Diisukan mundur, Risma hanya 'check sound' jelang Pemilu?

Sampai saat ini, Risma masih melaksanakan tugasnya sebagai wali kota Surabaya.

Isu Tri Rismaharini mundur dari jabatannya sebagai wali kota Surabaya, Jawa Timur, makin santer. Kabar wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan sudah dihembuskan sejak pelantikan Whisnu Sakti Buana sebagai wakil wali kota (wawali) oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo pertengahan Januari lalu.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Nomor. 132.35-184, tahun 2004 tentang pengesahan wawali Surabaya, Ketua DPC PDIP Kota Surabaya itu resmi menggantikan Bambang Dwi Hartono yang mundur karena maju sebagai calon gubernur pada Pilgub Jawa Timur 2013 lalu.

Tidak hadir saat pelantikan itu, Risma dikabarkan telah melayangkan surat pengunduran diri sebagai wali kota karena tidak sepaham dengan Whisnu.

Berita Pemilu lainnya, bisa dibaca di Liputan6.com

Ketidaksepahaman dengan putra politisi PDIP, almarhum Soecipto ini, kemudian dikaitkan dengan peristiwa pemakzulan Risma pada awal kepemimpinannya empat tahun silam. Whisnu Wardana, adalah salah satu tokoh yang ngotot untuk menurunkan Risma.

Rupanya hingga saat ini, Risma masih menaruh dendam atas peristiwa tersebut. Namun, beberapa waktu lalu, pasca-pelantikan Whisnu, wali kota kelahiran Kediri itu muncul kembali dan membantah masalah tersebut.

Dia mengaku tidak ada masalah dengan Whisnu. Hanya mempersoalkan masalah prosedur yang tidak semestinya. Risma juga menyangkal kalau dia mundur dari jabatannya.

"Saya ke Jakarta itu untuk berobat. Saya benar-benar sakit," bantah Risma pada awal Febuari lalu, saat menanggapi ketidakhadirannya dalam pelantikan Whisnu adalah untuk menemui Gamawan Fauzi (Mendagri) agar membatalkan pelantikan tersebut.

Selanjutnya, mundurnya Risma mundur kembali berhembus. Bahkan, muncul spanduk dukungan terhadap Risma. Spanduk itu bertuliskan, Save Risma. Namun, oleh Risma, spanduk-spanduk itu diperintahkannya untuk segera diturunkan.

Menanggapi masalah itu, Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Sukowidodo menilai, bisa jadi, Risma hanya 'check sound' jelang Pemilu 2014. Manuver politik ini, hanya ingin mengetahui seberapa banyak respon masyarakat terhadap Risma menjelang Pemilu 2014.

Apa kaitannya dengan Pemilu? "Sudah rahasia umum, kalau Risma akan dicapreskan atau dicawapreskan pan Pemilu nanti," kata Sukowidodo, Selasa (18/2).

Menurutnya, isu itu bisa sebagai sarana untuk mengetahui reaksi publik sekaligus mengukur elektabilitas wali kota yang diusung PDIP tersebut. "Buktinya sampai saat ini masih bekerja dan masih duduk di kursi wali kota Surabaya," tegas Suko.

Isu mundur itu, lanjut Suko, juga sengaja dilempar oleh pihak tertentu, untuk bergaining Risma di mata Parpol peserta Pemilu. "Jika semakin banyak dukungan untuk tidak mundur, artinya dukungan terhadap Risma masih cukup tinggi, dan semakin tinggi pula nilainya," kata dia menganalisa.