Jelang pilpres, konsultan politik titipan kian marak
Saat ini jajak pendapat sudah masuk ke ranah bisnis, bukan lagi murni hasil survei.
Wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy angkat bicara terkait fenomena konsultan politik yang memberikan survei terhadap partai politik kepada masyarakat. Saat ini jajak pendapat sudah masuk ke ranah bisnis, bukan lagi murni hasil survei.
Pewarta senior itu mengatakan, survei titipan padahal malah memberikan dampak negatif terhadap pengetahuan politik tanah air.
Dia mencontohkan saat melakukan peliputan pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS). Hasil jajak pendapat tidak dijadikan patokan oleh para calon presiden.
"Jajak pendapat survei itu hanya menjadi alat bantu mereka tetapi tidak menjadi alasan persoalan untuk mengambil keputusan survei. Mereka mengambil keputusan bukan berdasarkan hasil survei seperti di Indonesia," katanya dalam diskusi politik soal Fenomena Konsultan Politik dalam Industri Demokrasi, di Restoran Warung Daun, Jl Cikini Raya No. 26 Jakarta Pusat, Minggu (20/4).
Lebih parahnya, sambung Budi, para surveyer di tanah air lebih mementingkan bisnis ketimbang pengetahuannya mengetahui politik tanah air.
"Surveyer kita kurang memahami ideologi politik tanah air. Kalau di sini yang penting adalah persentase-persentase. Baru sekarang ini pemilu saya nilai black campaignya sangat tajam," pungkasnya.