Fahri Sebut Jokowi Sindir Diri Sendiri Soal Politik Sontoloyo & Genderuwo
"Ini yang saya maksud kata-kata sontoloyo dan genderuwo adalah penilaian kegagalan identifikasi dari pemerintah, sebenarnya sumbernya itu dari pemerintah atau pemimpinnya. Jadi seperti menepuk air, terpicik ke muka sendiri," ungkap Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (9/11).
Wakil Ketua Umum DPR, Fahri Hamzah mengatakan, ungkapan sontoloyo dan genderuwo yang dilontarkan Presiden Joko Widodo, merupakan sifat pemerintahan yang dipimpin oleh Jokowi sendiri saat ini. Dia menyatakan, ungkapan Jokowi itu menciptakan suatu pembelahan di masyarakat.
"Ini yang saya maksud kata-kata sontoloyo dan genderuwo adalah penilaian kegagalan identifikasi dari pemerintah, sebenarnya sumbernya itu dari pemerintah atau pemimpinnya. Jadi seperti menepuk air, terpicik ke muka sendiri," ungkap Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (9/11).
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Apa yang menurut Fahri Hamzah menjadi bukti dari efek persatuan Jokowi dan Prabowo? "Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum," sambungnya.
-
Bagaimana Fahri Hamzah melihat proses bersatunya Jokowi dan Prabowo? "Ini adalah dua tokoh besar. Orang hebat dua-duanya, yang selama ini oleh politik dibuat bertengkar, sekarang kita buat mereka bersatu," tutur Fahri, Minggu (28/1)
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
"Yang punya kemampuan untuk menciptakan pembelahan atau opini itu pemerintah, dan yang mampu menutup pembelahan ideologis itu pemerintah," sambungnya.
Dia kemudian menyinggung pemerintahan sebelumnya oleh Presiden ke enam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tidak pernah dirasakan adanya perpecahan yang terjadi seperti saat ini.
"Saya suka ulang-ulang, SBY 10 tahun jadi presiden waktu itu ada FPI, HTI, para pejabat dimana-mana sama, tapi kita tidak ada pembelahan dan konflik ideologi yang tajam. Lalu ini karya siapa? Kalau rakyatnya tetap dan pemimpinnya berubah maka dugaannya adalah ini karyanya pemerintah," ujar dia.
Menurutnya, Jokowi dianggap gagal dalam memulihkan ketegangan di antara perbedaan yang ada, justru sebaliknya, dikhawatirkan ketegangan yang muncul semakin kuat.
"Maka kegagalan mengintegrasi tema-tema kebangsaan dalam satu napas rekonsiliasi, itu akan ciptakan ketegangan yang semakin kuat. Dan itu disayangkan berasal dari pak Jokowi," tandasnya.
Baca juga:
Kubu Prabowo: Pak Jokowi Pernah Melihat Genderuwo?
PKS Soal Politikus Genderuwo: Jokowi Ingin Saingi Sandi yang Ngetop
PKS Optimistis Basis Suara Jokowi di Jateng dan Jatim Beralih Dukung Prabowo
Presiden Jokowi Sindir Gaya Politikus Genderuwo yang Menakuti Masyarakat
Elite PAN: Prabowo Sukses Masuk ke Kantong Suara Jokowi di Jatim & Jateng
30 Ulama Siap Menangkan Jokowi-Ma'ruf di Madura
Januari 2019, Demokrat Tancap Gas Kampanyekan Prabowo-Sandiaga