Hitung cepat menangkan Joko Sutopo-Edi Santoso di Pilkada Wonogiri
Pasangan nomor urut dua yang diusung oleh PDIP, Partai Golkar dan Nasdem itu memperoleh 53,79 persen suara.
Lembaga survei Pandawa Reserch menyatakan bahwa pilkada Wonogiri dimenangkan oleh Joko Sutopo-Edi Santoso. Berdasarkan hasil hitung cepat (quick count), pasangan nomor urut dua yang diusung oleh PDIP, Partai Golkar dan Nasdem itu memperoleh 53,79 persen suara.
Kemudian rivalnya pasangan nomor urut satu, Hamid Noor Yasin-Wawan Setia Nugraha, yang diusung PKS, Partai Gerindra dan PAN memperoleh suara sebesar 46,21 persen.
"Hasil kemenangan itu setelah kami beberapa kali melakukan survei hingga hasil quick count sekitar pukul 15.15 WIB sore tadi. Hasil ini bukan merupakan hasil resmi dari penyelenggara pilkada," tegas Direktur Pandawa Research Eka Kusmayadi dalam jumpa persnya di Hotel Ciputra, Kawasan Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah Rabu (9/12).
Hasil quick count ini, menurut Eka Kusmayadi diperoleh dari data yang masuk sebanyak 100 persen dari sampel 280 TPS dengan partisipasi pemilih sebanyak 66,51 persen.
"Dari lima dapil (daerah pemilihan) yang ada, pasangan Joko Sutopo dan Edy Santoso unggul di empat dapil. Joko Sutopo dan Edy Santoso kalah dari pasangan dengan perolehan suara 48,23 persen. Kemudian pasangan Hamid Noor Yasin dan Wawan Setya Nugraha dengan perolehan suara 51,77 persen di Dapil 1 di terdiri dari wilayah Eromoko, Manyaran, Selogiri, Wonogiri dan Wuryantoro," jelasnya.
Kemudian di Dapil 2 yang terdiri dari Kecamatan Girimarto, Jatipurno, Ngadirejo, Nguntoronadi dan Sidoharjo pasangan Hamid Noor Yasin-Wawan Setya Nugraha memperoleh 43,11 persen suara, Joko Sutopo dan Edi Santoso 56,89 persen suara.
Di Dapil 3 yaitu di Kecamatan Bulukerto, Kismantoro, Puhpelem, Purwantoro dan Slogohimo pasangan Hamid Noor Yasin-Wawan Setyanugraha memperoleh 40,49 persen suara dan pasangan Joko Sutopo memperoleh 59, 51 persen suara.
Di Dapil 4 yaitu di Kecamatan Batuwarno, Jatiroto, Jatisrono, Karang Tengah dan Tirtomoyo, Hamid Noor Yasin- Wawan Setya Nugraha memperoleh 45,30 persen dan Joko Sutopo-Edy Santoso memperoleh 54,70 persen.
Kemudian di dapil terakhir yaitu Dapil 5 di Kecamatan Baturetno, Giritontro, Giriwoyo, Paranggupito dan Pracimantoro pasangan Hamid Noor Yasin- Wawan Setya Nugraha memperoleh 48,92 persen dan Joko Sutopo-Edy Santoso memperoleh 51,08 persen.
Eko Kusmayadi mengungkapkan alasan kenapa pasangan nomor urut dua Joko Sutopo dan Edy Santoso menang dan terpilih sebagai Bupati Wonogiri di Pilkada kali ini.
"Kenapa bisa jadi Bupati? Jekek preman bukan sembarang preman. Beliau ada semacam penilaian positif dari publik di Kabupaten Wonogiri. Di antaranya, Mas Jekek bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Wonogiri," tuturnya.
Selain itu, menurut Eka Kusmayadi Jekek dinilai dekat dengan masyarakat kabupaten Wonogiri. "Pembeda, figur yang merakyat yang mana? Pemilih lebih mengharapkan pemimpinnya dekat dengan rakyat. Maka, dengan figur Mas Jekek lebih dekat rakyat, sering turun ke lapangan dan lain-lainnya menjadikan Mas Jekek unggul," ujarnya.
Selain itu, ada faktor kinerja tim sukses dan relawan PDI P yang menjadikan Mas Jekek bisa menang di Pilkada Wonogiri.
"Kedua faktor motor tim. Kerja keras mesin partai (PDIP, Golkar, Nasdem). Bisa maksimalkan adalah PDIP dan tim sukses dan relawan. Hamid belum dikatakan buruk. Dengan angka 46. Hanya belum lampaui Jekek," ujarnya.
Eka Kusmayadi menambahkan, Golkar yang notabene sebagai partai pendukung Jekek selain PDI P dan Nasdem dinilai juga memiliki peran kemenangan pasangan Joko Sutopo-Edy Santoso. Hanya saja, bagaimanapun juga Wonogiri dari dulu sampai saat ini masih merupakan basis kader dan pemilih bagi PDIP.
"Kerja masing-masing tim luar biasa. Dari sisi atribut tidak kayak dulu. PDIP yang menjadi motor utama penggerak kemenangan. PDIP besar di Wonogiri. Kami tidak menghilangkan kontribusi Golkar. Persaingan seketat ini akan sangat berarti tim darimana pun. Persaingan ketat 1000 atau 2000 orang digarap oleh setiap orang relawan relatif signifikan orangnya. Persaingan dua kandidat ketat selisih 3 persen. 3-4 kali survey persaingan terjadi hari ini. Memang agak relatif ketat. Selisih 6 persenan hari ini," pungkasnya.
Baca juga:
Tarik minat warga, TPS di Gresik disulap jadi Kerajaan Majapahit
Unggul hitung cepat, Cawabup Zimmy diarak dan hampir pingsan
Hitung cepat, Harmas menang tapi golput capai 44 persen
Ratu Tatu yakin hasil resmi KPU tak jauh dari quick count
Real count KPU: Tak ada lawan, Uu dan Ade kembali pimpin Tasikmalaya
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Kenapa Pilkada Serentak dianggap penting? Sejak terakhir dilaksanakan tahun 2020, kali ini Pilkada serentak diselenggarakan pada tahun 2024. Dengan begitu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui kapan Pilkada serentak dilaksanakan 2024.
-
Mengapa Pilkada Serentak diadakan? Ketentuan ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pemilihan, serta mengurangi biaya penyelenggaraan.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.