Demi Surabaya, Risma rela disebut preman oleh Megawati
Gaya preman seperti yang dikatakan Megawati ini, karena Risma dinilai tegas dan berani mengambil keputusan.
Calon Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini mengaku pernah disebut oleh Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri seperti preman. Calon incumbent inipun menjawabnya julukan putri Bung Karno (Soekarno) itu dengan senyuman.
Hal ini diungkap Risma saat berpidato di hadapan ratusan relawan PDIP dari Kecamatan Tegal Sari dan Gubeng, yang mengikuti pembekalan saksi di Gedung Wanita, Jalan Kalibokor, Surabaya, Selasa malam (20/10).
"Dulu waktu saya ketemu Bu Mega, Bu Mega bilang: mbak, mbak, sampeyan (Anda) itu perempuan kok kayak preman? Saya pun ketawa, dan menjawab: Ya biar tok bu, asalkan demi semua warga Surabaya," kata Risma di tengah pidatonya.
Gaya preman seperti yang dikatakan Megawati ini, karena Risma dinilai tegas dan berani mengambil keputusan dalam menyikapi persoalan-persoalan di Kota Surabaya selama lima tahun memimpin.
"Saya ingin sampaikan, kita sudah sepakat seperti lagu mars PDI Perjuangan yang selalu kita nyanyikan. Kita sepakat memberantas kemiskinan. Yang perlu kita lakukan adalah komitmen kita bersama untuk membangun Surabaya lebih baik lagi ke depan," imbau Risma.
Sementara Ketua DPC PDIP Surabaya, Whisnu Sakti Buana yang juga berpidato, terus memompa semangat para kadernya yang dipersiapkan menjadi saksi di Pilkada Surabaya, 9 Desember mendatang.
"Meski Pilkada kurang 50 hari, tapi saya merasa Pilkada sudah lewat. Suasana kemenangan ini sudah saya rasakan. Saya hakkul yakin, kita akan menang. Kita akan membuktikan Risma-Whisnu akan menang," ucap Whisnu, yang juga calon wakil wali kota mendampingi Risma.
Dan untuk membuktikan keyakinannya itu, politisi yang didapuk anak muda Surabaya sebagai 'Bapak e Arek Suroboyo' ini kembali mengingatkan para relawannya untuk tidak lengah.
"Saudara-saudara adalah saksi yang menjadi ujung tombak kemenangan kita. Saksi di TPS adalah ujung tombaknya. Kemenangan itu, ujungnya di pundak panjenengan (Anda) semua," kata pria yang akrab disapa Mas Inuk ini.
Whisnu juga mengingatkan para kadernya untuk mengantongi dulu masalah internal partai. "Beberapa kali saat Pilkada, kita sering kehilangan saksi. Alasannya macem-macem. Ada yang terkait masalah teknis, struktur dan macem-macem."
"Dan saat menghadapi Pemilu, genderang perang ditabuh, tinggalkan dulu masalah internal. Masalah rumah tangga kita tinggalkan dulu, dan akan kita selesaikan setelah Pilkada. Kita harus memiliki semangat maju di medan tempur dan lupakan masalah. Kemenangan akan kita raih, kemenangan ini adalah milik kita bersama. Surabaya harus menjadi barometer politik nasional," tegas Whisnu berapi-api.