Cerita Hamzah Haz Kalahkan Akbar Tandjung dan dan SBY Jadi Wapres Megawati
Hamzah Haz menghembuskan napas terakhir setelah menjalan perawatan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz meninggal dunia. Hamzah Haz menghembuskan napas terakhir setelah menjalan perawatan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Jenazah mantan Ketua Umum PPP dan Wakil Presiden ke-9 RI itu saat ini disemayamkan di rumah duka Jalan Tegalan, Matraman, Jakarta Timur. Jenazahnya akan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Kalahkan Akbar Tandjung dan SBY Jadi Wapres Megawati
Sebelum berpulang, Hamzah Haz dikenal sebagai salah satu politikus kawakan tanah air.
Pria kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat 15 Februari 1940 itu mencapai puncak sebagai politikus setelah menjadi wakil presiden ke-9 RI mendampingi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Hamzah Haz menjadi Wapres RI pada 26 Juli 2001 setelah pemilihan melalui tiga tahapan dilakukan MPR RI. Saat itu, Hamzah Haz mengalahkan sejumlah nama politikus kawakan lain seperti Akbar Tandjung yang juga ketua umum Partai Golkar dan Ketua DPR. Kemudian Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang saat itu menjabat Menko Polsoskam.
Pemilihan Wapres itu setelah pada 23 Juli 2001, Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI menggantikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dimakzulkan MPR RI. Naiknya Megawati menjadi Presiden membuat kursi Wakil Presiden yang sebelumnya diduduki putri Bung Karno itu lowong.
Sejumlah nama cawapres bermunculan. Sejumlah nama itu di antaranya mantan Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan yang juga Ketua Umum DPP PPP Hamzah Haz, Akbar Tandjung, ABY, Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo.
Hamzah Haz yang didukung Fraksi PPP dan Fraksi Reformasi menang pada putaran pertama dengan meraih 238 suara dari 613 anggota MPR RI yang hadir. Perolehan suara Hamzah Haz mengalahkan Akbar Tandjung, SBY, Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo. Hamzah Haz, Akbar Tandjung dan SBY saat itu berurutan meraih suara tertinggi dibandingkan cawapres lainnya.
Pemilihan kemudian dilanjutkan ke tahap kedua setelah tidak ada cawapres yang meraih suara lebih dari separuh anggota MPR yang hadir. Hamzah Haz, Akbar Tandjung, dan SBY lantas di pemilihan tahap kedua.
Hasil pemilihan kedua, Hamzah Haz tetap unggul dengan 254 suara dari 609 anggota MPR yang hadir. Akbar Tandjung di urutan kedua dengan 203 suara, sementara SBY yang dicalonkan Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia dan 80 anggota MPR RI, meraih 147 suara.
Tak ada calon yang meraih suara lebih dari separuh anggota yang hadir, pemilihan dilanjutkan ke tahap tiga. Hanya dua yang maju ke tahap ini, yakni Hamzah Haz dan Akbar Tandjung. Hamzah Haz berhasil meraih 340 suara dari 610 anggota MPR yang hadir.
Sementara, Akbar Tandjung hanya mendapat 237 suara. Abstain 29 suara dan empat suara dinyatakan tidak sah. Hamzah Haz pun disahkan menjadi Wapres Megawati tiga hari setelah pemilihan cawapres.
Jejak Karir Politik
Karir Hamzah Haz dalam bidang politik sudah dirintis ketika masih sangat muda. Sejak SMP, ia sudah aktif berorganisasi. Setamat Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak pada 1961, ia menjadi wartawan surat kabar Pontianak, Bebas. Karir jurnalistik hanya sempat dijalaninya selama setahun. Sebab, tahun berikutnya ia ikut ayahnya, anggota Koperasi Kopra yang mendapat tugas belajar di Akademi Koperasi Negara Yogyakarta.
Karena giat berorganisasi sejak SMP, di kampusnya itu pun ia mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, sekaligus ia terpilih menjadi ketuanya. Pada 1965, Hamzah kembali ke Pontianak dan bergeral sarjana muda. Selanjutnya, ia meneruskan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura dan mengambil jurusan ilmu perusahaan. Di Universitas tempatnya belajar, Hamzah menjadi dosen pada akhirnya.
Di luar kegiatan akademis, ia menjadi Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak dan mewakili Angkatan 66 di DPRD Kalimantan Barat. Hamzah sempat menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat. Kemudian, mewakili NU ia hijrah ke Gedung DPR/MPR di Senayan pada 1971.
Setelah NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan, ia terpilih secara terus-menerus menjadi anggota DPR mewakili PPP. Di PPP, ia sudah beberapa periode menjadi pengurus. Terakhir, ia menjadi salah seorang ketua DPP PPP, sebelum akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP pada akhir 1998.
Pada 1998, Hamzah Haz menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkuat kabinet Presiden Habibie. Tanggal 10 Mei 1999, ia mengundurkan diri dari jabatan menteri karena ada desakan masyarakat agar pimpinan partai tidak duduk sebagai menteri.
Tanggal 29 Oktober 1999, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan dalam Kabinet Gus Dur. Namun, namanya dicoret oleh Gus Dur.
Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia. Hal ini terutama jatuhnya KH Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Secara otomatis, Megawati yang menjabat wapres naik menjadi presiden. Hamzah Haz pun menjadi wapres Megawati setelah melalui pemilihan dua tahap di MPR RI.
Pimpin PPP
Selama karir politiknya, Hamzah sudah memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan konfigurasi empat partai Islam, yakni Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi, kemudian disingkat MI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.