Dedi Mulyadi ungkap alasan Jokowi harus pilih kader Golkar jadi Cawapres
Selain pertimbangan mesin partai, profil dari sosok pendamping Jokowi menurut Dedi akan menjadi penentu. Intuisi politiknya memunculkan kesimpulan bahwa sosok tersebut harus muda, teknokrat, entrepreneur dan memiliki pasar politik.
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai kader dari partainya sangat pantas jadi Cawapres Joko Widodo. Salah satu faktornya adalah partai berlambang pohon beringin itu punya suara dua digit.
Hal tersebut disampaikan Dedi saat ditemui di Hotel Mansion Pine, Padalang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (23/7).
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
"Tetapi, berdasarkan amatan saya, beliau harus didampingi kader dari partai yang perolehan suaranya dua digit. Lihat saja, dari partai pengusung Pak Jokowi, partai mana yang memiliki suara dua digit," katanya.
Berdasarkan data perolehan suara partai pengusung Jokowi pada Pemilu 2014, PDIP meraih 18,98 persen suara. Disusul Partai Golkar dengan perolehan suara 14,75 persen. Partai pengusung Jokowi yang lain diketahui masih berada di kisaran satu digit suara.
Usulan strategis itu ia sebut tidak terlepas dari faktor kekuatan mesin partai akan sangat berpengaruh dalam upaya pemenangan kandidat.
Dengan kekuatan itu, upaya pemenangan kandidat akan lebih massif. Sehingga, Pilpres 2019 menjadi ajang kompetisi mesin partai Meski begitu, siapapun yang dipilih diserahkan pada Jokowi sendiri.
"Partai dengan elektabilitas dua digit memiliki sebaran luas kader yang siap bekerja," jelasnya.
Selain pertimbangan mesin partai, profil dari sosok pendamping Jokowi menurut Dedi akan menjadi penentu. Intuisi politiknya memunculkan kesimpulan bahwa sosok tersebut harus muda, teknokrat, entrepreneur dan memiliki pasar politik.
"Tentu juga harus mengerti keragaman Indonesia. Analisis dan solusi masalah di Indonesia juga harus diskusi sosok itu," singkatnya tanpa menyebut nama sosok.
Kemungkinan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menjadi cawapres pun turut menjadi sorotannya. Menurut dia, keputusan akhir sudah ada di tangan Presiden Joko Widodo.
"Pak Airlangga sangat patuh dan menunggu instruksi. Intinya, partai dua digit lebih representatif untuk posisi Calon Wakil Presiden," tutupnya
Baca juga:
Membandingkan 5 kandidat nama cawapres Jokowi dan Prabowo
Malam ini enam ketum parpol bertemu Jokowi, disiapkan menu rendang koalisi
Jokowi diharapkan pilih cawapres bersih dari masalah hukum
Massa 'Jodoh' dorong Moeldoko jadi cawapres Joko Widodo
Soal cawapres, Cak Imin anggap Mahfud MD seperti mobil Mercy dan JK ibarat Ferrari
Jokowi ibaratkan PKB seperti Prancis, Kroasia dan Belgia di Piala Dunia