Dedi Mulyadi: Airlangga Legowo Bantu Bamsoet Jadi Ketua MPR
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi ingin Rapimnas sebagai ajang konsolidasi sekaligus rekonsiliasi menuju Munas awal Desember mendatang. Rapimnas akan digelar 14-15 November. Sementara Munas digelar 4-5 Desember.
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi ingin Rapimnas sebagai ajang konsolidasi sekaligus rekonsiliasi menuju Munas awal Desember mendatang. Rapimnas akan digelar 14-15 November. Sementara Munas digelar 4-5 Desember.
"Ya kita bicarakan saja secara baik-baik, bicarakan saja di sini. Sekarang. Semua bisa diakomodasi," ujar Dedi kepada wartawan, Rabu (13/11).
-
Apa yang didiskusikan Dedi Mulyadi dan pengurus Golkar di pertemuan tersebut? Kita tadi sudah berdiskusi banyak. Intinya bahwa kita mendukung Pak Dedi Mulyadi untuk menjadi calon gubernur di Jawa Barat.
-
Kapan pertemuan Dedi Mulyadi dengan pengurus Golkar berlangsung? Hal tersebut dipastikan usai pertemuan antara Dedi Mulyadi dengan utusan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, yakni Singgih Januratmoko dan sejumlah petinggi Golkar Jabar di Kota Bandung pada Jumat (2/8) malam.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Siapa yang menyesali kericuhan di diskusi Generasi Muda Partai Golkar? Ketua Umum PP Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Ilham Permana menyesali atas insiden kericuhan saat diskusi yang mengatasnamakan Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) ladi Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Rabu (26/7/2023).
-
Mengapa para ketua dewan Golkar menolak munaslub? Ketiga Dewan Partai Golkar menyatakan menolak wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Mereka solid mendukung Airlangga, yakni Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, dan Dewan Pakar.
Mantan Bupati Purwakarta yang kini mengabdi sebagai anggota DPR ini menjelaskan, rekonsiliasi politik itu penting dibicarakan secara bersama-sama. Dia mengingatkan, kader-kader Golkar sudah lelah dengan berbagai peristiwa di masa lalu yang mengakibatkan perpecahan.
Pecah Setiap Munas
Perebutan kursi Ketua Umum Golkar, kata Dedi, kerap menimbulkan perpecahan. Sebab, calon yang kalah bertarung dalam munas kemudian membentuk partai baru. "Golkar mengecil itu selalu diawali peristiwa Munas," ujar Dedi Mulyadi.
Dedi mengatakan, hal tersebut berdasarkan pengalaman Golkar setelah Munas yang digelar sejak era reformasi. Pada 1998, misalnya, dua partai politik baru terbentuk setelah munas, yakni Partai Karya Peduli Bangsa serta Partai Keadilan dan Persatuan yang kini menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Pasca Munas Golkar 2004, ujar dia, dari rahim Golkar lahir dua partai politik, yakni Partai Gerakan Indonesia Raya yang dibentuk Prabowo Subianto dan Partai Hanura bentukan Wiranto. Prabowo dan Wiranto sempat bertarung dalam konvensi calon presiden dari Golkar pada 2004.
Adapun pasca Munas Golkar 2009, terbentuk organisasi massa Nasional Demokrat, yang kini menjelma menjadi Partai NasDem. Partai ini dibentuk oleh politikus Golkar, Surya Paloh, yang kalah bertarung melawan Aburizal Bakrie dalam Munas Golkar di Riau.
"Kemudian Munas Bali hanya melahirkan Munas Ancol. Saat itu Golkar mengalami problem besar dimana kami hampir tidak bisa ikut Pilkada di beberapa daerah," ujar Dedi.
Bamsoet dan Airlangga Duduk Bareng
Semua dinamika tersebut, ujar Dedi, berhasil dilalui hingga Golkar bisa merajut kembali partai menjadi seperti saat ini. Untuk itu Golkar, ujar Dedi, menginginkan Munas saat ini bukan hanya soal perebutan tahta kursi ketua umum, tapi tentang bagaimana konsolidasi partai menyongsong 2024.
"Karena melibatkan orang-orang besar, kalau mesti diakhiri dengan voting, kita khawatir partai akan pecah. Itu tentunya tidak kita kehendaki," ujar Dedi, merujuk pada persaingan antara inkumben Airlangga Hartarto dengan Bambang Soesatyo, ketua MPR.
"Apa sih sulitnya antara Pak Airlangga dan Pak Bamsoet duduk bersama dan ngobrol? Tidak ada sulitnya, saya kira. Kalau untuk kepentingan yang lebih besar, kepentingan Partai Golkar dan kepentingan bangsa, semua pasti bersedia," papar Dedi.
Terkait dengan agenda besar Golkar, dia juga menegaskan, semua pihak mestinya juga bisa satu pemahaman bahwa tahun ini adalah tahun konsolidasi. Bukan tahun kompetisi. Dia mengingatkan, kalau sering ribut di internal, di eksternal kalah.
"Karena banyaknya konflik di internal," tegas Dedi Mulyadi.
Peran Airlangga untuk Bamsoet
Dedi kemudian juga mengingatkan kesan dan pesan dari Presiden Joko Widodo. Di samping mengapresiasi dan memuji kinerja Airlangga Hartarto dan kebesaran Partai Golkar, Presiden Jokowi juga menyinggung soal kegaduhan terkait dengan Munas Golkar.
"Pesan Presiden kan sudah jelas, jangan gaduh," kata Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi juga menyebutkan soal dukungan yang diberikan Airlangga Hartarto kepada Bamsoet saat merebut kursi ketua MPR beberapa waktu lalu. "Pak Airlangga legowo, ikhlas membantu Pak Bamsoet, sekarang tinggal bagaimana sikap Pak Bamsoet," ujarnya.
Disinggung tentang peryataan Bamsoet yang menyebut suasana menjelang Munas Golkar seperti mencekam, Dedi Mulyadi mengatakan, tidak ada yang mencekam. Semua normal-normal saja. Tidak ada yang dicemaskan.
Dia juga menyanggah adanya pemecatan terhadap loyalis Bamsoet di partai. "Tidak ada yang dipecat, dipreteli. Nggak ada. Semua masih berjalan sesuai fungsinya," ujarnya.
(mdk/rnd)