Ilmuwan Hidupkan Lagi Virus 'Zombie' yang Terkubur di Es Selama 50.000 Tahun, Bisakah Tulari Manusia?
berhasil menghidupkan kembali virus prasejarah berusia 48.500 tahun yang terperangkap dalam permafrost (lapisan tanah beku) di Siberia.
Ilmuwan berhasil menghidupkan kembali virus prasejarah berusia 48.500 tahun yang terperangkap dalam permafrost (lapisan tanah beku) di Siberia.
Ilmuwan Hidupkan Lagi Virus 'Zombie' yang Terkubur di Es Selama 50.000 Tahun, Bisakah Tulari Manusia?
13 Virus
Dari tujuh keping sampel permafrost, tim peneliti berhasil mencatat 13 virus yang belum pernah dilihat sebelumnya karena telah membeku dalam es selama puluhan ribu tahun. Sebelumnya pada 2014 lalu, tim peneliti yang sama menemukan virus prasejarah berusia 30.000 tahun yang juga terperangkap dalam permafrost. Menurut tim peneliti, temuan kala itu adalah temuan besar karena menunjukkan virus masih dapat hidup dan menginfeksi organisme lain setelah berpuluh ribu tahun terperangkap di bawah es.
-
Dimana peneliti menemukan sisa-sisa virus purba? Para peneliti ingin menemukan akar enzim pra-hewan, yang mengarahkan mereka ke protista bernama Amoebidium appalachense, yang pertama kali ditemukan bersembunyi di kerangka luar serangga air tawar.
-
Kapan kuburan 'zombie' ditemukan? Para arkeolog yang melakukan penggalian di Jerman Timur menemukan kuburan berusia 4.200 tahun, dekat Oppin di Saxony-Anhalt yang berisi kerangka seorang pria yang diyakini berisiko menjadi 'zombie'.
-
Dimana Jamur Zombie ditemukan? Jamur ini ditemukan pada ketinggian di atas 4.500 meter di Bhutan, Cina, India, dan Nepal.
-
Di mana para ilmuwan menemukan virus purba? Pada 2015 tim peneliti internasional menjelajah ke Gletser Guliya yang terpencil di Dataran Tinggi Tibet di Himalaya untuk mengumpulkan inti es sepanjang ratusan meter.
-
Mengapa virus menyerang manusia? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Apa itu virus? Virus adalah agen infeksius berukuran kecil dan komposisi sederhana yang dapat berkembang biak hanya dalam sel hidup hewan, tumbuhan, atau bakteri.
Kini tim peneliti yang sama berhasil memecahkan rekor 2014 silam dengan menghidupkan kembali virus berusia 48.500 tahun.
Virus yang berhasil dihidupkan lagi itu diberi nama Pandoravirus yedoma. Alasan tim peneliti menghidupkan virus adalah untuk menilai dampaknya terhadap kesehatan masyarakat mengingat setelah permafrost mencair, maka air dari permaforst mampu melepaskan berton-ton bahan kimia dan mikroba yang terperangkap dalamnya. “Karena pemanasan iklim, permaforst yang mencair melepaskan bahan organik yang membeku hingga satu juta tahun, yang sebagian besar terurai menjadi karbon dioksida dan metana, yang semakin meningkatkan efek rumah kaca.Bagian dari bahan organik ini juga terdiri dari mikroba seluler yang dihidupkan kembali (prokariota, eukariota uniseluler) serta virus yang tetap tidak aktif sejak zaman prasejarah,” jelas penelitian, dikutip dari Global News.
Tim peneliti mengungkap beberapa “virus zombie” itu dapat berbahaya bagi manusia. Bahkan pada 2016 lalu, seorang anak meninggal dan belasan orang lainnya dirawat karena wabah antraks di Siberia.
2.300 Rusa mati
Pejabat setempat yakin wabah itu terjadi karena gelombang panas membuat permafrost mencair sehingga membawa rusa yang telah mati karena antraks ke permukaan tanah dan menginfeksi rusa-rusa lain. Kala itu sekitar 2.300 rusa mati karena wabah antraks.
Tim peneliti mengungkap virus yang berhasil dihidupkan kembali adalah virus pandoravirus, cedrativirus, megavirus, pacmanvirus, dan pithovirus.
Tim peneliti menggunakan sel amoeba untuk mengetahui virus apa yang berbahaya. Dalam penelitian, tim peneliti menemukan hanya satu virus yang dapat membunuh sel amoeba yaitu ‘lytic viruses’. Meski satu virus itu dapat membunuh sel amoeba, tetapi penelitian mengungkap terdapat risiko yang dapat diabaikan. Namun tim peneliti menjelaskan bukan berarti semua virus kuno tidak berbahaya.Hingga kini tim peneliti belum mengetahui apakah virus yang mereka bangkitkan dapat menginfeksi manusia atau bertahan melawan panas, oksigen, dan sinar UV Matahari. Tetapi tim peneliti menjelaskan virus dapat kembali hidup lagi karena aktivitas manusia di Kutub Utara.