Zumi Zola marah sampai tendang tong sampah di RS, ini kata dokter
Zumi Zola marah sampai tendang tong sampah di RS, ini kata dokter. Dokter Ari mengingatkan bahwa tempat sampah di ruang perawatan rumah sakit secara umum ada dua tempat sampah untuk sampah infeksius biasa berwarna kuning dan tempat sampah untuk non-infeksius. Hal itu bisa berbahaya.
Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Ari Fahrial Syam menanggapi inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Gubernur Jambi Zumi Zola dengan amarah di RSUD Provinsi Jambi.
"Saya juga ingin menanggapi hal ini, dan berdoa bahwa para pejabat lebih bermartabat dalam menegur petugas kesehatan yang sedang berdinas," kata Ari Fahrial Syam dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (23/1).
Sejumlah media memberitakan Gubernur Jambi Zumi Zola yang melakukan sidak dini hari menjadi viral. Gubernur yang berteriak-teriak dan menyampaikan kecewa terhadap pelayanan rumah sakit yang buruk dan sering mendapatkan laporan kalau dokter jaga tidur setelah jam 12 malam.
Ari memahami, sebagai seorang gubernur, Zumi Zola menjadi orang yang bertanggung jawab atas berbagai hal, termasuk rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan rujukan sehingga sah-sah saja jika gubernur melakukan sidak untuk mengonfirmasi laporan dari masyarakat atas pelayanan rumah sakit tersebut.
"Tetapi ada yang kurang tepat dilakukan ketika Gubernur Zumi Zola melakukan sidak dengan diikuti media cetak dan elektronik. Apa yang ditunjukkan beliau adalah marah-marah dan bahkan sampai menendang tempat sampah. Jelas menunjukkan pemimpin yang tidak mampu mengendalikan diri apalagi sedang disorot kamera," paparnya.
Ari mengingatkan bahwa tempat sampah di ruang perawatan rumah sakit secara umum ada dua tempat sampah untuk sampah infeksius biasa berwarna kuning dan tempat sampah untuk non-infeksius. Kalau saja kebetulan yang ditendang tempat sampah infeksius tindakan Gubernur ini juga akan membahayakan dirinya dan orang lain.
Dia juga mencemaskan bahwa apa yang dilakukan Gubernur Zumi Zola kepada petugas kesehatan bisa menjadi contoh masyarakat ketika melakukan komplain terhadap petugas kesehatan, padahal sudah aturan dan berlaku secara internasional bahwa dokter dan petugas tidak boleh bekerja di dalam tekanan.
"Kalau semua pasien atau keluarga pasien bisa marah-marah seperti Pak Gubernur akan mempengaruhi kinerja para petugas kesehatan," katanya.
Selain itu, dia mengemukakan bahwa dokter dan perawat jaga mempunyai porsi di dalam bertugas sesuai dengan tanggung jawab ruangannya. Bisa saja setelah jam tertentu setelah proses perawatan rutin, perawat jaga yang ada bergantian untuk beristirahat.
Namun, lanjutnya, pasti ada yang tetap siaga untuk mengganti infus dan menemui pasien yang mengalami keluhan karena sakitnya.
Sedangkan dokter jaga ruangan yang bertanggung jawab untuk banyak ruangan, setelah keliling bisa saja dokter beristirahat, tetapi tetap dengan kondisi siap untuk datang jika dipanggil suster.
"Sidak memang sudah menjadi budaya sebagian pejabat negeri ini, tetapi yang terpenting adalah 'follow up' (kelanjutan) pascasidak harus meliputi perbaikan sistim," jelasnya.
Akhirnya jika memang para petugas lalai dalam melaksanakan tugas, lanjutnya, harusnya ada sistim yang dibuat agar mereka diberikan sanksi sesuai dengan pelanggaran disiplin yang terjadi.
Ari menegaskan, yang penting dari semua ini keselamatan pasien menjadi tujuan dari suatu pelayanan kesehatan.