Update Guru Setubuhi Murid di Gorontalo: Siapa yang Menemani Korban dan Jadi Tempatnya Bercerita?
"Kami sangat menyayangkan mengapa pihak sekolah justru memutuskan untuk mengeluarkan siswa tersebut,"
Sejumlah organisasi yang tergabung dalam Jejaring Aktivis Perempuan dan Anak (Jejak Puan) Provinsi Gorontalo meminta sekolah agar tidak mengeluarkan siswa yang menjadi korban kekerasan seksual gurunya sendiri.
Ketua Bidang Riset Sahabat Anak, Perempuan, dan Keluarga (Salam Puan) Novi R. Usu mengatakan, dalam kasus yang melibatkan oknum guru dan siswa di Gorontalo, pihak sekolah memiliki tanggung jawab untuk tetap memberi dukungan penuh agar siswa kembali melanjutkan pendidikan di sekolah tersebut.
-
Kenapa siswa tega membacok guru? Terkait kejadian ini, Kasatreskrim Polres Demak AKP Winardi mengatakan, pelaku tega membacok gurunya sendiri diduga karena tidak terima mendapat nilai jelek.
-
Bagaimana siswa membacok guru? Peristiwa itu terjadi pada Senin (25/9) pukul 09.30 WIB. Saat itu sang guru sedang mengawasi PTS (Penilaian tengah semester). Akibat insiden itu, guru mengalami luka serius dan mendapat perawatan di RS Wongsonegoro, Semarang.
-
Apa yang diminta Wali Kota Medan terkait kasus viral guru SMPN 15 Medan? Wali Kota Medan Bobby Nasution angkat bicara soal video viral guru SMP Negeri 15 Medan yang mengaku diintimidasi dan gajinya ditahan oleh kepala sekolah. Orang nomor satu Pemkot Medan ini meminta agar seluruh pihak terkait diperiksa, termasuk guru tersebut.
-
Kenapa Wali Kota Medan meminta agar guru yang viral di SMPN 15 Medan diperiksa? Karena itulah, lanjut Bobby, dia meminta agar guru tersebut turut diperiksa.
-
Di mana Kartosoewirjo mengenal guru rohaninya, Notodiharjo? Mengutip buku Darul Islam dan S.M. Kartosoewirjo karya Holk H. Deengel (Pustaka Sinar Harapanm 1995), Kartosoewirjo mengenal guru rohaninya yang bernama Notodiharjo, seorang tokoh Islam modern yang mengikuti alur pemikiran Muhammadiyah.
-
Di mana kejadian lucu dalam cerita tentang guru yang mengabsen murid? Cerita Lucu soal Anak Pintar Cerita Lucu soal Keceplosan Guru mengabsen murid di sekolah.
"Kami sangat menyayangkan mengapa pihak sekolah justru memutuskan untuk mengeluarkan siswa tersebut," katanya saat konferensi pers yang digelar oleh Jejak Puan, dikutip dari Antara.
Menurutnya sekolah sebagai rumah kedua dari siswa itu, wajib memberikan perlindungan dan pendampingan. Karena korban masih dalam kategori anak di bawah umur dan tergolong kaum yang rentan mengalami kekerasan seksual.
"Filosofi pendidikan di Indonesia adalah berpihak pada peserta didik. Apakah pihak sekolah sudah pernah menanyakan kepada korban mengenai keinginannya untuk tetap sekolah atau tidak? Saya sedang membayangkan saat ini anak tersebut sedang apa? Siapa yang menemani dan jadi tempatnya bercerita? Dukungan apa yang dia perlukan?" kata Novi.
Korban Perlu Jaminan Hidup Aman
Sementara itu, Direktur Woman Instutute for Research and Empowerment of Gorontalo (Wire-G) Kusmawaty Matara juga menyoroti keputusan sekolah untuk mengeluarkan korban dan berniat mencarikan sekolah lain yang bisa menerima anak tersebut.
"Apakah ada yang bisa menjamin korban ini tidak akan mengalami perundungan di sekolah barunya? Di tempat yang baru dia justru akan merasa sendiri, tidak ada yang dikenalinya dan belum tentu lingkungan barunya akan berempati padanya," katanya pula.
Menurutnya dukungan sekolah lama akan sangat membantu korban untuk pulih dari trauma selama dilakukan dengan cara-cara yang fokus pada kepentingan korban.
Hal yang sama juga disuarakan oleh Direktur Lembaga Riset, Hukum dan Gender (Leaders) Gorontalo Hijrah Lahaling yang berharap sekolah menempuh berbagai cara untuk mendukung korban.
"Sekolah jangan merasa malu karena kasus ini dan menganggap bisa mencoreng nama baik lembaga atau institusi. Justru jika pihak sekolah memberi dukungan kepada anak ini, sekolah akan mendapat apresiasi. Siswa-siswa lainnya juga akan memiliki keberanian untuk bicara jika mengalami kekerasan di lingkungan sekolah karena mereka percaya bahwa pihak sekolah akan mendukungnya," katanya.
Sekolah Harus Berempati
Salah satu bentuk dukungan pihak sekolah kepada siswa yang mengalami kekerasan seksual, yakni mengumpulkan seluruh siswa dan meminta mereka tetap berempati, tidak merundung dan membantu korban memulihkan kepercayaan diri hingga dapat menyelesaikan sekolah dengan baik.
Jejak Puan merupakan gabungan dari sejumlah organisasi dan komunitas seperti Woman Institute for Research and Empowerment of Gorontalo (WIRE-G), Sahabat Anak, Keluarga, dan Perempuan (Salam Puan), Leaders Institute.
Termasuk, Gusdurian Kota Gorontalo, Pustaka Bergerak Indonesia, KOHATI Cabang Gorontalo, KOPRI PMII Ichsan, Sekolah Kampung Gorontalo, Teater Peneti Gorontalo, Indung Art Project, KOPRI Kota Gorontalo, KOMAKI Gorontalo, dan KOHATI Bone Bolango.