Akhir pahit Wiranto di setiap pilpres
Meski tekadnya untuk nyapres kuat, fakta membuktikan Wiranto selalu gagal dalam tiga kali pilpres yang pernah digelar.
Nama mantan Menhankam/Pangab yang kini Ketua Umum Partai Hanura Wiranto tidak asing dalam dunia politik tanah air. Sebab, selama tiga kali pilpres digelar, tiga kali juga Wiranto mendeklarasikan diri maju sebagai kandidat calon presiden.
Bahkan, Wiranto pernah menyatakan bahwa dia akan nyapres sampai mati. "Perjuangan itu mati, kalau sampai dia sudah mati nanti. Jadi perjuangan prajurit itu enggak pernah tuntas, enggak pernah mati, sampai nanti dia mati," ujar Wiranto di acara Institute Managing The Nation, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Juli 2013 silam.
Meski tekadnya untuk nyapres kuat, fakta membuktikan Wiranto selalu gagal dalam tiga kali pilpres yang pernah digelar negeri ini. Berikut 4 fakta kegagalan Wiranto:
-
Kapan Anang Hermansyah dan Krisdayanti akan bertarung di Pemilu? Krisdayanti diketahui akan kembali bertarung untuk merebut kursi parlemen dalam Pemilu 2024 melalui Dapil Jawa Timur V. Sementara itu, Anang Hermansyah akan berjuang untuk mendapatkan suara di Dapil V Kabupaten Bogor.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Hanung Cahyo Saputro dilantik? Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana melantik pejabat Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro di Gradhika Bhakti Praja Building, Komplek Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jalan Pahlawan No 9 Semarang pada Minggu (24/9) kemarin.
-
Kenapa Pemilu di Indonesia penting? Partisipasi warga negara dalam Pemilu sangat penting, karena hal ini menunjukkan dukungan dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang berlaku.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Menang Konvensi Golkar, tapi kalah di Pilpes 2004
Menjadi bagian dari Orde Baru, Wiranto pada 2004 tetap meniti karier politik di Partai Golkar. Menjelang Pilpres 2004, dia pun mengikuti Konvensi Capres Partai Golkar.
Hasilnya cukup mengejutkan, Wiranto berhasil memenangi konvensi dengan mengalahkan sejumlah pesaing, seperti Akbar Tandjung, yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar dan pencetus gagasan Konvensi.
Di Pilpres 2004, Wiranto akhirnya maju bersama KH Salahuddin Wahid, tokoh Nadhlatul Ulama (NU). Namun pasangan ini hanya 'finish' di posisi ketiga dengan 22,15 persen suara, dan gagal masuk ke putaran kedua.
Deklarasi sebagai capres 2009, tapi cuma jadi cawapres
Menghadapi Pilpres 2009, Wiranto mendirikan kendaraan politik baru setelah hengkang dari Partai Golkar. Partai Hanura resmi dia dirikan pada 21 Desember 2006.
Namun karena perolehan suara Hanura di Pemilu Legislatif 2009 tidak cukup signifikan, Wiranto akhirnya rela hanya menjadi calon wakil presiden dari Jusuf Kalla (JK), yang dicapreskan oleh Partai Golkar.
JK-Win, demikian pasangan itu disebut, gagal dan hanya menjadi juru kunci dengan 12,41 persen suara.
Deklarasi sebagai capres 2014, tapi gagal nyapres
Nasib Wiranto di Pilpres 2014 lebih buruk dari dua pilpres sebelumnya. Meski Pilpres 2014 masih akan berlangsung 9 Juli nanti, sudah hampir dipastikan hanya Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta yang akan bertarung. Artinya, tidak ada nama Wiranto dalam pertarungan ini.
Padahal jika melihat ke belakang, Wiranto sudah jauh-jauh hari mendeklarasikan diri sebagai bakal capres dari Hanura, bersama pendampingnya, Hary Tanoesoedibjo. Tapi apa mau dikata, perolehan suara Hanura yang tak signifikan membuat Wiranto gagal bertarung di Pilpres 2009.
Sudah gagal nyapres di 2014, ditinggal para pentolan Hanura
Kegagalan Wiranto nyapres di Pilpres 2014 diikuti oleh hengkangnya sejumlah pentolan Hanura dari partai tersebut. Dua pentolan yang sudah menyatakan mundur adalah Hary Tanoesoedibjo yang sebelumnya menjabat Ketua Dewan Pertimbangan dan Ketua Bappilu Hanura, dan Fuad Bawazier yang sebelumnya adalah Ketua DPP Partai Hanura.
Setelah kecewa dengan Wiranto yang mendukung koalisi Jokowi-JK, Hary Tanoe dan Fuad kini merapat ke pasangan Prabowo-Hatta. Bahkan, Hary Tanoe yang juga pemilik perusahaan media MNC Grup didapuk menjadi penasihat pasangan Prabowo-Hatta.