Di era Jokowi berbau politik jadi 'tandingan'
Ini sejarah baru buat perpolitikan Indonesia dan pertama kali pula terjadi di pemerintahan Presiden Jokowi.
Persaingan dua kubu di musim Pilpres kemarin rupanya belum selesai. Kubu Joko Widodo (Jokowi) dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH)-nya masih saling berebut kekuasaan dengan kubu Prabowo Subianto dengan Koalisi Merah Putih (KMP)-nya.
KIH sebagai pemenang Pilpres merasa kuasa atas segala posisi penting di negara ini. Sementara KMP sebagai pesaing merasa juga punya hak atas pemerintahan sekarang sebagai pemilik suara terbanyak dalam koalisi.
Kondisi ini lantas memicu ketegangan antar dua kubu. Apalagi setelah kursi pimpinan DPR dikuasai KMP sesuai UU MD 3.
Dari peristiwa ini lahirlah kekuatan yang konon katanya sebagai penyeimbang. Mereka menyebutnya sebagai kelompok tandingan.
Ini sejarah baru buat perpolitikan Indonesia dan pertama kali pula terjadi di pemerintahan Presiden Jokowi.
Berikut cerita kelompok tandingan yang kini seolah mewabah di Indonesia:
-
Apa yang dirayakan oleh Ahok dan Puput? Ahok dan Puput merayakan ulang tahun putri mereka dengan acara yang sederhana, namun dekorasi berwarna pink berhasil menciptakan atmosfer yang penuh semangat.
-
Bagaimana Ahok terlihat dalam fotonya saat kuliah? Tampak pada foto, Ahok tengah bergaya bersama teman-temannya saat awal masa kuliah di Trisakti.
-
Bagaimana Ahok memulai karier politiknya? Ia memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta setelah terpilih pada tahun 2004.
-
Bagaimana TKN Prabowo-Gibran menanggapi putusan DKPP? Meski begitu, dia menyampaikan TKN Prabowo-Gibran menghormati keputusan DKPP. Namun, kata dia keputusan tersebut tidak bersifat final.
-
Kapan Prabowo tiba di Kantor DPP Partai Golkar? Prabowo tiba sekitar pukul 17.00 WIB dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dan celana berwarna hitam.
-
Bagaimana Ken Arok membunuh Tunggul Ametung? Ken Arok membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris buatan Mpu Gandring.
DPR tandingan
Cerita DPR tandingan bermula saat pemilihan 5 pimpinan DPR. Bila dulu pimpinan DPR diisi partai pemenang Pilpres, sekarang tak demikian.
Singkat cerita, 5 kursi pimpinan DPR disapu bersih oleh KMP. Tak terima KIH yang dimotori PDI Perjuangan melakukan perlawanan.
Mereka menyebut, sidang paripurna yang dipimpin Ceu Popong terkait pemilihan Setya Novanto dkk tak sah. Mereka pun membentuk pimpinan DPR tandingan.
Tak sekadar itu, mereka pun membuat rapat paripurna tandingan yang dihadiri fraksi koalisi mereka, PKB, Nasdem, dan Hanura.
DPRD DKI Tandingan
Persaingan dua koalisi di DPR juga terjangkit di tataran anggota DPRD DKI Jakarta. KMP DKI membuat paripurna tandingan karena menolak sikap Ketua DPRD DKI yang berasal dari PDIP, Prasetyo Edi Marsudi.
KMP DKI yang dimotori M Taufik protes dengan keputusan Prasetyo yang sepihak mengumumkan Ahok sebagai gubernur DKI menggantikan Jokowi. Padahal saat itu, KMP menilai Ahok tak layak menempati posisi gubernur.
KMP DKI makan berang dengan pelantikan Ahok sebagai gubernur di Istana Presiden.
FPI buat gubernur DKI tandingan
Sejak mendengar Ahok bakal menggantikan Jokowi, Ormas FPI getol menolak. Tak bosan-bosannya mereka melakukan demo ke Balai Kota DKI dan DPRD.
Lucunya, alasan mereka menolak Ahok karena tak menganut agama. Sampai akhirnya mereka menunjuk ketua Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ) Fachrurrozi sebagai gubernur DKI tandingan.
Mereka melantik Rozi di depan DPRD DKI Jakarta. Konyolnya lagi, KMP DKI malah mendukung.
Ketum PPP tandingan
PPP juga ikut terjangkit membentuk kelompok tanding. Saat masih menjabat ketum, SDA yang sudah ditetapkan sebagai tersangka merasa masih memiliki kuasa atas PPP.
Sementara, PPP kubu Romahurmuziy tak mau kalah. Mereka menilai seorang tersangka tak pantas memimpin PPP. Mereka lantas mengambil alih PPP dan melaporkan kepengurusan kubu Romi ke Kemenkum HAM.
PPP kubu SDA tak mau menyerah, mereka buru-buru menggelar Munas di Jakarta dan memilih Djan sebagai ketum. Tapi kubu Romi juga tak ingin tersalip, menggelar Munas di Surabaya dan menunjuk dirinya sebagai ketum.
Golkar tandingan
Terhangat, kelompok tandingan juga lahir di tubuh Partai Golkar. Kelompok tandingan yang menamakan dirinya sebagai Presidium Penyelamat Partai Golkar muncul sebagai reaksi penolakan atas majunya Aburizal Bakrie sebagai ketum periode berikutnya.
Untuk menguatkan keberadaannya, Presidium pimpinan Agung Laksono ini juga mendaftarkan diri mereka ke Kemenkum HAM. Alasan mereka membentuk kelompok tandingan ini, karena menilai tak ada prestasi membanggakan yang dibawa Ical, sapaan Aburizal, saat memimpin Golkar.