Jokowi gandeng KH Ma'ruf Amin, PDIP sindir kubu Prabowo tak bisa main isu identitas
Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira mengatakan isu politik identitas bakal hilang pada Pilpres 2019. Sebab, kini calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) menggandeng tokoh ulama KH Ma'ruf Amin.
Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira mengatakan isu politik identitas bakal hilang pada Pilpres 2019. Sebab, kini calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) menggandeng tokoh ulama KH Ma'ruf Amin.
"Pak Ma'ruf bisa menjawab politik identitas. Sementara selamat tinggal politik identitas," kata Andreas dalam diskusi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (20/8).
-
Bagaimana hubungan Jokowi dan PDIP merenggang? Diketahui, hubungan Jokowi dengan partai Pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merenggang saat keduanya beda pilihan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kenapa PDIP bisa menjadi partai pemenang Pemilu 2019? PDIP berhasil menarik pemilih dengan agenda-agenda politiknya dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Dengan perolehan suara yang signifikan, PDIP memperoleh kekuatan politik yang kuat dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
-
Kapan Ma'ruf Amin datang ke kantor DPP PKB? Berdasarkan pantauan merdeka.com, Ma'ruf datang sekira 15.46 WIB.
Dia menyindir kubu lawan mereka yang tak lagi bisa memainkan isu politik identitas. Menurutnya, kalau sampai dimainkan malah menjadi bumerang.
"Siapa yang bahas politik identitas jadi boomerang, artinya kubu pak Ferry (Waketum Gerindra Ferry Julianto) kehilangan isu. Kehilangan isu untuk bicara politik identitas," imbuhnya.
Pernyataan Anreas itu langsung menuai reaksi dari Ferry. Politisi Gerindra itu membantah menggunakan politik identitas dalam menyerang lawan. Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan Gerindra pernah mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada 2012.
Menurutnya, politik identitas tidak dipahami secara utuh. Dia menjelaskan hal tersebut muncul saat Pilkada DKI Jakarta 2014 lalu. Ahok, kata Ferry, banyak tak disukai lantaran melakukan penggusuran dan proyek pembangunan reklamasi yang merugikan.
Lantas, dinamika berkembang sampai pada kasus penistaan agama dalam pidatonya di pulau Pramuka.
"Puncaknya adalah Basuki sebagai kepala daerah masuk ke ranah agama orang lain. Di situ isu primordial muncul dan jadi protes dan demontrasi," imbuhnya.
Padahal menurutnya, politik identitas itu wajar dipakai dalam politik. Dia mencontohkan pemilihan presiden di Amerika Serikat dimana Obama maju mewakili kulit hitam dan Donald Trump dengan kebijakan anti imigran.
"Padahal isu agama, suka dan ras itu wajar di negara lain. Yang di kita tidak setuju adalah kekerasan verbal menggunakan itu. Kita tidak setuju. Tapi itu SARA di semua negara lazim digunakan," katanya.
Baca juga:
Koalisi Jokowi-Ma'ruf libatkan kepala daerah di tim kampanye
Djoko Santoso diajukan pimpin timses Prabowo bukan untuk saingi kubu Jokowi
9 Sekjen KIK serahkan struktur tim kampanye Jokowi-Ma'ruf ke KPU, nama ketua menyusul
Masih di BPIP, Mahfud mengaku tidak masuk timses Jokowi atau Prabowo
Andi Arief disebut bakal penuhi panggilan Bawaslu soal laporan mahar Rp 500 M
Bertemu Sudirman Said, Mahfud MD bantah ditawari masuk tim Prabowo-Sandi