Golkar DKI dukung Airlangga jadi Ketum karena punya selera 'zaman now'
Golkar DKI dukung Airlangga jadi Ketum karena punya selera 'zaman now'. Ketua DPD I Partai Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi mengatakan, partai membutuhkan Ketua Umum dengan selera zaman now jika ingin menjadi pemenang di panggung politik Indonesia. Fayakhun menyebut, sosok yang tepat adalah Airlangga Hartarto.
Ketua DPD I Partai Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi mengatakan, partai membutuhkan Ketua Umum dengan selera zaman now jika ingin menjadi pemenang di panggung politik Indonesia. Fayakhun menyebut, sosok yang tepat adalah Airlangga Hartarto.
"Semua keunggulan yang dimiliki Golkar akan menjadi maksimal dalam memenangkan Golkar dalam kompetisi politik baik daerah maupun nasional kalau dipimpin oleh Airlangga Hartarto," kata Fayakhun melalui keterangan tertulis, Senin (27/11).
Dia menyebut, sejumlah alasan Airlangga layak menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Pertama, Airlangga adalah sosok yang sangat familiar dengan dunia teknologi informasi. Kedua, Airlangga dianggap mewakili selera milenial, trendi dan bersahabat, tak berjarak.
"Dia tak hanya mengerti, tapi adalah pengusaha yang memanfaatkan kecanggihan digital baik dalam bisnis, organisasi, maupun dalam mengemban tugas-tugas negara," ujarnya.
Alasan ketiga, kata dia, Airlangga cerdas dalam berkomunikasi dan bergaul. Hal tersebut harus menjadi modal bagi calon Ketua Umum Golkar.
"Era milenial adalah era transparan dan dialogis. Ketua Umum harus siap berdialog secara cerdas kapan pun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun. Airlangga mempunyai kemampuan untuk itu," tambahnya.
Di lain hal, Partai Golkar memiliki semua persyaratan ideal menjadi partai pemenang. Pertama dari segi sumber daya, Golkar partai yang paling unggul. Golkar tak pernah mengalami defisit kader dan tokoh. Kelebihan stok itu tak hanya di tingkat nasional tapi juga di daerah.
Kedua, infrastuktur partai Golkar paling lengkap dan paling siap. Merata di semua daerah. Ketiga, capital resources (sumber daya dana) kader-kader Golkar juga cenderung lebih baik.
"Tapi semua keunggulan ini bisa menguap tak bermakna jika Golkar dipimpin oleh sosok yang tidak memiliki visi dan kedekatan dengan selera milenial," tukasnya.