Bantah Ahok, Azwar Anas sebut justru PDIP gratiskan saksi di TPS
"Malah PDIP menyiapkan kader-kadernya untuk menjadi saksi di setiap TPS. Ini saya alami betul," kata Azwar Anas.
Tudingan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bahwa ada mahar politik untuk pencalonan kepala daerah lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kembali dibantah.
Setelah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, kini giliran Bupati Banyuwangi Azwar Anas yang menegaskan, bahwa tuduhan calon inkumben gubernur DKI Jakarta itu sama sekali tidak benar.
Bekas kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dua kali diusung PDIP dalam pilkada itu merasa tak pernah mengeluarkan uang untuk mahar politik. Bahkan, Anas justru merasa dibantu oleh partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut.
“Pengalaman saya mengikuti dua kali Pilkada pada 2010 dan 2015 yang diusung oleh PDIP, sama sekali tidak ada mahar atau uang yang harus dibayarkan ke partai. Secara resmi maupun tidak resmi, dua kali ikut pilkada ini saya tidak pernah dimintai mahar oleh PDIP,” tegas Anas seperti dikutip Antara, Sabtu (12/3).
Anas menegaskan, berdasarkan pengalamannya dua kali ikut pilkada, dia justru malah dibantu oleh PDIP. Mantan anggota DPR ini mencontohkan, saat harus membiayai saksi-saksi, dia justru tak mengeluarkan uang sama sekali.
“Untuk saksi, sama sekali tidak ada biaya. Malah PDIP menyiapkan kader-kadernya untuk menjadi saksi di setiap TPS. Ini saya alami betul dan pasti dialami oleh kandidat lain,” jelas bupati yang telah mendatangkan banyak penghargaan, khususnya bidang pariwisata, untuk Banyuwangi ini.
Anas menambahkan, PDIP juga menggembleng kader-kadernya secara mandiri sebagai saksi. Anas bahkan sempat melihat langsung pelatihan mandiri bagi saksi-saksi PDIP di pilkada Banyuwangi.
Karenanya, Anas menegaskan bahwa biayanya memenangi pilkada Banyuwangi relatif murah karena tidak keluar uang mahar dan biaya saksi.
“Saya hanya diminta mengunjungi pelatihan itu untuk menyampaikan visi-misi dan program kerja. Ini sangat membantu mewujudkan politik biaya murah, karena salah satu komponen paling mahal dalam pilkada adalah untuk para saksi,” tegasnya.
Sebelumnya, Ahok memutuskan maju lewat jalur independen karena mengaku dimintai mahar yang kisarannya Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar. Meski tidak menyebut parpol yang dimaksud, pernyataan Ahok itu tersebut dianggap menyasar PDIP. Sebab, Ahok baru saja memutuskan 'meninggalkan' PDIP dan memilih jalur independen.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa tugas Ahmad Sahroni di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Bagaimana cara warga Jakarta memilih pemimpin di Pilkada DKI 2017? Dengan sistem ini, warga Jakarta bisa langsung berpartisipasi memberikan suara untuk menentukan pemimpin mereka hingga 5 tahun ke depan.
-
Siapa yang ditunjuk sebagai ketua tim pemenangan pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
Baca juga:
Ini tanggapan PDIP soal surat perintah tak serang Ahok
Dukung Ahok, fans di Belanda minta dibelikan baju TemanAhok
Pesan Gerindra buat Ahok: Kalau mau susah, silakan independen!
Dukung Ahok, warga serbu markas TemanAhok
Belum tarung, Ahok dan Risma sudah saling bantah soal mahar politik