Anies Baswedan diingatkan menahan diri tak ikut Pilpres 2019
Pengamat Politik dari UIN, Pangi Syarwi Chaniago meminta Anies menahan diri. Menurut dia, jangan sampai, mantan rektor Universitas Paramadina itu terpancing keinginan politik pragmatis dari pengusaha.
Partai oposisi mewacanakan bakal mengusung Anies Baswedan maju di Pilpres 2019. Namun, Anies diingatkan soal komitmen menjadi gubernur DKI Jakarta selama lima tahun.
Pengamat Politik dari UIN, Pangi Syarwi Chaniago meminta Anies menahan diri. Menurut dia, jangan sampai, mantan rektor Universitas Paramadina itu terpancing keinginan politik pragmatis dari pengusaha.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Bagaimana Anies Baswedan menanggapi kekalahan Pilpres? "Mau perjalanan yang nyaman dan enak, pilih jalan yang datar dan menurun. Tapi jalan itu tidak akan pernah mengantarkan kepada puncak manapun," ujarnya."Tapi kalau kita memilih jalan yang mendaki, walaupun suasana gelap ... kita tahu hanya jalan mendaki yang mengantarkan pada puncak-puncak baru."
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang disampaikan Anies Baswedan di sidang perdana PHPU? "Karena memang sebagai prinsipal di awal kami hadir menyampaikan pesan pembuka sesudah itu nanti disampaikan lengkap oleh tim hukum," kata Anies, kepada wartawan, Rabu (27/3).
"Pak Anies itu harus menahan diri, jangan terpancing oleh keinginan kelompok-kelompok yang ingin menjadikan dia sebagai tameng atau boneka untuk kepentingan pengusaha, pebisnis, atau kepentingan yang lain. Anies harus sadar itu. Jangan sampai dia diperalat oleh pemburu rente kekuasaan," kata Pangi saat dihubungi, Selasa (10/7).
Hal lain yang mendasari Anies untuk tidak maju di Pilpres mendatang adalah preseden buruk bila jabatan gubernur DKI Jakarta hanya dijadikan batu loncatan. Seperti juga pernah dilakukan Presiden Jokowi empat tahun silam.
Pangi menyarankan, Anies untuk tidak mengulangi peristwa itu dan komitmen menyelesaikan masa jabatannya sebagai gubernur Ibu Kota. "Energi yang digunakan untuk memilih Anies itu cukup besar. Baik dari biaya pemilunya, pengorbanan masyarakat, terpecah-pecahnya masyarakat. Memilih beliau bukan hal yang sepele. Berat tanggung jawabnya," kata Pangi.
"Anies harus meninggalkan tradisi kutu loncat yang tidak menyelesaikan masa jabatan ini, karena tradisi ini tidak baik, tradisi yang tidak perlu diteruskan. Tradisi bahwa yang dilakukan Jokowi pun salah sebetulnya," kata dia.
Jika Anies ngotot maju mengikuti tradisi Jokowi, Pangi berpendapat, hal itu akan menjadi mimpi buruk bagi masyarakat DKI Jakarta ke depanya. Ada gubernur yang hanya 1,5 tahun, bahkan ada yang belum genap satu tahun sudah lompat meninggalkan jabatan.
"Sampai kapan pemimpin kita tidak amanah dengan janji-janji politik. Kalau Anies pernah berjanji bahwa tidak akan meninggalkan Jakarta, ketika janji itu masih ada sampai sekarang dan masyarakat masih pegang janji itu, ini jadi blunder, jadi bunuh diri kalau Anies memaksakan kehendak," ujarnya.
Menurut Pangi, Anies jangan sampai diperalat partai karena memiliki elektabilitas yang baik. Seperti terjadi saat Pilkada seretak beberapa waktu lalu, banyak partai yang memanfaatkan figur populer dan elektable untuk mengangkat suara partai.
"Ada yang memanfaatkan figur beliau yang lagi moncer sedang terang. Artinya secara individu saja itu sudah kuat, sudah bisa menyumbangkan insentif elektoral. Dia sudah punya ceruk segmen pemilih. Seperti contoh di Pilkada kemarin, kalau saja partai pengusung Ridwan Kamil mematikan mesin saja, itu Ridwan Kamil, masih menang kok. Karena yang dipilih orang, bukan partai tapi figur," jelasnya.
Pangi pun menyarankan partai untuk percaya diri dengan kader sendiri dan tidak hanya mendompleng figur lalu mengklaim kemenangan. "Partai berpikir ulang menjalankan tradisi politik meritokrasi yaitu menghargai dan menghormati dan sangat percaya diri dengan kader sendiri. Ketimbang hanya mengklaim," jelasnya.
Baca juga:
PKS, PAN dan PKB bisa bangun koalisi, jagoannya Anies-Cak Imin
Status Jokowi sebagai petugas partai buat rumit tentukan Cawapres
Triple M, 3 tokoh yang namanya menguat sebagai cawapres Jokowi
Bertemu SBY, Airlangga ngaku bahas situasi kian hangat jelang 2019
Din Syamsuddin minta capres tak saling mengklaim didukung ulama demi meraih pemilih