Waspada! Main Ponsel di KRL Tingkatkan Risiko Tertular Covid-19
Menurut Edward, virus yang dapat menempel di gawai berasal dari beragam faktor. Pertama, bisa dari tangan pengguna gawai yang sebelumnya tercemar virus.
Di masa transisi menuju new normal, masyarakat diizinkan menggunakan KRL dengan catatan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Protokol yang dimaksud yakni, menggunakan masker, jaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.
Namun, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Junior Doctor Network, Edward Faisal mengatakan protokol kesehatan saja tidak cukup untuk melindungi diri dari Covid-19 selama berada di KRL. Edward menyebut, pengguna KRL perlu menghindari memainkan gawai seperti handphone dan tablet untuk mencegah terpapar dari virus yang menyerang bagian pernapasan itu.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Di mana virus-virus kuno itu ditemukan? Ilmuwan berhasil menghidupkan kembali virus prasejarah berusia 48.500 tahun yang terperangkap dalam permafrost (lapisan tanah beku) di Siberia.
Alasannya, perangkat gawai sangat berpotensi tercemar oleh virus. Bahkan sejumlah virus, termasuk SARS-CoV-2 atau corona jenis baru yang menempel pada gawai dapat bertahan selama lima hari.
"Saat virus nempel di gawai kita bisa bertahan sampai lima hari, jangan salah," kata Edward di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (17/6).
Menurut Edward, virus yang dapat menempel di gawai berasal dari beragam faktor. Pertama, bisa dari tangan pengguna gawai yang sebelumnya tercemar virus.
Kedua, bisa berasal dari percikan droplet para pengguna KRL lain. Droplet dapat keluar ketika manusia berbicara tanpa memakai masker dan tidak menjaga jarak.
Oleh sebab itu, Edward sangat menyarankan agar para pengguna tidak memainkan gawainya selama di dalam perjalanan menggunakan KRL.
"Kalau ada orang ngomong akan nambah lagi (potensi cemaran virusnya)," kata Edward.
Selain dapat mengurangi potensi cemaran, alasan lain untuk tidak menggunakan gawai saat berada di dalam KRL adalah agar keluarga di rumah tidak menjadi korban penularan virus.
"Jadi selain risiko untuk kita, juga orang yang di rumah. Jadi kalau kita sayang sama orang yang di rumah dan di sekitar kita, sebaiknya jangan keluarin handphone" jelas Edward.
(mdk/rhm)