Arkeolog Temukan Jejak Bumbu Rempah Asal Indonesia Berusia 2.000 Tahun, di Sini Lokasinya
Arkeolog menemukan sejumlah alat penggiling batu pasir bersama sisa bumbu-bumbuan untuk membuat kari.
Orang sudah masak bumbu kari di Asia Tenggara setidaknya selama 2.000 tahun.
Arkeolog Temukan Jejak Bumbu Rempah Asal Indonesia Berusia 2.000 Tahun
Dalam penggalian di situs arkeologi kota pelabuhan Oc Eo di selatan Vietnam, arkeolog dari Universitas Nasional Australia di Canberra, Hsiao-chun Hung, dan timnya menemukan sejumlah alat penggiling batu pasir bersama sisa bumbu-bumbuan.
-
Dimana rempah-rempah awalnya tumbuh? Pada awalnya, rempah-rempah seperti cengkeh, pala, kayu manis, dan lada hanya tumbuh di wilayah Nusantara (sekarang Indonesia) dan sebagian India.
-
Dimana ramuan keabadian berusia 2.000 tahun ditemukan? Mengutip Popular Mechanics, Jumat (13/9), baru-baru ini, para arkeolog menemukan ramuan keabadian berusia 2.000 tahun dalam sebuah makam bangsawan Dinasti Han di Henan, China.
-
Dimana lokasi penemuan artefak kuno? Saat menggali di permukiman prasejaran berusia 6200 tahun di Solnitsa, Provinsi Varna, Bulgaria, para arkeolog menemukan liang lahat khusus berisi benda-benda persembahan untuk ritual.
-
Dimana penemuan artefak kuno terjadi? Seorang petani secara tidak sengaja menemukan harta karun langka ketika sedang membersihkan batu di ladangnya di Lubusz, Polandia.
-
Dimana artefak batu itu ditemukan? Senior menemukan batu pasir berwarna abu tua ketika sedang menyabit rumput di kebunnya.
-
Dimana artefak batu tersebut ditemukan? Artefak batu kuno yang terbuat dari obsidian tersebut terletak sejauh 3.218 kilometer dari Oregon Tengah.
Analisis terhadap 717 butir biji-bijian yang ditemukan ada delapan jenis rempah-rempah: kunyit, jahe, lengkuas, temu kunci, kencur, cengkeh, pala, dan kayu manis. Banyak butir pati juga menunjukkan tanda-tanda deformasi, yang menunjukkan mereka rusak akibat penggilingan dan terlihat mirip dengan butir-butir pati yang ditemukan dalam bubuk kari modern.
"Temuan ini dengan tegas menunjukkan bahwa penduduk kuno di Oc Eo menggunakan kunyit, jahe, dan rempah-rempah lain seperti kayu manis, cengkeh, dan pala sebagai bahan utama dalam praktik masak-memasak mereka, sangat mungkin dalam persiapan kari," kata Hung, seperti dilansir New Scientist.
Temuan bukti baru tentang tradisi kuliner di Asia Tenggara tertuang dalam sebuah laporan penelitian yang kemarin diterbitkan di Sciences Advances. Temuan itu juga adalah bukti tertua adanya bumbu kari yang ditemukan di luar India. Jalur perdagangan maritim antara Asia Tenggara dan Asia Selatan terjadi sejak lebih dari 3.000 tahun lalu, dengan rempah-rempah seperti pala dan cengkeh berasal dari Indonesia, dan rempah-rempah lain seperti kunyit dan kayu manis berasal dari Asia Selatan."Mereka menyebutkan rempah-rempah seperti cengkeh, dan cengkeh berasal dari satu kelompok pulau di Indonesia bagian timur," kata Tom Hoogervorst, seorang ahli bahasa dan arkeolog di Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Asia Tenggara dan Karibia, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini.
"Saat Anda menemukannya dalam konteks yang berbeda, maka Anda tahu bahwa orang-orang melakukan pelayaran jangka panjang—pada dasarnya membentuk jaringan perdagangan maritim."
Penulis penelitian dari Univeristas Nasional Australia (ANU) Weiwei Wang mengatakan penemuan sisa bumbu kari ini memberi wawasan tentang keterlibatan wilayah itu dalam jaringan perdagangan global. "Penelitian kami menunjukkan bumbu kari kemungkinan besar diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh para migran di masa awal perdagangan dengan Samudera Hindia," kata dia.Dr Khankh Trung Kien Nguyen dari Institut Selata Ilmu Sosial di Vietnam mengatakan bumbu yang ditemukan itu memperlihatkan resep pembuatan kari tidak banyak berubah sejak zaman dahulu. "Bumbu yang kita gunakan hari ini tidak terlalu banyak berbeda dari masa di Oc Eo ini," kata dia.
Selain bekas sisa bumbu-bumbuan, tim arkeolog juga menemukan sejumlah benih yang terawetkan.
"Benih-benih ini masih segar dan sulit dipercaya umurnya sudah 2.000 tahun," kata peneliti senior ANU Dr Hsiao-chun Hung.
"Kami yakin analisis lebih mendalam bisa mengidentifikasi lebih banyak lagi bumbu dan kemungkinan menemukan spesies tanaman unik sehingga menambah wawasan kita tentang sejarah di wilayah Asia Tenggara."