Wantimpres: Kekuasaan tidak berada pada keputusan pribadi
"Tetapi pada suatu dokumen tertulis yang prinsip-prinsipnya disepakati dan ditaati bersama oleh seluruh warga negara," ucap Sidarto.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto mengatakan kegiatan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada hakikatnya merupakan momentum yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk meneladani Rasululah dalam mencintai sesama dan semesta. Dia menyebutkan pula kebangsaan dan nasionalisme adalah sunnah nabi.
"Nabi cinta kepada tanah airnya, baik Mekkah maupun Madinah. Kebangsaan dan nasionalisme adalah sunnah Nabi. Cinta tanah air (nasionalisme) adalah fitrah dan naluri yang Allah sematkan secara kuat di dalam diri manusia. Sebaliknya, penolakan dan antipati terhadap kebangsaan/nasionalisme (sebagaimana doktrin kalangan radikal-ekstrem) justru bertentangan dengan fitrah suci tersebut dan tidak memiliki landasan sama sekali di dalam Islam, baik secara doctrinal maupun historikal," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (29/12).
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Siapa Rajif Sutirto? Rajif Sutirto dikenal luas sebagai Ketua Umum Relawan Konco Prabowo. Ia juga tergabung dalam partai milik Prabowo, yaitu Gerindra.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Di mana Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
Sidarto mengatakan, akar dari nasionalisme di Indonesia adalah tumbuh dari agama. Istilah 'hubbul wathan minal iman' merupakan benih perasaan nasionalisme bangsa Indonesia. Metode penyebaran Islam di Indonesia berlangsung secara damai tanpa meninggalkan budaya masyarakat yang ada.
"Nilai-nilai jati diri bangsa kita tertuang dalam Pancasila. Semangat nasionalisme inilah yang harus terus dipupuk," kata politisi senior PDIP ini.
Ia memaparkan setelah hijrah, atas inisiatif strategis Nabi, terjadilah apa yang disebut oleh para sarjana sebagai Eksperimen Madinah, dengan produk monumentalnya berupa 'Piagam Madinah'. Hal ini telah menyajikan kepada umat manusia contoh tatanan sosial-politik yang mengenal konsep pendelegasian wewenang, di mana wewenang atau kekuasaan tidak memusat pada tangan satu orang seperti pada dictatorial system, melainkan kepada orang banyak melalui musyawarah dan kehidupan berkonstitusi.
"Artinya, sumber wewenang dan kekuasaan tidak berada pada selera keinginan dan keputusan pribadi, tetapi pada suatu dokumen tertulis yang prinsip-prinsipnya disepakati dan ditaati bersama oleh seluruh warga negara," ucap Sidarto.
Karena itu, Sidarto mengingatkan momentum Maulid Nabi Besar Muhammad SAW seharusnya bukan bersifat seremonial tahunan tanpa makna, melainkan pentingnya konteks berbangsa dan bernegara yang merupakan makna substansial dari peringatan Maulid Nabi.
"Konstitusi/Piagam Madinah adalah embrio dari civil society. Inilah yang telah, sedang dan terus kita perjuangkan, kita jalankan dan kita jaga di Indonesia. Maka, merawat Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945 adalah sama dengan merawat dan menumbuh kembangkan bibit peradaban berbangsa dan bernegara yang telah ditanam oleh Rasulullah SAW sejak 1439 tahun yang lalu. Kita sedang mengikuti jejak sunnah Rasulullah SAW," ujarnya.
(mdk/rzk)