WNA Keluhkan Kualitas Hotel Isolasi, Ini Tanggapan Satgas
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menanggapi keluhan pelaku perjalanan luar negeri yang menjalani isolasi di hotel dengan fasilitas tidak memadai. Wiku memastikan pemerintah akan meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien yang menjalani karantina maupun isolasi.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menanggapi keluhan pelaku perjalanan luar negeri yang menjalani isolasi di hotel dengan fasilitas tidak memadai. Wiku memastikan pemerintah akan meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien yang menjalani karantina maupun isolasi.
"Kualitas pelayanan dan fasilitas terus kami tingkatkan ke depannya," katanya kepada merdeka.com, Rabu (12/1).
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa Raden Adipati Djojoadiningrat berani melamar Kartini? Karena gagasannya ini, pada awal abad ke-20 Kartini mampu mendirikan sekolah perempuan pertama di rumahnya yang berada di Kabupaten Rembang untuk memberdayakan perempuan sehingga bisa membaca, berhitung, dan menulis.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa Kartini Hermanus? Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Raden Ayu Kartini Hermanus merupakan sosok yang patut diperhitungkan dalam sejarah militer Indonesia. Ia memegang predikat sebagai jenderal wanita pertama di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, sebuah prestasi yang mengilhami banyak wanita di tanah air.
Pemerintah akan bekerja sama dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk menyediakan fasilitas karantina yang terstandar dan nyaman bagi pelaku perjalanan luar negeri. Kualitas fasilitas karantina juga akan disesuaikan dengan besaran tarif.
"Pada prinsipnya, setiap fasilitas karantina baik wisma ataupun hotel memiliki standarisasi khusus kelayakan sebelum diberikan izin dan ditetapkan sebagai tempat karantina terpusat," ujarnya.
Wiku menambahkan, bagi pelaku perjalanan luar negeri yang terkonfirmasi positif Covid-19 saat menjalani karantina akan dipindahkan ke fasilitas isolasi. Upaya pemindahan pasien ini tidak disertai dengan paksaan dalam bentuk apa pun.
"Perlu ditekankan bahwa tidak semua hotel memenuhi syarat dapat menyediakan fasilitas isolasi," ucap Wiku.
Fasilitas Hotel Rusak dan Kotor
Sebelumnya, Matthew Joseph Martin, Warga Negara Asing (WNA) asal Amerika Serikat mengeluhkan kualitas hotel yang ditempatinya selama menjalani isolasi. Sebagian besar fasilitas yang berada dalam kamar hotel rusak, kotor, dan berdebu. Karpet dan dinding kamarnya kotor, remote air conditioner (AC), tempat tidur, jendela, hingga shower rusak.
Belum lagi makanan yang disediakan hotel itu tidak sesuai dengan paket karantina. Berdasarkan paket karantina yang dipublikasikan pihak hotel, tamu mendapatkan makanan tiga kali sehari dengan tambahan snack dua kali.
"Tapi kenyataannya, jajanan yang diberikan jajan pasar 1 biji singkong. Bagaikan komedi tragis menyebut jajanan singkong yang satu ini," ucapnya kepada merdeka.com, Senin (11/1).
Dipindahkan Setelah Dinyatakan Positif
WNA yang sudah hampir enam tahun menetap di Indonesia ini menceritakan lengkap kondisi yang dialaminya. Dia tiba di Indonesia pada 30 Desember 2021, setelah mengunjungi orang tuanya di Amerika Serikat. Matthew melakukan perjalanan bersama putranya berusia empat tahun.
Saat tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Matthew dan putranya menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasilnya negatif Covid-19. Keduanya langsung bergegas menuju tempat karantina di Hotel Mercure Jakarta Gatot Subroto.
Matthew mengeluarkan uang sebesar Rp16,5 juta untuk biaya karantina di Hotel Mercure selama 10 hari bersama putranya. Pada hari ke delapan karantina atau tepatnya 6 Januari 2022, Matthew dan putranya melakukan tes PCR kedua di Hotel Mercure. Hasilnya menunjukkan positif Covid-19.
"Saya minta tes pembanding, tapi jawabannya tidak boleh. Bahkan tamu lain di-bully petugas hotel karena sering minta tes pembanding, katanya dideportasi kalau minta lagi," kata Matthew.
Setelah dinyatakan positif terinfeksi virus SARS-CoV-2, Matthew dan putranya menjalani isolasi di Hotel Mercure. Sampai 8 Januari 2022.
Di tanggal yang sama, Matthew mengaku dipaksa pindah oleh petugas Hotel Mercure dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 ke hotel yang terletak di kawasan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
"Tidak masuk akal, kenapa kami harus pindah? Itu lebih berisiko menginfeksi orang lain. Padahal lebih baik kami tetap di kamar (Hotel Mercure) saja," ujarnya.
Menurut Matthew, dia tak diberi opsi hotel lain. Hanya diharuskan pindah ke hotel kedua. Matthew juga tak mengetahui apakah Hotel di Gondangdia ini masuk daftar hotel yang direkomendasikan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sebagai tempat isolasi pasien Covid-19.
Bayar Rp22 Juta untuk 10 Hari
Matthew menyebut kualitas pelayanan hotel kedua itu sangat rendah. Berbeda jauh dengan Hotel Mercure. Padahal, hotel kedua ini menetapkan tarif Rp13,5 juta untuk satu tamu. Karena Matthew melakukan isolasi bersama putranya, maka tarif yang dikenakan sebesar Rp22 juta untuk 10 hari. Artinya, tarif penginapan harian yang harus dibayar sebesar Rp2,2 juta.
"Kami bayar Rp13,5 juta untuk hotel bobrok seperti itu. Jelas ini tidak adil," keluhnya
Selama menjalani isolasi di hotel tersebut, Matthew mengaku baru satu kali dikunjungi tenaga kesehatan. Saat itu, kesehatannya dicek pada 8 Januari 2022 pukul 23.00 WIB. Namun, kondisi kesehatan putranya tidak dicek karena sedang tidur.
Pria yang lebih sering disapa Abah Bule Omar ini mengaku semula tidak merasakan gejala meski dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, kini dia merasakan pusing.
"Sekarang lagi pusing dengan kondisi (hotel) dan biayanya," tutupnya.
(mdk/yan)