024? Kepadatan mulai terjadi di kawasan Pelabuhan Merak, Banten, oleh rombongan pemudik yang ingin berpergian lewat jalur laut.
-
Kapan puncak arus mudik diperkirakan terjadi? "Kemudian dari data yang kami dapatkan sampai sejauh ini puncak arus mudik diperkirakan akan terjadi pada H-4 Lebaran, ada sekitar 125 ribu penumpang kereta api saat ini yang sudah membeli di H-4 tersebut," katanya seperti dilansir dari Antara.
-
Mengapa arus mudik di Pelabuhan Merak mengalami peningkatan? Lisye menyebut pemudik yang meninggalkan Jabodetabek mengarah ke Merak telah mengalami peningkatan sebesar 2,35% dari lalin normal.
-
Kenapa Gunawan tertinggal rombongan saat mudik? Gunawan (55) itu hendak mudik ke Tangerang dari Ciamis bersama keluarganya menggunakan mobil. Di tengah perjalanan, Senin (8/4) sekira pukul 02.00 WIB saat sopir istirahat, ia pergi ke toilet. Namun saat kembali, mobil yang ditumpanginya sudah pergi.
Kebanyakan dari mereka memilih moda bus, atau sepeda motor, tidak sedikit pula memilih kereta api sebagai moda transportasinya.
Di Jakarta, ada dua stasiun besar yang menjadi keberangkatan pemudik menuju kampung halaman, Gambir dan Pasar Senen. Sesama stasiun utama, jelas keduanya memiliki perbedaan. Jika dilihat pada hari biasa, bukan musim libur, Stasiun Gambir tidak ramai, bak terminal Kampung Melayu. Berbeda dengan Stasiun Pasar Senen, senantiasa ramai meski bukan hari libur besar.
Ditelisik, perbedaan terhadap dua stasiun itu adalah harga tiket. Bagi para urban atau pelancong Stasiun Pasar Senen menjadi solusi untuk menekan ongkos perjalanan. Ase (70) asal Mojokerto itu mengaku melakukan mudik tiap tahunnya menggunakan kereta api dari keberangkatan Stasiun Pasar Senen, tidak pernah melalui Stasiun Gambir.
"Selalu dari sini (Pasar Senen). Habis mahal berangkat dari sana (Gambir) kalau lagi musim mudik begini tiketnya paling murah bisa Rp 400 ribu," ujar Ase saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (13/6).
Meski sudah berusia lanjut, Ase tampak kuat dengan bawaannya, satu tas warna biru agak kusam berukuran sedang. Dia kembali bercerita, pernah satu tahun ia dan istri mudik melalui stasiun Gambir dengan harga hampir Rp 300 ribu lebih. Baginya, harga tersebut cukup mahal jika membeli dua tiket.
"Kita kan di sana ada cucu-cucu, bawaan pasti ada buat jajanan di sana. Kalau harga tiketnya aja udah mahal susah juga kan," ujar pria yang berdomisili di Cimanggis, Depok.
Terlebih lagi, imbuh Ase, pekerjaannya sebagai karyawan di perusahaan swasta itu tidak memungkinkan membeli harga tiket yang hampir sama dengan tiket pesawat.
Pendapat sama juga diutarakan oleh Winda, ibu rumah tangga, yang akan berangkat mudik ke Blitar dari stasiun Pasar Senen. Bukan dari pemudik berkantong eksekutif, Winda dan sekeluarga sejatinya mampu membeli tiket kereta api dengan keberangkatan stasiun Gambir.
Namun hal itu tidak dilakukannya demi efisiensi keuangan selama mudik berlangsung.
"Pasti itu yang kita lihat (harga tiket). Selisih lima puluh atau seratus ribu itu besar sekali. Lagian sama aja lah perjalanannya, tergantung bagaimana nyamannya kita di perjalanan," ujar Winda.
Sementara, Seto (26) karyawan satu perusahaan media, memilih berangkat dari stasiun Gambir. Pulang ke Semarang, harga tiket kereta api yang ia beli sebesar Rp 500 ribu. Nilai tersebut membuatnya mengelus-elus dada.
"Rp 500 ribu ke Semarang, ya Allah lah pokoknya mahal tenan rek," ujar Seto.
Tak ada barang bawaan saat berangkat mudik, hanya ransel besar digendongnya. Pikirnya, mudik menjadi momen baginya yang sudah 8 tahun merantau di Ibu Kota, sehingga mahalnya harga tiket tak menjadi persoalan penting. Meski tetap disisipi keluhan.
Dia bercerita, proses pembelian tiket kereta api pun cukup membuatnya kelimpungan. Jika biasanya batas waktu pembayaran tiket mencapai 8 jam, jelang musim mudik penyedia tiket kereta api hanya memberi waktu 1 jam saja.
"Biasanya 5-8 jam. Lah kok ini 1 jam doang, gue udah booking, jam 3 dini hari gue whatsapp-in anak-anak minta bayarin dulu tiketnya. Soalnya kan gue enggak pakai e-banking," ujarnya.
"Tapi ya udah lah. Ini kan setahun sekali dan seharusnya udah prediksi juga kan," imbuh pria dengan logat Jawa kentalnya.
Apapun pilihannya, pemudik diberikan banyak pilihan moda transportasi. Tinggal bagaimana menyesuaikan biaya sebelum, saat, atau sesudah mudik. Seperti pendapat Winda, segala moda transportasi yang ada tinggal bagaimana kita dibuat nyaman.
"Ya kan bahasa kasarnya, mau nyaman dan cepat berani bayar berapa. Enggak mungkin kan kita bayar harga bus maunya pelayanan pesawat. Realistis saja, tapi ya jangan pemerintah abai lah sama hal kayak gini. Kasian pemudik kalau harganya melejit," ujarnya.
(mdk/fik)