Demokrat sebut calon tunggal di Pilpres bentuk kemunduran demokrasi
Demokrat sebut calon tunggal di Pilpres bentuk kemunduran demokrasi. Hinca menyampaikan sebagai negara demokrasi, Indonesia mustinya memunculkan banyak nama untuk maju dalam Pilpres 2019. Sehingga, masyarakat memiliki banyak pilihan tokoh yang akan menjadi pemimpin Indonesia.
Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan menilai wacana calon tunggal dalam Pilpres 2019 sebagai kemunduran demokrasi di Indonesia. Hinca juga beranggapan bahwa wacana calon tunggal sebaiknya tidak lagi dibicarakan.
"Calon tunggal (pasangan capres dan cawapres) adalah kemunduran dalam demokrasi. Calon tunggal itu kita mundur jauh sekali ke belakang," ujar Hinca saat mendampingi SBY di kawasan Alun-alun Utara, Kota Yogyakarta, Minggu (8/4) malam.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Partai apa yang menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kenapa PDIP bisa menjadi partai pemenang Pemilu 2019? PDIP berhasil menarik pemilih dengan agenda-agenda politiknya dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Dengan perolehan suara yang signifikan, PDIP memperoleh kekuatan politik yang kuat dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
Hinca menyampaikan sebagai negara demokrasi, Indonesia mustinya memunculkan banyak nama untuk maju dalam Pilpres 2019. Sehingga, masyarakat memiliki banyak pilihan tokoh yang akan menjadi pemimpin Indonesia.
"Pilihan nama banyak itu menguntungkan. Masyarakat punya lebih banyak pilihan," ungkap Hinca.
Terkait ajakan untuk bergabung dalam koalisi partai politik untuk mengusung Presiden Joko Widodo maju dua periode, Hinca mengatakan hingga saat ini Partai Demokrat belum akan menentukan sikapnya. Partai Demokrat, kata Hinca akan menentukan pilihan pada waktu yang tepat.
"Untuk bisa mencalonkan presiden dan wakil presiden sebagai pasangan calon. Dia (paslon) harus mendapatkan dukungan partai politik 20 persen kursi di nasional," urai Hinca.
Hinca menambahkan adanya aturan 20 persen itu secara otomatis membuat tidak ada parpol yang bisa mengusung calon tanpa harus berkoalisi, termasuk Partai Demokrat. Oleh sebab itu, Partai Demokrat hingga kini terus menjalin komunikasi dengan partai lain.
"Oleh karena itu semua partai politik hari-hari ini melakukan komunikasi politik, termasuk Demokrat. Posisi Demokrat sampai hari ini persis masih sama dengan tanggal 10 Maret yang lalu, saat rapimnas. Ketua Umum, Pak SBY menyampaikan pada waktu yang tetap kami (Demokrat) akan umumkan siapa calon presiden dan wakil presiden," tutup Hinca.
Baca juga:
Sekjen Demokrat sebut pernyataan ketum PPP ngawur
Jelang Pilpres, Demokrat genjot elektabilitas AHY
Lantik pengurus DPD DIY, SBY ingatkan kader untuk kerja keras
Lantik kader di Yogyakarta, SBY pesan tak perlu banyak janji & retorika
SBY klaim UU Keistimewaan bentuk perhatian terhadap Yogyakarta