Idrus Marham minta caketum Golkar tak larut dalam perebutan posisi
Idrus membantah jika mundur dari bursa bakal calon ketua umum karena takut kalah.
Sekjen Partai Golkar Idrus Marham meminta agar dalam persaingan perolehan jabatan ketua umum dilaksanakan secara sehat. Selain itu Idrus meminta kepada seluruh bakal calon agar lebih memilih berkontribusi bagi partai daripada rebutan kursi.
"Kepada semua, jangan kita hanya larut dalam perebutan posisi tetapi yang penting bagaimana perdebatan konseptual yang ditandai gagasan harus didedikasikan buat Partai Golkar. Yang penting berlomba merenungkan gagasan ke Partai Golkar. Tradisi inilah harus dikembangkan bahwa berpartai berjuang untuk cita-cita dan ideologi," ujar Idrus di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (2/5).
Idrus juga membantah jika mundur dari bursa bakal calon ketua umum karena takut kalah. Dia justru sesumbar yakin akan menang.
"Saya kira tidak (pesimis). Mereka tau saya 6,5 tahun jadi sekjen dan tahu kualitas yang ada. Antara saya dan mereka tidak ada masalah semua. Saya tahu persis semua yang maju," tuturnya.
"Bagi saya berpartai tidak harus duduk pada posisi formal. Berpartai berjuang untuk cita-cita dan ideologi," imbuhnya.
Idrus pun memastikan akan mendukung salah satu calon ketua umum Golkar. Namun dia masih merahasiakannya. "Saya sekjen. Saya kira nanti sebagai kader Golkar ada pilihan politik saya. Tentu akan saya sampaikan pada momentum yang tepat," kata Idrus.
Idrus juga menjelaskan bahwa dirinya akan terus mengawal proses pergantian pengurus Golkar ini. Dia akan mengikuti seluruh agenda para calon ketua umum Golkar.
"Saya selaku sekjen akan dampingi keliling untuk sosialisasi dan perdebatan yang ada," ungkapnya.
Idrus lebih memilih menyampaikan agar gagasan yang dia tuangkan dalam tiga buku bisa diteruskan sebagai ideologi Golkar. Ketika buku tersebut ialah Magnet Politik Partai Golkar, Ironi Demokrasi Setengah Hati, dan Nomadologi Aktor-aktor Politik Tanpa Ideologi.
Seperti diketahui dengan mundurnya Idrus Marham, bakal calon semula yang berjumlah 11 menjadi 10 saja. Beberapa di antaranya yaitu Ade Komarudin, Priyo Budi Santoso, Azis Syamsuddin, Airlangga Hartanto, Mahyudin, Syahrul Yasin Limpo, Setya Novanto, Indra Bambang Utoyo, Watty Amir, dan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto.