Ketika Jokowi 'Absen' Disebut Megawati dalam Pidato di HUT PDIP
Megawati sama sekali tidak menyebut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya.
Absennya Jokowi dalam pidato Megawati itu mengisyaratkan renggangnya hubungan Presiden dengan PDIP.
Ketika Jokowi 'Absen' Disebut Megawati dalam Pidato di HUT PDIP
Megawati Soekarnoputri memberikan pidato yang lantang dan berapi-api di HUT ke-51 PDIP. Dalam pidatonya, Megawati sama sekali tidak menyebut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jokowi juga absen hadir di HUT PDIP karena sedang kunjungan ke luar negeri. Jokowi kabarnya tidak diundang dalam HUT partai yang membawanya menjadi Presiden RI dua periode. Namun sampai saat ini Presiden Jokowi masih menjadi kader PDIP.
"Yang terhormat Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin, yang bersedia hadir. Yang saya hormati Bapak Ganjar Pranowo Capres dari PDIP, Bapak Mahfud Md cawapres dari PDIP yang hadir secara daring," kata Megawati dal sambutannya, Rabu (10/1).
Megawati justru menyebut nama Wapres Ma'ruf Amin dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju yang dekat dengan partai berlambang banteng itu. Begitu pun Cawapres Ganjar Mahfud MD turut disapa Megawati meski hanya hadir lewat daring.
"Para menteri yang hadir di sini, supaya Pak Ma'ruf tahu mereka ingin diundang. Jadi saya undang, Ibu Sri Mulyani Menteri Keuangan yang menjadi sahabat saya sejak lama, lalu sebetulnya Pak Basuki Menteri PUPR ingin juga datang tapi dapat tugas, karena hari ini kemarin juga ada hajatan di Paku Alaman," ungkapnya.
"Terus Bapak Tarifin Tasrin Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bapak Teten Masduki Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bapak Sandiaga Uno Kemenparekraf, Ibu Bintang, beliau dari Yogya cepet-cepet, karena pesawatnya tertunda," sambung Megawati.
Tak lupa, Presiden RI ke-5 ini juga menyapa para menteri dari kader PDIP. Mereka adalah Yasonna H Laoly, Tri Rismaharini, Azwar Anas hingga Pramono Anung.
"Para Menteri dari PDIP, Pak Pramono Anung, Ibu Risma, Pak Yasonna Laoly, Pak Anas, Pak Hasto Wardoyo, Pak Endar Prihadi. Hadiri juga TPN Bapak Arsyad, Bapak Gatot Eddy Pramono, Bapak Andi Widjajanto," ujarnya.
"Ini juga minta diundang, saya hormati Pakar Keamanan Ibu Connie Rahakundini Bakrie, dan Doktor Firda Citra Kusdiantoro. Lalu Bapak Basuki Tjahja Purnama, lalu sesepuh kami sudah dari dulu Bapak Sidarto," sambungnya.
Nama Jokowi juga absen ketika Megawati masuk pada materi pidato. Dalam pidatonya, Megawati banyak menyoroti soal kekuasaan, hukum hingga dinamika politik Pilpres 2024.
Megawati berpesan kepada kader PDIP bahwa tidak ada kekuasaan yang langgeng. Apalagi menggunakan pemilu untuk melanggengkan kekuasaan.
"Saudara, pemilu bukan alat elite politik untuk melanggengkan kekuasaan dengan segala cara. Kekuasaan itu tidak langgeng loh,"
kata Megawati dalam pidato politik di HUT ke-51 PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1).
merdeka.com
Megawati mengutarakan kesedihannya dan kegelisahan terkait proses Pemilu 2024 saat ini. Dia risau dengan banyaknya intimidasi selama proses Pilpres 2024.
"Kan sedih ya, nah pencermatan akhir-akhir ini seperti arah pemilu sudah bergeser. Ada kegelisahan rakyat akibat intimidasi. namun saya bersyukur ada kekuatan nurani yang bicara,"
kata Megawati.
Megawati juga mengingatkan memberi pesan kepada aparat penegak hukum, agar tidak merasa paling berkuasa.
"Ingat lho ini saya masukan message saya dan pasti harus tahu yang melakukan hal-hal seperti itu. Ini adalah negara merdeka dan berdaulat. Tidak ada sebagaian yang meras aberkuasa. Kekuasaan itu di tangan rakyat," pesan Megawati.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menyebut komunikasi antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan PDI Perjuangan (PDIP) sejauh ini masih bagus, meski tak diundang dalam HUT ke-51 PDIP. Ari mengatakan Jokowi selalu menjalin komunikasi dengan tokoh partai politik, termasuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Komunikasi bagus lah, tetap dengan semua tokoh politik, dengan semua tokoh partai komunikasi Presiden bagus sekali," kata Ari kepada wartawan.
Dia berharap komunikasi serta suasana politik di Indonesia tetap sehat dan damai. Ari menginginkan demokrasi di Indonesia berjalan damai dan tak ada ketengangan politik.
"Tentu kita harapkan demokrasi kita juga berkualitas dan berjalan dengan damai ya, tidak ada ketegangan lah elitnya aja berkomunikasi dengan baik rakyatnya pasti komunikasinya jauh lebih baik,"
ujarnya.
merdeka.com