Kembali usung Prabowo, Gerindra belajar dari kekalahan Pilpres 2014
Terkait dengan elektabilitas Prabowo yang tertinggal jauh dari rivalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gerindra tidak khawatir
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah bersedia maju sebagai calon presiden 2019. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan partainya akan menyiapkan strategi untuk memenangkan Prabowo. Salah satunya belajar dari kesalahan di Pilpres 2014 lalu.
"Kami punya pengalaman berhadapan dengan Pak Jokowi di tahun 2014. bagaimana Pak Jokowi juga punya pengalaman berhadapan dengan Pak Prabowo dan kami punya banyak catatan. Sehingga catatan itu yang akan kami buka kembali," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/4).
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Kenapa Prabowo Subianto terlambat dalam acara peresmian? Prabowo meminta maaf karena terlambat menghadiri peresmian sebab harus berganti helikopter sampai tiga kali.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Bagaimana Prabowo-Gibran menang Pilpres 2024? Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional, atau setara dengan 58,6%. Keduanya juga dilaporkan unggul di 36 Provinsi.
Terkait dengan elektabilitas Prabowo yang tertinggal jauh dari rivalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gerindra tidak khawatir. Ia yakin Mantan Danjen Kopassus itu akan berhasil mengejar ketertinggalan elektabilitas yang disebut sejumlah lembaga survei berada cukup jauh di bawah Jokowi.
"Tahun 2014 ketika Pak Jokowi dengan Pak Prabowo akan berhadapan, 'gap' yang sama terjadi. Pak Jokowi jauh di atas Pak Prabowo sehingga kami berjuang keras ketika itu saudara-saudara tahu pertarungan itu sengit nyaris dua-duanya. Jadi saya kira itu terjadi," ungkapnya.
Menurut Wakil Ketua MPR itu, Gerindra selalu punya cara untuk menaikkan elektabilitas calon yang mereka usung. Baik dalam Pilpres ataupun Pilkada. Dia mencontohkan saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2012.
Kala itu, Gerindra yang bersama PDIP mengusung Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama disebut kalah jauh dari segi elektabilitas oleh Fauzi Bowo (Foke) dan Nachrawi Ramli. Namun, kenyataannya, Pilkada DKI dimenangkan oleh Jokowi dan Basuki.
Dia juga mencontohkan saat Pilkada DKI 2017. Pasangan yang diusung yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno diyakini bakal kalah dari Basuki (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.
"'Gap'-nya jauh antara Pak Jokowi dengan Foke. Kami juga punya cara bagaimana memenangkan Pak Jokowi. Termasuk Anies Baswedan (saat Pilkada DKI 2017) , 'gap'-nya jauh dengan Ahok," ucapnya.
"Kami juga punya cara memenangkan Anies. jadi cerita itu biasa dalam sebuah pilkada dan Pilpres. bukan sesuatu yang mengerutkan dahi," ujarnya.
Baca juga:
Romi akui Prabowo lawan berat, optimis Jokowi menang
NasDem mengetahui titik lemah Prabowo
Wasekjen Gerindra: Sinyal positif PAN makin baik dukung Prabowo
Gerindra deklarasi Prabowo capres, NasDem ajak bertarung tanpa isu SARA
Prabowo siap jadi capres, suara parpol oposisi di pileg terselamatkan
PKS sebut pengalaman Jokowi kalahkan Prabowo cukup satu kali
Prabowo Subianto siap maju jadi capres lawan Jokowi