Transporter 1 ton sabu matikan GPS kapal Wanderlust dari Taiwan
Menurut Nico, pelacakan kapal tersebut berawal dari informasi yang diberikan aparat kepolisian dan departemen kehakiman Taiwan.
Awak sengaja mematikan GPS kapal Wanderlust untuk menyulitkan pelacakan pengangkutan sabu seberat satu ton ke Anyer, Banten. Mereka juga mematikan semua ponsel.
"Dia (5 orang) kan transporter (pengangkut), jadi dia matikan (GPS) supaya tak bisa dilacak, jadi tidak melacak dan ketahuan ada sinyalnya," kata Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta, di Mapolda Metro Jaya, Kamis (19/7).
Menurut Nico, pelacakan kapal tersebut berawal dari informasi yang diberikan aparat kepolisian dan departemen kehakiman Taiwan.
"Ini semua dapat berjalan karena ada informasi dari kepolisian maupun departemen kehakiman di Taiwan ada informasi kapal tersebut hingga kami teruskan ke Bakamla, Ditpolair dan Bea Cukai. Jadi pihak kepolisian menyebar (informasi) ke setiap instansi agar kapal itu tak lolos. Akhirnya atas analisa teman di Bea Cukai ada informasi kapal itu merapat dan dibawa ke pelabuhan di Batam. Ini berkat kerjasama semua pihak," bebernya.
Dalam hal tersebut, lanjut Nico, ia melihat para pelaku sangat profesional. Sebab, memikirkan hal sedemikian agar lolos dari pantauan petugas.
"Kalau melihat pola dan cara yang mereka pakai, tentu perencanaan ini sangat matang. Bisa dibayangkan berangkat dari Taiwan, lintas negara membutuhkan waktu lama dan uang yang besar membeli bensin, menyewa kapal ini tentu jaringan internasional," pungkasnya.