La Nyalla: Cukup sudah! Jangan lagi ada kata cebong dan kampret
Rusuh Deklarasi #2019GantiPresiden di Tugu Pahlawan, Surabaya pada Minggu (26/8) lalu, menjadi pelajaran bagi semua pendukung dua kandidat Pilpres 2019 untuk tidak melontarkan kata-kata idiot, cebong, kampret, dan ujaran lainnya.
Rusuh Deklarasi #2019GantiPresiden di Tugu Pahlawan, Surabaya pada Minggu (26/8) lalu, menjadi pelajaran bagi semua pendukung dua kandidat Pilpres 2019 untuk tidak melontarkan kata-kata idiot, cebong, kampret, dan ujaran lainnya.
Imbauan ini disampaikan Ketua Ketua MPW Pemuda Pancasila (PP) Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti yang meminta semua pihak menahan diri dan tidak saling menjelekkan di momen jelang Pilpres 2019.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Kapan Wapres Ma'ruf menjadi Plt Presiden? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 tahun 2024 tentang penugasan Wakil Presiden untuk melaksanakan tugas presiden hingga 6 Maret 2024.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Siapa yang menjadi presiden setelah PDIP menang di pemilu 2019? Seiring dengan kemenangan PDIP, Joko Widodo juga kembali terpilih sebagai presiden Indonesia untuk masa jabatan kedua.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
Ungkapan-ungkapan bertendensi negatif, kata La Nyalla, tidak perlu dilontarkan. Karena hanya akan membuat silang-sengketa di kedua belah pihak.
"Harganya terlalu mahal kalau Pilpres ini jadi ajang bullying massal," kata La Nyalla, Selasa (28/8).
Menurut pria yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur ini, saling mengatai satu sama lain para pendukung dua kandidat Pilpres hanya akan memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
"Cukup sudah! Jangan lagi ada kata idiot, kampret, atau cebong terlontar di antara sesama anak bangsa," tegas mantan Ketum PSSI ini.
Kata kampret adalah julukan warganet (netizen) untuk kubu non-Joko Widodo (Jokowi). Sedangkan cebong adalah sebutan untuk yang pro Jokowi.
Sementara kata idiot, tiba-tiba viral di media sosial ketika terjadi gesekan di acara Deklarasi #2019GantiPresiden di Tugu Pahlawan, Surabaya.
Kata idiot muncul dari mulut musisi kondang Ahmad Dhani Prasetya dalam video yang diunggahnya. Suami Mulan Jameela ini, menyebut massa yang mendemonya idiot.
Selain Dhani, dalam video itu, pria berambut gondrong yang diketahui bernama Ferry Irawan, eks-anggota Front Pembela Islam (FPI) menyebut Banser idiot. Tak urung, kata-kata ini langsung mendapat reaksi keras dari sejumlah elemen masyarakat. Termasuk dari Banser dan Ansor sendiri.
"Saya ngeri bagaimana dampaknya ke anak-anak kita melihat orang-orang dewasa saling teriak kampret, cebong, dan kata-kata kasar lain," sesal la Nyalla.
"Kemarin anak saya yang masih sekolah juga tanya: Pak, ini kenapa sih semua saling ejek? Wah, bahaya juga dampak serang-serangan di media sosial ini ke anak-anak kita semua," sambung La Nyalla.
La Nyalla lantas mengajak semua para pendukung dua kandidat Pilpres 2019: Jokowi-KH Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno, merenungkan kembali dampat dari kata-kata tak pantas didengar.
"Coba bayangkan kalau anak-anak kita berubah jadi generasi muda yang hobi bullying, suka melontarkan kata-kata kasar. Apa kita sebagai orangtua rela?" ajaknya.
Menurutnya, saling melontarkan ejekan juga tidak sesuai ajaran agama dan adat ketimuran yang dipegang erat bangsa Indonesia.
"Kita ini manusia, kan tidak tahu apa-apa. Belum tentu orang yang kita caci itu lebih jelek dari kita. Bisa saja lebih baik di mata Allah SWT," tegasnya lagi.
La Nyalla menambahkan, kita harus mengelola perbedaan pendapat di Pilpres dengan dewasa. "Jadikan perbedaan sebagai kekuatan membangun bangsa. Bukan melemahkan bangsa," ujarnya.
"Silakan berdebat dan berbeda pendapat sampai jungkir balik, tapi jangan melontarkan ungkapan kasar. Toh kita ini sebenarnya saudara. Saran saya ini berlaku sama untuk pendukung Jokowi, Prabowo, dan siapa pun," tandas calon anggota DPD RI ini.
Baca juga:
Ngabalin: Orang kayak Jokowi mana ada otoriter
Wapres JK nilai gerakan #2019GantiPresiden bagian dari kampanye
Kabareskrim soal #2019GantiPresiden pelanggaran kampanye: Itu ranahnya Bawaslu
Ancam akan meledakkan Mapolda Riau, pemuda di Palangkaraya dibekuk polisi
Mardani sebut gerakan #2019GantiPresiden akan mati jika harga bahan pokok murah
Demokrat: Ibu Neno Warisman bukanlah musuh negara
Gerindra lihat koalisi Jokowi khawatir gerakan #2019GantiPresiden