Toko Souvenir di Gang Poppies Lane Kuta Berubah Terbengkalai Selama Pandemi Covid-19
Salah satu pemilik Art Shop di Gang Poppies Lane ll yaitu Zainur Rasyid mengatakan, bahwa dirinya sudah hampir dua tahun menutup Art Shop-nya sejak adanya Pandemi Covid-19 dan kini dirinya berada di kampungnya, Jawa Timur dan tak pernah menengok kondisi Art Shop-nya.
Sejumlah Art Shop atau toko souvenir untuk pernak-pernik yang dijajakan untuk turis di Gang Poppies Lane ll, di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, banyak terbengkalai atau tidak terawat.
Sebuah Art Shop ada yang sampai di depan halamannya ditumpuki daun kering dan tidak dibersihkan. Selain itu, di depan Art Shop itu ditumbuhi semak belukar yang tumbuh di pinggiran trotoar yang kian tumbuh tinggi.
-
Bagaimana Desa Wisata Nusa mengembangkan pariwisata? Desa Wisata Nusa berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh bergerak dan mengembangkan desa wisata berbasis masyarakat. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, bahkan bisa menginap di rumah milik warga.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Bali? Keindahan alamnya yang memesona, budayanya yang kaya, serta keramahan penduduknya menjadikan Bali sebagai tujuan wisata yang tak pernah kehilangan daya tarik.
-
Apa yang diharapkan dari pungutan wisatawan asing di Bali? Rektor Unud: Pungutan Wisman Harus Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali Babak baru pariwisata Bali akan dimulai pada 14 Februari 2024 nanti dengan penerapan pungutan bagi wisatawan asing yang masuk Bali. Terkait hal itu, Rektor Universitas Udayana Ngakan Putu Gede Suardana berharap, pungutan akan dibarengi dengan peningkatan kualitas pariwisata Bali.
-
Bagaimana Etihad Airways mempromosikan wisata di Bali? Dengan pemesanan yang melalui etihad.com, tamu yang terbang ke Bali melalui Abu Dhabi bisa menambah masa inap hotel gratis dengan program Persinggahan Abu Dhabi dari Etihad.
-
Apa yang diresmikan oleh Etihad Airways di Bali? Pendaratan ini menandai peluncuran layanan reguler antara Abu Dhabi dengan Bali.
©2021 Merdeka.com/Moh. Kadafi
Suasana di Gang Poppies Lane ll yang dulunya yang terkenal di dunia menjadi tujuan para traveler budget atau backpacker, kini sepi melompong tak ada turis yang hilir mudik. Kendati, ada sejumlah Art Shop yang masih buka di gang yang namanya diambil dari nama sebuah bunga indah yang tumbuh di California, AS.
Salah satu pemilik Art Shop di Gang Poppies Lane ll yaitu Zainur Rasyid mengatakan, bahwa dirinya sudah hampir dua tahun menutup Art Shop-nya sejak adanya Pandemi Covid-19 dan kini dirinya berada di kampungnya, Jawa Timur dan tak pernah menengok kondisi Art Shop-nya.
"Kalau kita buka, kita bayar uang (kontrakan) Art Shop. Kalau tidak buka, iya tidak bayar," kata Rasyid, saat dihubungi Jumat (15/10) malam.
Dia menyebutkan, akan membuka Art Shop-nya jika kondisi Bali kembali normal dan wisatawan asing sudah ramai lagi ke Pulau Dewata. Karena, menurutnya untuk membayar kontrak sewa Art Shop-nya per tahun Rp 75 juta.
"Iya Rp 75 juta per tahun, sudah hampir dua tahun saya tutup. Saya, mau buka kalau Bali mulai normal," imbuhnya.
Ia juga menyampaikan, bila sebelum Pandemi Covid-19 menjajakan pernak-pernik di Art Shop penjualannya mencapai Rp 1 juta hingga Rp 500 ribu lebih per hari.
"Kalau sepi, iya Rp 300 dan Rp 200 ribu. Tergantung wisatawan ramai apa tidak. Saya sudah buka Art Shop sekitar 25 tahun," ujar Rasyid.
Sementara Fathor (36) yang juga salah satu pemilik Art Shop di Gang Poppies Lane ll mengatakan, bahwa banyak tutupnya Art Shop karena sudah habis masa kontraknya dan tidak mampu membayar karena imbas Pandemi Covid-19 dan ada juga yang memilih tutup sementara menunggu situasi Bali normal kembali.
Sementara, dirinya memilih membuka Art Shop-nya karena mengobral barang-barangnya seperti kaus dan tas yang dijual dengan harga miring kepada wisatawan yang lewat di Gang Poppies Lane ll.
"Iya buka, sambil ngobral barang. Iya, biar tidak rusak. Iya, banyak kerugian baju kaus yang modal Rp 35 ribu cuman dikasih Rp 10 dan Rp 15 ribu saja dan tas (dari bahan) rotan modal Rp 90 ribu dijual Rp 30 ribu saja," ungkapnya.
Ia juga menyatakan, sebelum Pandemi Covid-19 menjajakan barang ke turis bila ramai satu hari bisa mendapatkan Rp 3 hingga Rp 6 juta. Namun, sejak Pandemi Covid-19 pendapatannya tak menentu karena satu atau dua orang wisatawan lokal yang berbelanja di Art Shop-nya.
"Buka Art Shop sudah sejak tahun 2000. Harapannya, mudah-mudahan pariwisata di Bali cepat pulih kembali dan turis banyak datang lagi," ujar Fathor.
Baca juga:
INFOGRAFIS: Karantina 5 Hari untuk Semua Jenis Perjalanan
Curhat Pemandu Wisata Usai Bali Dibuka: Kunjungan Wisman Masih Sepi
Mobilitas Wisatawan Asing Akan Diawasi Daerah Penyelenggara Wisata
Langgar Prokes di Bali, Wisman Terancam Deportasi dan Denda Rp1 Juta
Pemerintah Provinsi Bali Izinkan Wisatawan Reguler Menginap di Hotel Karantina
Gubernur Bali Sebut Karantina 5 Hari Tak Terlalu Beratkan Wisman