Obsesi Manusia Hidup Abadi: Dari Ramuan Ajaib hingga Teknologi Modern
Manusia terus mencari cara untuk memperpanjang hidup, dari ramuan kuno hingga teknologi modern. Namun, hanya sedikit yang benar-benar berhasil.
Manusia telah mencoba “menipu” takdir kematian selama ribuan tahun. Dari mitos tentang eliksir yang menjanjikan keabadian hingga ramuan nyata yang sering kali berbahaya. Maka tak heran jika pencarian formula ajaib untuk hidup abadi selalu menggoda berbagai peradaban.
Salah satu upaya paling keliru terjadi hampir dua milenium lalu, ketika Kaisar pertama Tiongkok, Qin Shi Huang, mengonsumsi pil merkuri yang diyakininya bisa memberinya kehidupan abadi. Alih-alih mendapatkan umur panjang, ia justru meninggal di usia 49 tahun akibat keracunan.
-
Apa makhluk hidup yang ditemukan bisa hidup selamanya? Dilansir dari Australian Academy, sampai saat ini, hanya ada satu spesies yang disebut 'abadi secara biologis'. Makhluk ini adalah ubur-ubur Turritopsis dohrnii.
-
Apa yang dapat memperpanjang usia seseorang? Dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine, ditemukan bahwa aktivitas fisik dapat memperpanjang usia seseorang hingga minimal lima tahun.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di China? Fosil seekor hewan mamalia menyerang dinosaurus ditemukan di China timur laut. Seekor mamalia sejenis luwak sedang menyerang seekor dinosaurus pemakan tumbuhan, menindih mangsanya, dan menggigitnya.
-
Makanan apa yang bisa memperpanjang umur? Daging olahan, gorengan, dan minuman manis dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan kematian. Perbanyak konsumsi sumber gizi nabati yang bisa menurunkan risiko kematian dini sebesar 12--15%. Makanan harian Anda harus mengandung serat, ikan, protein nabati, dan lemak sehat. Bahkan, konsumsi ikan seminggu sekali saja dapat menurunkan risiko kematian hingga 15%.
-
Dimana para ilmuwan menemukan dunia prasejarah ini? Baru-baru ini ilmuwan menemukan dunia eksotis yang belum pernah diketahui sebelumnya di gurun Argentina yang terpencil.
-
Apa yang dibuat ilmuwan China? Albert Einstein pernah berbicara tentang penggunaan mesin udara untuk menciptakan kendaraan yang lebih besar dan lebih cepat. Hal itu ternyata menjadi pemicu ilmuwan China untuk membuatnya. Namun dimodifikasi sedemikian rupa. Malah secara tidak langsung negara itu 'berani' mematahkan pendapat Einstein.
Mengutip Popular Mechanics, Jumat (13/9), baru-baru ini, para arkeolog menemukan ramuan keabadian berusia 2.000 tahun dalam sebuah makam bangsawan Dinasti Han di Henan, China. Awalnya dianggap sebagai anggur, cairan dalam pot perunggu ini ternyata mengandung kalium nitrat dan alunit, yang dalam teks Tao kuno disebut sebagai bahan ramuan keabadian.
Meskipun tidak terbukti memperpanjang umur, temuan ini merupakan bukti pertama tentang "obat keabadian" dalam sejarah China. Keinginan untuk hidup selamanya atau setidaknya memperlambat penuaan adalah impian universal.
Kendati begitu, formula ajaib sebenar-benarnya belum ditemukan, usaha ini menghasilkan manfaat: penelitian tentang umur panjang terus berkembang. Namun, ada risiko bahwa akses ke perawatan ini hanya dimiliki oleh kalangan kaya.
Misalnya, pengusaha Bryan Johnson menghabiskan sekitar USD2 juta per tahun untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap seperti usia 18 tahun. Ini menunjukkan bahwa seperti di masa lalu, hanya kalangan elit yang dapat mengakses metode perpanjangan umur yang lebih canggih.
Johnson dibantu oleh 30 dokter dan ahli kesehatan untuk menjaga usia biologisnya tetap muda. Dia pernah mencoba transfusi plasma darah dari putranya yang lebih muda, namun menghentikannya setelah tidak menemukan manfaat signifikan.
"Tidak ada gunanya hidup 100 tahun jika Anda merasa menderita," ujar Johnson.
Brian Patrick Green, Ph.D., dari Markkula Center for Applied Ethics di Santa Clara University, menilai eksperimen-eksperimen ini tidak selalu buruk karena sering kali dilakukan secara sukarela dan berpotensi memberikan manfaat bagi masyarakat.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa perpanjangan usia bisa membawa masalah jika hanya bisa diakses oleh orang kaya atau membuat orang menjadi terlalu takut mengambil risiko. Sementara itu, Joao Pedro de Magalhães, Ph.D., ilmuwan asal University of Birmingham, menyarankan agar manusia fokus pada hidup seimbang daripada mencari cara untuk menghindari kematian.
“Tidak ada gunanya memaksakan kebiasaan yang tidak disukai hanya demi kesehatan karena itu hanya akan menimbulkan stres—yang justru mengurangi umur panjang,” katanya.