Usamah bin Zaid, Panglima Perang Termuda yang Ditunjuk Nabi
Usamah lahir dan tumbuh di Makkah, dalam lingkungan rumah tangga Nabi Muhammad. Karena itu, sejak kecil dia sudah mengenal dan memeluk Islam. Nabi begitu sayang terhadap Usamah. Tidak jarang Rasulullah memangku Usamah, bersama dua cucu kesayangannya; Sayyidina Hasan dan Husain.
Usamah merupakan salah satu sahabat yang dekat dengan Nabi Muhammad secara personal. Ayah Usamah, Zaid bin Harits, adalah pelayan yang kemudian menjadi anak angkat Nabi Muhammad.
Sementara ibunda Usamah, Ummu Ayyam merupakan budak peninggalan ayah Nabi Muhammad, Abdullah bin Abdul Muthalib. Namun, Nabi begitu menghormatinya. Bahkan, Nabi menganggap Ummu Aiman sebagai ibu keduanya.
-
Apa yang dimaksud dengan bulan Ramadan? Ramadan adalah bulan suci dalam kalender Islam yang paling ditungg-tunggu oleh umat muslim seluruh dunia. Ramadan adalah waktu refleksi, pertumbuhan spiritual, dan kedisiplinan diri.
-
Kapan bazar Ramadan di Jati Padang diadakan? Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap bulan suci Ramadan dengan tujuan saling berbagi di antara warga yang mampu kepada warga tidak mampu.
-
Apa tujuan bazar Ramadan di Jati Padang? Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap bulan suci Ramadan dengan tujuan saling berbagi di antara warga yang mampu kepada warga tidak mampu.
-
Kapan Ramadhan di luar angkasa? Selama masa tinggalnya, umat Islam di Bumi akan merayakan bulan Ramadhan – waktu puasa, doa dan refleksi yang berlangsung dari malam tanggal 22 Maret hingga 21 April.
-
Apa yang dirasakan saat Ramadan berakhir? Seiring dengan terbenamnya matahari di akhir Ramadan, kita merasakan campuran perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
-
Kapan Kampung Ramadan Sanden berlangsung? Acara itu digelar di Jalan Trunojoyo, Sanden, selama satu minggu mulai dari tanggal 23-31 Maret 2024.
Usamah lahir dan tumbuh di Makkah, dalam lingkungan rumah tangga Nabi Muhammad. Karena itu, sejak kecil dia sudah mengenal dan memeluk Islam. Nabi begitu sayang terhadap Usamah. Tidak jarang Rasulullah memangku Usamah, bersama dua cucu kesayangannya; Sayyidina Hasan dan Husain.
"Ya Allah, sayangilah mereka, karena aku menyayangi mereka. Ya Allah, cintailah mereka, karena aku mencintai mereka," kata Nabi Muhammad, mendoakan Usamah, Hasan, dan Husain suatu hari.
Ketika usia Usamah beranjak dewasa, Nabi Muhammad menunjuknya menjadi panglima perang yang memimpin pasukan umat Islam melawan Romawi Timur (Byzantium).
Dalam buku Perang Muhammad Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah yang ditulis Nizar Abazhah, peristiwa ini terjadi pada awal bulan Shafar tahu ke-11 H atau saat Usamah berusia 17 tahun. Penyerangan tersebut dimaksudkan sebagai pertahanan, agar Romawi Timur (Byzantium) tidak lagi berpikir untuk menyerang Madinah.
Sebagian sahabat keberatan dengan penunjukan Usamah tersebut. Mereka berpikir bahwa Usamah masih terlalu muda untuk memimpin tugas berat tersebut. Masih ada pembesar kaum Muhajirin dan Anshor yang lebih layak menempati posisi Usamah.
Nabi kemudian mendatangi mereka yang meragukan Usamah dan menyampaikan pidato seperti yang terekam dalam The Great Episodes of Muhammad Saw (Said Ramadhan al-Buthy, 2017).
"Jika kalian meremehkan kepemimpinan Usamah bin Zaid, berarti kalian juga meremehkan kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Demi Allah, jiwa kepemimpinan telah terpatri dalam dirinya. Demi Allah, dia orang yang paling aku cintai. Demi Allah, Usamah diciptakan untuk menjadi pemimpin," tegas Nabi Muhammad.
Usamah lantas berangkat meninggalkan Madinah. Ketika tiba di Jurf, sebuah wilayah yang jaraknya sekitar satu farsakh dari Madinah, dia menghentikan pasukannya dan mendirikan kemah setelah mendengar kondisi kesehatan Nabi Muhammad memburuk. Beberapa saat kemudian, Nabi Muhammad wafat.
Detasemen yang dipimpin Usamah gagal berangkat ke tujuan. Usamah langsung kembali ke Madinah. Dia menangis tersedu di makam Nabi Muhammad.
Usamah dan detasemennya baru diberangkatkan ke wilayah penduduk Ubna, yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur, pada masa kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar mengantar Usamah sebagai panglima perang dengan berjalan kaki, sementara Usamah berada di atas punggung unta.
Hal itu merupakan bentuk penghormatan yang dilakukan Abu Bakar kepada Nabi Muhammad, yang telah menunjuk Usamah sebagai panglima perang. Ketika melepaskan Usamah dan pasukannya yang berkekuatan 3.000 prajurit, Abu Bakar as-Shiddiq menyampaikan sebuah pidato yang sangat menyentuh.
"Berperanglah dengan nama Allah dan di jalan Allah. Jangan berkhianat, jangan melanggar janji, jangan memotong-motong tubuh mayat. Jangan membunuh anak kecil, orang lanjut usia, juga wanita. Jangan menebang pohon, jangan merusak, dan membakar pohon kurma. Jangan menyembelih kibas atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati suatu kaum yang berdiam di biara-biara, biarkan mereka. Perangi orang yang memerangi kalian dan berdamailah dengan orang yang berdamai dengan kalian," kata Abu Bakar as-Shiddiq dikutip dari nu.or.id.
(mdk/lia)