Demokrat Maknai Kritik Fahri Hamzah: Oposisi Dibungkam dan Tak Diberi Ruang
"Kritik yang disampaikan Bang Fahri Hamzah juga bisa dimaknai secara tersirat adanya kerinduan ketika kehidupan demokrasi kita terjaga dan berkualitas seperti pada Pemerintahan SBY,"
Wakil Ketua Umum Gelora, Fahri Hamzah mengkritik partai politik oposisi di parlemen saat ini. Dia bahkan menilai, oposisi sekarang ‘memble’ alias tidak mampu bersuara lantang. Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani memaknai kritikan Fahri Hamzah sebagai kerinduan bahwa demokrasi di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih berkualitas dibanding rezim saat ini.
"Kritik yang disampaikan Bang Fahri Hamzah juga bisa dimaknai secara tersirat adanya kerinduan ketika kehidupan demokrasi kita terjaga dan berkualitas seperti pada Pemerintahan SBY," katanya lewat pesan tertulis, Rabu (3/11).
-
Apa yang menurut Fahri Hamzah menjadi bukti dari efek persatuan Jokowi dan Prabowo? "Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum," sambungnya.
-
Bagaimana Fahri Hamzah melihat proses bersatunya Jokowi dan Prabowo? "Ini adalah dua tokoh besar. Orang hebat dua-duanya, yang selama ini oleh politik dibuat bertengkar, sekarang kita buat mereka bersatu," tutur Fahri, Minggu (28/1)
-
Kapan Hamzah Haz terpilih menjadi Wakil Presiden? Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia.
-
Siapa yang menurut Fahri Hamzah berperan penting dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan? Fahri pun menyebut relevansi langkah pemerintahan program kerja yang dicanangkan paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran dalam melanjutkan upaya mendorong kemajuan negara.
-
Mengapa para aktivis mendesak Presiden Jokowi terkait pelanggaran HAM? Mereka mendesak segera diadilinya pihak-pihak yang diduga terlibat dalam sejumlah kasus kekerasan dan pelanggaran berat HAM.
-
Mengapa Fahri Hamzah berpendapat bahwa Indonesia membutuhkan jalan tengah berupa rekonsiliasi dan persatuan nasional? Menurut Fahri Hamzah, Indonesia saat ini membutuhkan jalan tengah berupa rekonsiliasi dan persatuan nasional yang akan sangat menentukan sejarah bangsa kedepan.
Menurutnya, pada masa 2004-2014, perpolitikan di masyarakat sangat aktif dan dinamis termasuk wakil rakyat di DPR dalam menjalankan tugas-tugas kedewananannya. Kata dia, hal itu diperlukan untuk menjaga sehatnya demokrasi.
"Begitulah Pak SBY sebagai Demokrat sejati memandang dan menempatkan dinamika dalam koalisi pemerintah," ujarnya.
Bagi Kamhar, pada periode 2014-2019 kekuatan oposisi di parlemen masih signifikan sekalipun dari sisi jumlah kalah setelah Golkar pindah haluan masuk koalisi pemerintah. Namun, dari 5 kursi pimpinan DPR, koalisi pemerintah hanya 2 kursi dan 3 kursi lainnya non koalisi pemerintah.
Demikian pula pada kursi pimpinan Alat dan Kelengkapan Dewan. Sehingga oposisi kala pemerintahan SBY masih bisa memberi warna pada dinamika kedewanan.
"Menjadi berbeda ceritanya dengan periode 2019-2024. Sejak awal oposisi telah ditinggal oleh Gerindra yang pindah haluan menjadi koalisi pemerintah dan hanya tersisa Partai Demokrat dan PKS. 5 kursi pimpinan DPR semuanya dari koalisi pemerintah," tuturnya.
"Mungkin karena tak menjadi Anggota DPR lagi, Bang Fahri tak menyaksikan lagi bagaimana kekuatan dan suara-suara opisisi dibungkam dan tak diberi ruang," ujar Kamhar.
Dia mengatakan, Fahri Hamzah yang menjadi salah satu aktor utama Partai Gelora justru terbaca sebagai bagian dari koalisi pemerintah. Sebaiknya, kata dia, Fahri Hamzah fokus membesarkan Partai Gelora dan memberi warna.
"Semoga bisa memenangkan hati, pikiran, dan pilihan rakyat melalui manuver-manuver politiknya agar 2024 nanti bisa lolos parliementary threshold," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Gelora, Fahri Hamzah mengkritik partai politik oposisi di parlemen saat ini. Dia bahkan menilai, oposisi sekarang ‘memble’ alias tidak mampu bersuara lantang.
Diketahui, dari sembilan partai politik di parlemen, 7 di antaranya pendukung pemerintah Jokowi-Ma’ruf. Sementara dua partai sisa yakni PKS dan Demokrat berada di luar pemerintah.
Fahri bahkan becerita, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sempat mengeluhkan kondisi parpol oposisi sekarang. Menurut Fahri, Jokowi menilai oposisi saat ini lemah.
“Suatu hari saya bertemu dgn presiden Jokowi dan kalimat yang pertama keluar dari beliau adalah, mas kenapa sekarang oposisinya lemah kok Senayan pada diam, banyak menteri gak diawasi apa yang terjadi?. Silakan pikir sendiri jawabannya. Sampai jumpa, kita rehat sejedag,” tulis Fahri dalam akun Twitternya, @fahrihamzah, dikutip merdeka.com, Rabu (3/11).
Sebelum cuitan itu, Fahri pun menyoroti kinerja oposisi di Senayan sekarang. Menurut dia, sebagai rakyat, pihaknya berharap agar legislatif memahami pentingnya tugas pengawasan. Bukan cuma sekadar kunjungan kerja, bagi-bagi sembako atau jatah dari eksekutif yang disalurkan melalui tangan legislatif.
Baca juga:
Tanggapan Mardani Ali Sera soal Oposisi Disebut Lemah: PKS Tetap Kritis Konstruktif
Fahri Hamzah Ungkap Jokowi Mengeluh Oposisi Lemah, Menteri Tak Diawasi
Fahri Hamzah Tak Minat Jadi Jubir Jokowi: Saya Mau Pensiun Sampai 2024
Fahri Hamzah Usul Pramono Anung Merangkap Jubir Presiden Jokowi
Fahri Hamzah akan Dukung Capres yang Lebih Jago Pidato dari Anis Matta