5 Ide 'gila' Ruhut Sitompul yang sulit terealisasi
Berikut ini ide Ruhut yang dirangkum merdeka.com:
Ruhut Sitompul kerap mengeluarkan pernyataan kontroversial. Politikus Partai Demokrat ini jika berbicara seolah menyakinkan, padahal idenya itu sulit terealisasi.
Ya, itulah Ruhut. Sejak bergabung dengan Partai Demokrat dia kerap bersuara lantang. Terus membela Partai Demokrat terutama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono .
Menjelang pemilihan presiden (Pilpres), Ruhut melontarkan ide-ide yang mengundang kontroversi. Berikut ini ide Ruhut yang dirangkum merdeka.com:
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Siapa saja capres-cawapres yang ikut bertarung dalam Pilpres 2024? Ada tiga pasangan capres-cawapres yang bertarung dalam Pilpres 2024. Capres-Cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Capres-Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Capres-Cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
-
Bagaimana Thomas Djiwandono berkontribusi dalam Pilpres 2014? Selama Pilpres 2014, mengusung pasangan Prabowo-Hatta, peran Tommy sangat penting bagi Koalisi Merah-Putih (KMP) untuk kebutuhan logistik.
-
Siapa yang memenangkan Pilpres 2004? Pada saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memenangkan Pilpres.Hasil pemilu ini juga menjadi awal dari perubahan politik di Indonesia.
-
Apa yang dikatakan Sekjen Golkar tentang arah koalisi di Pilpres 2024? Sekjen Golkar menambahkan, di akhir pertemuan, Airlangga memakaikan jaket kuning loreng kepada seluruh ketua dewan. Jaket kuning loreng ini juga yang dikenakan seluruh Ketua DPD Tingkat I Partai Golkar saat bertemu Airlangga di Bali.
-
Siapa saja yang hadir dalam rapat pleno rekapitulasi Pilpres 2024 di KPU RI? Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) terus melangsungkan rapat pleno, hasil rekapitulasi Pilpres 2024.
Ingin Ibu Ani Yudhoyono nyapres
Ide ini diungkapkan jauh sebelum pileg. Waktu itu Ruhut menganggap tak ada tokoh yang mumpuni menjadi presiden. Karena itu ia mengusulkan agar Ibu Ani Yudhoyono menjadi capres.
"Nominasi saya, masih ngeri-ngeri sedap, Ibu Negara. Kalau saya masih itu. Karena Bu Ani istri SBY, selain itu kita tahu sejak SBY pendidikan militer, sampai saat ini karir Ibu Negara di mana-mana," kata Ruhut.
Menurut Ruhut, anak almarhum Jenderal (purn) Sarwo Edhie Wibowo itu memiliki kontribusi pada bangsa. Seperti pengadaan mobil pintar dan budaya menanam pohon.
"Yang saya katakan selalu dengan SBY, dua periode dilalui baik. Kenegarawanan SBY yang meneruskan Bu Ani," lanjutnya.
Ruhut yakin Ibu diizinkan maju sebagai capres. "Politik last minute, saya hormati SBY. Tapi kehendak rakyat, kalau polling Bu Ani tinggi, apa yang baik dari kami kok dibilang akal-akalan," katanya.
Usul SBY jadi presiden ketiga kalinya
Ruhut juga pernah mengungkapkan jika SBY layak menjadi presiden untuk ketiga kalinya. Ide Ruhut ini tentu tak masuk akal. Sebab, UU hanya memperbolehkan menjabat selama dua periode.
Namun Ruhut yakin UU itu bisa diamandemen. Alasannya, saat ini tidak tokoh yang mumpuni selain SBY.
"Politik itu kan last minute. Nyatanya sekarang banyaknya wacana amandemen," ujarnya.
Tapi jika SBY tidak bersedia, maka dia tidak memaksakan. Semua tergantung pada SBY.
Duetkan Pramono Edhie-Abraham
Paling baru adalah Ruhut ingin menduetkan Pramono Edhie Wibowo dengan Ketua KPK Abraham Samad dalam pilpres mendatang. Bahkan Ruhut mengaku sudah bertemu tiga kali dengan Abraham.
Pada pertemuan ketiga, Ruhut mengklaim Abraham setuju mendampingi Pramono Edhie. Ruhut yakin pasangan ini akan menang dalam pilpres nanti.
"Beberapa kali saya komunikasi dengan Pak Abraham Samad," katanya.
"Ke Pramono Edhie saya juga sudah lapor (Abraham jadi cawapres) dan Pak Pramono sama dengan Pak SBY, santun ya kita tunggulah dulu, kata beliau ( SBY )," terang Ruhut.
Terkait dengan klaim Ruhut ini, kemarin Abraham Samad sudah membantah jika ia bersedia menjadi cawapres Pramono Edhie. Dia mengaku tak pernah berkomunikasi dengan Ruhut soal politik.
Minta Jokowi jadi cawapresnya Pramono Edhie
Ruhut juga pernah mengusulkan agar Jokowi bersedia menjadi cawapresnya Pramono Edhie. Padahal Jokowi saat ini sudah maju sebagai capres dari PDIP. Hal itu diungkapkan Ruhut jauh sebelum pileg digelar.
Alasannya saat itu sulit bagi partai politik mengajukan calon sendiri, termasuk PDIP. Karena itu sebaiknya PDIP koalisi dengan Demokrat.
"Untuk mencapai kuota kursi 20 persen sangatlah sulit maka kami akan memilih tetap berkoalisi dengan partai lain, karena akan mempermudah pemenangan pilpres nanti," kata Ruhut.
Menurut Ruhut, sampai saat ini sudah ada beberapa partai yang siap menyatakan diri untuk berkoalisi dengan partai berlambang mercy tersebut, bahkan politikus sekaligus pengacara ini menyebut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP sudah sering berkomunikasi tentang koalisi.
"Saya yang merupakan tim sukses Pak Pramono Edhie inginnya beliau yang menjadi capres dan disandingkan dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan kami selalu terbuka untuk Pak Jokowi, namun beliau merupakan salah satu capres dari PDIP sehingga perlu ada komunikasi koalisi lebih lanjut," kata Ruhut.
Baca tanda-tanda alam yakin Pramono Edhie menang
Ruhut tak percaya dengan hasil polling atau survei sejumlah lembaga kepada Pramono Edhie . Menurut dia, yang terpenting adalah tanda-tanda alam dan restu dari Allah.
Dia mengatakan, tanda itu terlihat dari angka lima yang melekat secara alamiah pada diri Pramono Edhie . "Pramono Edhie lahir tanggal lima, bulan lima, tahun lima-lima, anak ke lima dan saudara perempuannya ada lima," kata Ruhut.
Tidak hanya angka lima yang melekat dengan Pramono Edhie tanda kemenangan itu, Ruhut menjelaskan, angkat tujuh juga jadi salah satu bentuk restu Allah agar Pramono Edhie jadi presiden.
"Demokrat nomor tujuh, 5 x 5 = 25, 2 + 5 = 7. Sekarang pemilihan presiden ketujuh dan Sarwo Edhie (ayah Pramono Edhie) punya anak tujuh," cetus dia.
Ruhut mengatakan, bacaannya ini bukan tanpa alasan. Dia menambahkan, dulu pada 2009 SBY juga dikaitkan dengan nomor sembilan yang pada akhirnya menang pemilu. "Dulu Pak SBY terkenal dengan nomor 9, polling cuma 9 persen tapi menang," tutur dia.
Meskipun polling Pramono Edhie jauh di bawah capres lain seperti Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, Jokowi, Megawati bahkan Aburizal Bakrie, Ruhut menegaskan, polling bukan tolak ukur. "Ada enggak tanda-tanda dari Allah? Bukan polling," pungkasnya.