Yenny Wahid Sebut Huruf Arab Pegon Bentuk Perlawanan Terhadap Politik Aliran
Yenny menyatakan hal itu untuk merespons pertanyaan seputar penggunaan huruf Arab pegon pada ikat kepala dan kaos, yang selama masa kampanye Pilpres 2019 sering dipakai relawan RPGD.
Penggunaan huruf Arab pegon bertuliskan 'Tetap Jokowi' pada ikat kepala maupun kaos selama masa kampanye, bukan merupakan simbol dari politik aliran. Koordinator Rumah Pergerakan Gus Dur (RPGD) Yenny Wahid mengatakan, huruf pegon justru dipakai sebagai perlawanan terhadap penggunaan aksara Arab, yang selama ini dianggap simbol politik aliran atau politik identitas.
Yenny menyatakan hal itu untuk merespons pertanyaan seputar penggunaan huruf Arab pegon pada ikat kepala dan kaos, yang selama masa kampanye Pilpres 2019 sering dipakai relawan RPGD. Termasuk Yenny Wahid yang kerap tampil berkaos atau berjaket dengan ciri desain bertuliskan Arab pegon.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
"Ada kesengajaan dari pihak-pihak tertentu yang menggunakan aksara Arab untuk memecah belah bangsa, bukan mempersatukan seperti asalnya. Atribut bertuliskan huruf Arab yang dibawa massa dipakai sebagai penunjuk politik aliran. Bahkan, persaingan kedua calon presiden pun dinilai dari identitas keislamannya," urai Yenny di sela Konser Putih BerSatu di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Sabtu (13/4). Dikutip dari Antara.
Padahal dalam sejarahnya, huruf atau aksara Arab adalah salah satu dari ribuan aksara dari berbagai bangsa di dunia yang oleh bangsa Arab digunakan tidak hanya untuk kepentingan agama. Tetapi juga keperluan ekonomi, politik dan urusan kehidupan lainnya.
Istilah Arab pegon itu sendiri, kata Yenny, berawal dari modifikasi huruf Arab untuk menuliskan bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, serta bahasa daerah lainnya. Tulisan ini berkembang setelah Islam menjadi agama mayoritas rakyat Nusantara.
"Sebelumnya suku-suku bangsa di kepulauan Nusantara menggunakan aksara Pallawa dari bahasa Sansekerta yang berasal dari India Selatan," ujar putri Presiden ke-3 RI, KH Abdurrahman Wahid ini.
Diakui Yenny, penggunaan ikat kepala dan kaos 'Tetap Jokowi' dalam huruf Arab pegon memang upaya untuk mengingatkan kembali pada sejarah yang hilang.
"Sejarah ketika banyak suku bangsa di Indonesia menggunakan huruf Arab untuk menuliskan bahasa daerahnya bagi keperluan sehari-hari. Masa sebelum huruf Latin diperkenalkan oleh penjajah Belanda seperti yang dipakai sampai sekarang," tuturnya.
Pada masanya, lanjut Yenny, huruf Arab pegon sempat dipakai meluas di kalangan pesantren, untuk menulis terjemahan Alquran, menulis naskah-naskah khutbah, hingga menulis adaptasi karya-karya sastra dari Persia, Arab maupun negara-negara Timur Tengah lainnya.
"Meskipun kegiatan literasi masih hidup di pesantren-pesantren, namun huruf Arab pegon sudah semakin jarang digunakan. Ini yang kemudian mengilhami teman-teman relawan RPGD untuk memakai Arab pegon, sekaligus sebagai kritik terhadap penggunaan aksara Arab yang keliru dan salah kaprah," tegas Yenny.
Dalam pemaknaan yang lebih luas, menurut Yenny, penggunaan Arab pegon dalam konteks kekinian tidak lepas dari upaya melestarikan kekayaan budaya Nusantara. "Kita dituntut sigap mengantisipasi perubahan cepat yang muncul sebagai dampak Revolusi Industri 4.0. Namun, kita tetap tidak boleh menanggalkan kearifan lokal, bahkan hingga ke tingkat penggunaan Arab pegon," ujarnya.
Yenny berpendapat, esensi dari Revolusi Industri 4.0 bukan sekadar revolusi teknologi. Tetapi juga revolusi budaya. Revolusi manusia dalam berbagai aspek kehidupan. "Revolusi yang membawa nilai dan norma baru dalam kehidupan sehari-hari, namun tetap memberi ruang bagi setiap upaya menjaga warisan budaya," pungkasnya.
Baca juga:
Yenny Wahid Sebut Pilpres 2019 Seperti Suhu Bumi, Ada Pemanasan Global
Yenny Wahid 'Nyuwun Sanget' ke Kiai Kampung untuk Jadikan TPS Ajang Silaturahmi
Ngaji Bersama Ma'ruf Amin, Yenny Serukan Warga Sumenep Pilih Nomor Wahid
Yenny Wahid Sebut Prabowo Salah Data di Debat Keempat
Yenny Wahid: Banyak Masyarakat Ditakut-takuti Tanggal 17 April akan Chaos
Ketika Yenny Wahid Takut Ucap Salam Khas Surabaya di Depan Ma'ruf Amin