Big Match Pilkada Sumenep, seteru 2 ulama akan diwarnai politik uang
Calon petahana KH Abuya Busyro Karim (Buya)-Ahmad Fauzi dan calon penantangnya, Zainal Abidin-Hj Dewi Khalifah.
Lembaga Survei Indepth menilai, Pilkada Sumenep, Madura, Jawa Timur merupakan 'Big Match' dua kekuatan dua ulama besar di Pulau Garam tersebut. Dan pertarungan head to head Pilkada serentak di Kabupaten Sumenep itu diprediksi banyak diwarnai politik uang.
Dua pasangan calon (Paslon) yang saling berhadap-hadapan di Pilkada Sumenep, 9 Desember mendatang itu adalah calon petahana KH Abuya Busyro Karim (Buya)-Ahmad Fauzi dan calon penantangnya, Zainal Abidin-Hj Dewi Khalifah alias Bu Nyai Eva.
Menurut Head of Consultant Indepth, Andri Riswandi, di Pilkada serentak 2015, yang dibekali Undang-Undang Pilkada Nomor 1/2015 dan PKPU Nomor 12/2015 ini akan menjadi tontonan intrik politik yang cukup menarik, khususnya di Sumenep.
"Oleh karena itu, saya memberi judul survei kami dengan judul: Mencermati Persiapan Big Match Kabupaten Sumenep 2015, dan secara berkala akan kita update hingga hari H-nya," terang Andri di Surabaya, Kamis (10/9).
Buya, merupakan calon incumbent yang masih diperhitungkan di Pilkada kali ini, mendapat lawan seorang mantan Kepala Bappeprov Jawa Timur, yaitu Zainal Abidin (ZA) yang dikenal dekat dengan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. ZA, diprediksi akan menjadi kuda hitam yang berhasil menggusur bacalon sebelum dia di bursa Pilkada serentak, yaitu HM Sahnan, yang dikenal sebagai calon anti Buya.
"Dari analisa politik kami, sulit mengalahkan Buya jika gerakan anti Buya terpecah menjadi dua kelompok pendukung. Sahnan, yang kecewa karena didepak ZA, akan berbalik menjadi pendukung Buya, karena sakit hati terhadap ZA, yang telah memborong semua kursi partai di dewan," paparnya memberi analisa.
Namun, lanjutnya, strategi ciamik juga dipertontonkan ZA tatkala dia menggandeng tokoh dari trah kiai, yaitu Nyai Eva yang notabenenya Ketua Muslimat NU Kabupaten Sampang. Selain sebagai ustazah, Nyai Eva juga memiliki track record sebagai mantan rival berat Buya di Pilkada 2010 lalu.
"Bisa dipastikan, Buya yang sejak awal berpasangan dengan Ahmad Fauzi sebagai representasi PDIP, pada akhirnya akan ditantang head to head oleh ZA, yang berpasangan dengan Nyai Eva," katanya.
Meski sama-sama memiliki kekuatan dan pengaruh luar biasa, kedua Paslon ini tetap memiliki celah di mata masyarakat Sumenep. Dari 1.000 responden di 27 kecamatan yang dijadikan obyek survei menggunakan Multistage Random Sampling, diketahui elektabilitas Paslon dengan swing voter, terpaut tipis.
Dari survei yang dilakukan pada 25 Agustus hingga 5 September, diketahui elektabilitas Paslon Buya-Ahmad Fauzi mencapai 42,3 persen. Sedangkan pasangan ZA-Nyai Eva, tembus 46,3 persen. "Sementara obyek survei, memberi alasan yang cukup beragam kenapa memilih para calon. Alasan suka untuk calon incumbent, karena peduli rakyat. Alasan ini paling tinggi dari alasan yang lain, yaitu 22,5 persen. Sementara alasan suka kepada calon penantang, karena masyarakat ingin perubahan, yang mencapai 24,2 persen," paparnya.
Untuk calon wakil bupati, alasan sebagai ketua Muslimat NU, menempati urutan pertama dari hasil survei yang dilakukan terhadap Nyai Eva, yaitu 34 persen. Sementara Ahmad Fauzi, disuka karena berpasangan dengan Buya, 11,6 persen. Sementara alasan-alasan lainnya, berada di urutan bawah.
"Untuk survei alasan tidak suka terhadap masing-masing Paslon, 18,4 persen, masyarakat mengatakan incumbent suka menikah. Ini yang ditanam dalam pikiran masyarakat. Jadi bukan soal tradisi di Madura, yang lazim menikah berkali-kali, tapi lebih pada ketokohan. Seorang pejabat negara, dianggap tidak pantas menikah lebih dari satu," urainya lagi.
Untuk calon penantang, ZA tidak dikenal warga Sumenep mencapai 11,5 persen. Sedangkan untuk calon wakilnya, ketidaksukaan pada Nyai Eva tertinggi pada angka 18,5 persen, dengan alasan gender. Bu Nyai Eva seorang perempuan, jadi tidak pantas menjadi imam. Sedangkan Ahmad Fauzi, 16,4 persen mengaku tidak kenal. "Alasan lain, tidak terlalu dominan," katanya.
Andri juga mengungkap, di Pilkada Sumenep mendatang, akan diwarnai kasus money politik. Ada dua bidang garap di Sumenep, yaitu wilayah kepulauan 30 persen, dan daratan 70 persen. "Rata-rata, dari hasil survei kami, politik uang sangat berpengaruh besar di Sumenep. Rata-rata, mereka mengaku akan memilih calon jika memberi uang. Hasil survei menyebut, 52,7 persen mengaku siap memilih jika ada uang," tandasnya.
Sekadar tahu, pasangan incumbent Buya-Ahmad Fauzi diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDIP. Sementara pasangan penantang, ZA-Nyai Eva diusung Partai Demokrat, PAN, Gerindra, Golkar, PKS, Hanura dan PBB.