Golkar Kepri Nilai Isu Percepatan Munas Upaya Pecah Belah Partai
Golkar Kepri Nilai Isu Percepatan Munas Upaya Pecah Belah Partai. Menurut Ansar, beberapa kali badai yang sudah dihadapi Partai Golkar, terasa menyakitkan. LAlu menjadi pelajaran yang berharga agar ke depan tidak terulang kembali.
DPD I Partai Golkar Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), tidak mau terpengaruh dengan isu Munaslub Golkar yang disebut digaungkan oleh 25 DPD se-Indonesia. Isu yang muaranya diprediksi untuk mengganti Ketum Airlangga Hartarto, dinilai sebagai upaya memecah belah Golkar.
"Di tengah badai yang mendera Golkar selama beberapa tahun ini, Ketum Airlangga, mampu tetap membuat Golkar bertahan. Partai Golkar tetap di posisi dua nasional hasil Pemilu 2019," kata Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Kepri, Ansar Ahmad, Selasa (28/5).
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
Menurut Ansar, beberapa kali badai yang sudah dihadapi Partai Golkar, terasa menyakitkan. LAlu menjadi pelajaran yang berharga agar ke depan tidak terulang kembali.
Keberhasilan di Pemilu 2019, ujarnya, idealnya bisa menjadi starting point. Untuk meraih kesuksesan di masa depan bagi Partai Golkar pada semua ajang pesta demokrasi.
"Ini (keberhasilan di Pemilu 2019) menjadi langkah awal. Untuk meraih kesuksesan di masa depan," imbuhnya.
Jumlah perolehan kursi Golkar di DPR RI periode 2019 – 2024 adalah 85 kursi. Hal itu dinilai luar biasa. Mengingat, partai berlambang pohon beringin ini diprediksi turun jauh di Pemilu ini.
Prahara di tubuh Partai Golkar menjadi sumber prediksi tersebut. Prediksi yang berhasil dipatahkan Partai Golkar, di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.
"Salah, kalau ada yang berpandangan kepemimpinan beliau gagal," tukas Ansar, yang terpilih menjadi anggota DPR RI 2019 – 2024 dari dapil Kepri dengan perolehan suara terbesar.
Menurut Ansar, kepemimpinan Airlangga yang sejuk dan komunikatif dengan semua DPD se-Indonesia, terbukti sukses di Pemilu ini. Karenanya, terhadap isu Munaslub itu, Golkar Kepri menilainya sebagai upaya negatif ke partai, dan ke Ketum.
"Golkar Kepri tidak terpengaruh dengan isu itu. Tetap seperti sekarang, dan tidak ada gejolak apapun," tukas Ansar.
Baca juga:
Soksi Sebut Percepatan Munas Bisa Bikin Rugi Golkar
Wasekjen Tegaskan DPD Golkar Solid, Tak Ada yang Desak Percepatan Munas
Deretan Parpol yang Terang-terangan Minta Kursi Menteri pada Jokowi
DPD Golkar Jabar Klaim Tak Ikut Usulkan Percepatan Munas Ganti Airlangga
Agung Laksono Ingin Munas Golkar Sesuai Jadwal, Digelar Desember 2019