Tunjuk Sutiyoso jadi kepala BIN, Jokowi diserang habis-habisan
Kecaman buat Jokowi datang silih berganti.
Kepemimpinan di Badan Intelijen Negara (BIN) segera berganti. Presiden Joko Widodo akhirnya memilih calon kepala BIN yang baru.
Mantan wali kota Solo itu menunjuk Letjen TNI (Purn) Sutiyoso menjadi calon kepala BIN. Surat pencalonan Bang Yos, sapaan Sutiyoso, telah dikirimkan kepada DPR beberapa hari lalu.
Jokowi pun berharap, Sutiyoso lolos uji fit and proper test di DPR.
"Ini saya juga sudah melalui banyak pertimbangan dan memperhatikan baik rekam jejak maupun kompetensi dari Pak Sutiyoso terutama di dunia intelijen dan militer," kata Jokowi, Rabu (10/6).
Penunjukan Sutiyoso sebagai calon kepala BIN langsung menuai reaksi dari publik dan para elite negeri. Ada yang mendukung, tapi banyak pula yang mengkritik keputusan Jokowi mencalonkan Bang Yos.
Berikut ulasannya seperti dirangkum merdeka.com:
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Siapa yang mengunjungi Presiden Jokowi di Indonesia? Presiden Jokowi menerima kunjungan kenegaraan dari pemimpin Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 4 September 2024.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Kapan Pasar Jongke diresmikan oleh Presiden Jokowi? Pada Sabtu (27/7), Presiden Jokowi meresmikan Pasar Jongke yang berada di Laweyan, Kota Surakarta.
-
Siapa yang meminta tanda tangan Presiden Jokowi? Pasangan artis Vino G Bastian dan Marsha Timothy kerap disebut sebagai orang tua idaman. Pasalnya demi impian sang anak, Jizzy Pearl Bastian, pasangan orang tua ini rela melakukan segala cara.
Ganjar minta Istana jelaskan alasan pilih Sutiyoso jadi Kepala BIN
Politikus PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, meminta istana negara menjelaskan alasan dan pertimbangan mendasari Presiden Joko Widodo menunjuk Sutiyoso sebagai calon tunggal Kepala Badan Intelejen Nasional (BIN).
"Saya belum tahu apa pertimbangannya. Mungkin akan lebih bijak yang menjelaskan mereka-mereka (lingkungan Istana). Saya juga belum punya argumentasi yang rasional untuk menjelaskan itu," kata Ganjar kepada wartawan di Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (10/6) malam.
Menurut Ganjar, banyak protes dialamatkan kepadanya terkait penunjukan Sutiyoso sebagai calon Kepala BIN. Terutama dari kalangan dan orang-orang menjadi korban peristiwa 27 Juli 1996.
"Rata-rata orang mengaitkan dengan hal itu (kejadian tragedi 27 Juli atau tragedi Kudatuli)," ujar Gubernur Jawa Tengah itu.
Menurut Ganjar, pihak Istana Negara memang harus menjelaskan apa alasan Jokowi memilih Sutiyoso sebagai calon tunggal Kepala BIN. Sehingga perdebatan dan protes terhadap keputusan Jokowi terjawab dengan jelas.
"Ya pihak Istana lah. Lingkungannya Pak Jokowi. Karena itu yang akan meng-clearance untuk seluruhnya," ujar mantan anggota DPR RI dua periode ini.
KontraS: Sutiyoso enggak layak karena sudah tua
Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) menolak Ketua Umum PKPI Letnan Jenderal (Purn) Sutiyoso untuk menjabat Kepala Badan Intelijen Negara. Menurut Koordinator KontraS Haris Azhar, Sutiyoso terlibat dalam peristiwa Kudatuli atau 27 Juli tahun 1996 lalu.
"Menurut saya, Sutiyoso enggak layak karena sudah usai tua. Sutiyoso juga dari Parpol pendukung," kata Haris di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (10/6).
Dia juga menilai mantan Gubernur DKI dua periode ini tak mempunyai kemampuan intelijen yang mumpuni. Oleh sebab itu, kata dia penunjukan Kepala BIN harus mempunyai kepemimpinan progresif yang dimiliki TB Hasanuddin dan mantan Kepala Bais TNI Laksamana Muda Soleman B Ponto.
"Kita kayak enggak punya orang lain saja. Padahal ada Soleman Ponto yang punya kemampuan maritim, dari sipil kita punya TB Hasanuddin," ujarnya.
TB Hasanuddin: Setahu saya Sutiyoso dulu yang nyerbu kantor PDI
Anggota Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin mengomentari keputusan Presiden Joko Widodo menunjuk Letjen TNI (Purn) Sutiyoso menjadi calon Kepala BIN menggantikan Letjen (Purn) Marciano Norman. Menurutnya, Sutiyoso sudah cukup tua untuk mengemban tugas itu.
Selain masalah umur, Tubagus juga mengkritisi Bang Yos saat masih aktif di militer. Menurutnya, saat kerusuhan 27 Juli 1996, di kantor PDI, Sutiyoso yang berpangkat Mayjen menjabat sebagai Pangdam Jaya.
"Kalau soal kabin pertama, kok tua banget ya? Umur 70 dengan kondisi pekerjaan yang harus ini. Yang kedua, setahu saya beliau itu dulu yang nyerbu kantor DPP PDI Perjuangan. Saya tidak tahu pertimbangannya, saya harus tanya dulu lah," kata Tubagus di gedung DPR RI, Rabu (10/6).
Tubagus sendiri mengaku tidak menyayangkan keputusan tersebut karena ini sudah merupakan hak prerogatif Jokowi. Namun, Tubagus meyakini bahwa dirinya tidak menolak, juga tidak mengapresiasi penunjukan Sutiyoso.
Meski begitu, politikus PDIP itu mengakui bahwa kemampuan penyelidikan, penyidikan, dan identifikasi yang dimiliki oleh intelijen angkatan Sutiyoso terbukti hebat.
"Kalau soal skill saya kira intelijen zaman dulu, identifikasi kemudian penyelidikan, penyidikan dan penangkapan gaya dulu mungkin hebatlah. Kalau dengan intel sekarang ya saya ga tahu, intel sekarang kan sudah berubah situasinya. Lihat UU No 11, lain pendekatan manusiawi, tekniknya, skillnya sudah berbeda," ujarnya.