Wali Kota non-aktif Palembang jual SPBU buat modal suap Akil
Romi menjual SPBU di Palembang itu seharga Rp 15 miliar.
Cara Wali Kota non-aktif Palembang, Romi Herton, mengumpulkan duit suap buat mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Muhammad Akil Mochtar, terungkap dalam sidang lanjutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (11/12). Hal itu terungkap dari kesaksian pengusaha bernama Muhammad Syarif Abubakar alias Cik Mamat.
Di awal persidangan, Cik Mamat mengaku sebagai pengusaha konstruksi dan penyewaan alat berat di Palembang. Rumahnya juga pernah digeledah oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi terkait perkara itu.
Dia mengatakan, Romi mendesaknya supaya membeli Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tak lama setelah mengajukan gugatan perselisihan hasil pemilihan umum daerah di MK.
"Pak Romi datang ingin jual SPBU karena beliau butuh dana. Katanya banyak utang," kata Cik Mamat saat bersaksi.
Menurut Cik Mamat, Romi menjual SPBU di Palembang itu seharga Rp 15 miliar. Dia pun sepakat membelinya dengan pembayaran bertahap dan pengambilan uangnya akan diurus oleh Sekretaris Daerah Kota Palembang, Uchok Hidayat.
Selang dua sampai tiga minggu selepas perjanjian jual beli SPBU, Cik Mamat mengatakan dia didatangi oleh Uchok buat meminta duit pelunasan pembelian SPBU. Awalnya dia memberi Rp 2 miliar. Kemudian, tepatnya sebelum putusan MK terkait sengketa pilkada Palembang dibacakan pada 19 Mei 2013, Uchok meminta supaya Cik Mamat melunasi pembelian SPBU. Tetapi, Cik Mamat mengaku tidak bisa memenuhi permintaan Uchok.
"Saya bilang saya enggak ada kalau Rp 15 miliar. Saya cuma sanggup Rp 11 miliar dulu. Pak Uchok bilang, 'Ya sudah enggak apa-apa," ujar Cik Mamat.
Cik Mamat juga heran Uchok meminta supaya uang itu dibayar kontan. Padahal dia sudah menyarankan supaya ditransfer saja karena akan dibawa ke Jakarta buat disampaikan ke Romi.
"Ini kan uangnya besar, saya bilang transfer saja. Tapi dia mintanya tunai saja karena mau dibawa ke Jakarta. Pak Romi ada di Jakarta waktu itu," lanjut Cik Mamat.
Cik Mamat lantas mengaku dia menarik uang sejumlah itu dari dua bank. Yakni dari Bank Mandiri Rp 5 miliar, dan Bank Negara Indonesia sebanyak Rp 6 miliar. Duit itu disimpan di dalam delapan koper, kemudian diserahkan kepada dua orang, yakni Irwan dan Bambang dengan pesawat.
"Saya pesan, 'Sampaikan uang ini, pastikan uang ini diterima Pak Romi. Nanti Pak Bambang begitu serahkan uang pakai tanda terima," sambung Cik Mamat.
Cik Mamat mengaku tidak tahu kalau duit itu akhirnya dipakai buat menyogok Akil. Dia hanya tahu belakangan saat perkara itu terbongkar lewat operasi tangkap tangan terhadap Akil.