Calon pemimpin dinilai tak cukup hanya modal IQ tinggi
"Awal menjadi pemimpin perlu keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ, serta AQ. Mengukur kecerdasan tak cukup salah satu."
Kecerdasan seseorang dinilai tak hanya dilihat dari intelligence quotient (IQ), tetapi juga harus ada keseimbangan dengan emotional intelligence (EQ), dan spiritual quotient (SQ). Selain itu perlu juga dimiliki seseorang yakni adversity quotient (AQ) untuk menghadapi masalah, terlebih jika orang tersebut adalah calon pemimpin.
"Awal menjadi pemimpin itu perlu keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ, serta AQ. Jadi mengukur kecerdasan tak cukup hanya dari salah satunya saja, karena malah penting ketika untuk calon pemimpin juga dilihat bagaimana kecerdasan menghadapi masalah dan kesulitan," kata Pakar Pendidikan Tukiman Taruna saat dihubungi, Kamis (5/6).
Jadi, tegas Tukiman, tidak bisa mengukur kecerdasan seseorang terlebih calon pemimpin nasional hanya dengan IQ saja.
"Kalau IQ itu kan hanya kecerdasan otak saja, sementara AQ itu untuk ukuran otak ketika menghadapi kesulitan. Intinya dia tahan banting tidak dalam menghadapi kesulitan. Empat itu harus seimbang. Apa artinya cerdas otak kalau tak cerdas menghadapi kesulitan," jelasnya.
Empat hal itu, kata Tukiman, semua ada tesnya, dan hasilnya akan mengklasifikasi orang pada tiga kelompok. Pertama, kelompok orang pemogok, yakni orang yang kalau ada kesulitan atau ada masalah justru mogok, mutung, atau ngambek.
Kedua, orang yang kalau menghadapi kesulitan bukannya diselesaikan tetapi mengalihkannya ke persoalan lain. Orang yang seperti itu ibaratnya kelompok berkemah. Yang artinya dia mencoba untuk mengatasi kesulitan itu, tetapi kalau dirasa semakin sulit dia lalu berhenti di tengah jalan. Kemudian dia mendirikan kemah baru di situ untuk mengalihkan perhatian ke kemahnya.
Ketiga, adalah kelompok orang yang berani mendaki atau biasa disebut tahan banting. "Dalam konteks capres ini, silakan menilai capres siapa yang tahan banting menghadapi masalah dan kesulitan," ungkapnya.
"Nah kalau menghadapi masalah, lalu modelnya marah, tour ke luar negeri, atau marah-marah, ya itu kategori yang cari pengalihan," jelasnya.
Untuk melihat klasifikasi itu ke calon pemimpin, kata dia, rakyat bisa melihat bagaimana rekam jejaknya selama ini.
Baca juga:
'Jangan pilih pemimpin berlumuran darah dan bermasalah'
'Rakyat tak butuh pemimpin pandai orasi dan tak mampu kerja'
Hatta: Sejengkal tanah Indonesia tak boleh dikuasai asing
113 Tahun Soekarno, kini dijadikan model 2 capres
Ini simbol-simbol Soekarno yang dipakai para capres
-
Apa itu Pemilu? Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat pemilu adalah suatu proses atau mekanisme demokratis yang digunakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan dengan cara memberikan suara kepada calon-calon yang bersaing.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kapan Pemilu 2024? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024.
-
Apa yang dimaksud dengan Pemilu? Pemilu adalah proses pemilihan umum yang dilakukan secara periodik untuk memilih para pemimpin dan wakil rakyat dalam sistem demokrasi.
-
Bagaimana Pemilu 2024 diatur? Pelaksanaan Pemilu ini diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Tahapan dan Jadwal Pemilu 2024. Regulasi ini diteken KPU RI Hasyim Asyari di Jakarta, 9 Juni 2022.