Ahok: Orang kita kalau dengar rusun kan agak kaget
Ahok: Orang kita kalau dengar rusun kan agak kaget. Ahok mengatakan, stigma yang tertanam pada masyarakat soal rusun adalah ruangan sempit. Padahal, kini Pemprov DKI Jakarta telah memberikan ruang seluas 36 meter persegi.
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama sempat menawarkan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) kepada salah satu warga di Jalan Desa Putra, Gang Setu Babakan, RT 06 RW 05, Jakarta Selatan. Namun ternyata niat baik tersebut tidak bersambut.
Basuki atau akrab disapa Ahok ini mengatakan, stigma yang tertanam pada masyarakat soal rusun adalah ruangan sempit. Padahal, kini Pemprov DKI Jakarta telah memberikan ruang seluas 36 meter persegi.
"Orang kita kalau dengar rusun kan agak kaget. Padahal rusun tuh anaknya aman, 36. Nah saya mungkin akan kirim orang bujuk dia. Gimana, anak dia saya takut kalau jatuh atap takutnya roboh," katanya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (31/10).
Mantan Bupati Belitung Timur ini akan menanyakan langsung kepada pemilik rumah untuk melakukan perbaikan terhadap bangunan yang hampir roboh tersebut. Bahkan, dia juga ingin mempertanyakan bagaimana kelanjutan rumah tersebut.
"Saya akan tanya ke pemilik kontrakannya gimana? Kamu mau diperbaikin, atau dijual atau mau apa mesti jelas. Saya enggak mau rumah jelek kamu kontrakin ke orang terus roboh. Kalau nimpa anak bayi gimana. Kasihan kan," terang dia.
Sebelumnya, Adek (26) bersama istrinya Kiki (24) tinggal bersama dua anaknya di Jalan Desa Putra, Gang Setu Babakan, RT 06 RW 05, Jakarta Selatan. Sudah hampir setahun mereka tinggal di rumah yang sampingnya adalah sungai.
"Iya tadi ditawari pindah ke rusun. Cuma lagi mikir-mikir," kata Adek di rumahnya, Senin (31/10).
Pria yang berprofesi sebagai montir di bengkel ini sebenarnya sudah terbiasa dengan keadaan ini. Walaupun sebenarnya dia juga cukup khawatir dengan kondisi tersebut. Namun yang jadi pertimbangannya adalah kelanjutan mata pencahariannya.
"Cuman sudah biasa di sini, kerja juga dekat sini ya sudah di sini. Langganan juga ada di sini. Saya ngebengkel," terangnya.
Adek menceritakan, dalam sebulan harus mengeluarkan kocek paling rendah Rp 400.000 untuk dapat tinggal. Namun, pembayaran tidak selalu sama, mengingat kondisi bangunan yang rusak serta penghasilannya yang tidak menentu.
"Sebenarnya ini mau dijual tapi enggak laku-laku. Paling rendah 400. Kondisi begini saya juga pemasukan enggak jelas juga," tutupnya.