Caleg datangi dukun politik karena kurang percaya diri
"Biasanya yang banyak itu calon-calon di daerah. Mereka gagal memahami pemilih," ujar Arie.
Menjelang Pemilu 2014, mulai marak kembali 'dukun politik'. Mereka menawarkan cara instan agar bisa menjadi pejabat negara.
Seperti yang ditawarkan Desembrian Rosyady ini. 'Dukun politik' ini menawarkan jasa bagi para caleg dan calon kepala daerah hingga calon presiden. "Insya Allah pasti jadi asal sebelum 10 hari-6 bulan pemilihan," janji Desembrian.
Menanggapi munculnya 'dukun politik' belakangan ini, menurut pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito, karena para calon pejabat itu tidak percaya diri. Ditambah mereka yang sudah menjabat takut kehilangan kekuasaan. Jadi, biasanya mereka menghalalkan segala cara agar terpilih.
"Munculnya dukun politik ini memanfaatkan momentum karena ketidakpastian apakah sang calon terpilih lagi atau tidak. Mereka lalu menggunakan uang, menjual ayat sampai pergi ke dukun," kata Arie kepada merdeka.com, Senin (16/9).
Selain itu, para caleg atau kepala daerah sekarang tidak bisa mengandalkan mesin partai. Sehingga, banyak dari mereka mencari jalan lain agar bisa terpilih baik menjadi anggota dewan atau kepala daerah.
"Biasanya yang banyak itu calon-calon di daerah. Mereka gagal memahami pemilih. Mereka rela datang ke dukun politik itu. Dengan trik-trik dan dalil tertentu, biasanya mereka jadi percaya diri setelah ke dukun politik itu," ujarnya.
Padahal, pemilih sekarang sudah rasional dalam menentukan pemimpin dan wakilnya. "Sama saja dengan munculnya survei, dan propaganda tokoh, itu sama saja untuk mengangkat citra sang calon," katanya.