Profil Fahri Hamzah, Eks ‘Macan’ DPR yang Kini Jadi Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabinet Prabowo
Peran Fahri Hamzah dalam dunia politik semakin terlihat ketika masa reformasi 1998 bergulir.
Presiden Prabowo Subianto memilih Fahri Hamzah sebagai Wakil Menteri (Wamen) Perumahan dan Kawasan Permukiman. Wakil Ketua Umum Partai Gelora dikenal sebagai sosok yang tegas dan galak saat menjabat Anggota DPR RI.
Lahir di Utan, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada 10 November 1971, Fahri Hamzah menempuh pendidikan sekolah dasar hingga menengah di sekolah Muhammadiyah.
Pada usia 19 tahun, dia sempat menimba ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Mataram, namun hanya bertahan selama dua tahun. Pada tahun 1992, Fahri memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Peran Fahri Hamzah dalam dunia politik semakin terlihat ketika masa reformasi 1998 bergulir. Saat itu, Fahri yang berusia 27 tahun, mendeklarasikan organisasi mahasiswa Islam dan menjadi ketua umum pertama dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
KAMMI adalah organisasi yang dikenal selalu menyuarakan perubahan, termasuk keterlibatan aktif Fahri dalam menurunkan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Setelah reformasi, Fahri mulai merambah dunia politik. Di tahun 1999, dia diangkat menjadi Staf Ahli di MPR RI.
Karier politiknya semakin menguat ketika bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada tahun 2004. Dari sinilah, Fahri maju sebagai anggota DPR RI dan berhasil terpilih, mewakili tanah kelahirannya. Selama tiga periode di DPR, Fahri merasakan bertugas di berbagai komisi, termasuk Komisi III dan Komisi IV, hingga akhirnya menjadi Wakil Ketua DPR.
Senang Tulis Opini
Selain di parlemen, Fahri juga dikenal senang menulis opini kritisnya di berbagai media yang ada. Berkat kekritisannya ini Fahri Hamzah dijuluki sebagai Macan DPR RI.
Pada 2019, Fahri menarik perhatian publik ketika secara terbuka ia mengkritik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang menurutnya gagal menangani korupsi sistemik.
Setelah puluhan tahun di PKS, Fahri akhirnya dipecat dari partai tersebut karena menolak untuk mundur dari posisinya sebagai Wakil Ketua DPR.
Namun, langkah politiknya tidak berhenti di situ. Fahri kemudian bergabung dengan Partai Gelora, di mana dia kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum, melanjutkan kiprahnya di dunia politik.
Reporter Magang: Nadya Nur Aulia