LSI Denny JA jelaskan alasan suara Asyik dan Sudirman-Ida melonjak saat Pilkada
Denny JA menjelaskan hal pertama hasil survei sebenarnya hanyalah potret dukungan saat survei dilakukan saja. Hasil survei itu bukan prediksi apa yang akan terjadi beberapa hari kemudian di hari pencoblosan.
LSI Denny JA menjelaskan alasan suara Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) di Pilgub Jawa Barat dan Sudirman Said-Ida Fauziyah di Pilgub Jateng melonjak jauh dari prediksi.
Denny JA menjelaskan hal pertama hasil survei sebenarnya hanyalah potret dukungan saat survei dilakukan saja. Hasil survei itu bukan prediksi apa yang akan terjadi beberapa hari kemudian di hari pencoblosan.
-
Kapan survei LSI Denny JA dilakukan? Sebagai informasi, survei LSI Denny JA ini dilakukan mulai 26 Januari hingga 6 Februari 2024.
-
Siapa yang melakukan survei LSI? Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis peta dukungan apabila Pilpres 2024 berlanjut ke putaran kedua. Dengan posisi pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dipastikan melaju ke putaran kedua.
-
Bagaimana cara LSI Denny JA melakukan survei tentang elektabilitas partai? Sebagai informasi, survei ini menggunakan metodologi sampling multi-stage random sampling pada 1.200 responden. Adapun survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen.
-
Kapan LSI melakukan survei? “Kalau melihat data-data ini, yang belum menentukan pilihan untuk pilihan kedua masih sangat besar. Itu berarti dinamika dukungan masih sangat tinggi,” Adapun survei ini dilakukan pada awal Desember 2023, memakai metode random digit dialing (RDD) dengan teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
-
Berapa elektabilitas PSI menurut survei LSI Denny JA? Elektabilitas PSI hanya sebesar 1,5 persen. Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas menilai, kehadiran Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI belum membuat elektabilitas partai tersebut naik.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada Jateng berdasarkan survei LSI? Survei LSI: Kaesang Unggul di Pilkada Jateng Berkat Pengaruh Presiden Jokowi Djayadi menegaskan, Pilkada Jawa Tengah masih sangat cair.
Namun, umumnya hasil survei paling akhir itu juga dijadikan prediksi hasil pemilu, di Indonesia, bahkan di semua negara modern. Untuk 80-90 persen kasus, jika survei itu dilakukan dengan benar, hanya beberapa hari sebelum hari pencoblosan, sangat jarang terjadi perubahan signifikan di atas margin of error.
"Kedua, tak ada konspirasi aneka lembaga survei itu untuk mengatur bersama berapa persentase masing masing kandidat dalam survei. Aneka lembaga survei itu bekerja secara independen. Bahkan beberapa lembaga survei itu bersaing dan sering berhadapan dalam pilkada atau pemilu," kata Denny JA melalui keterangan tertulis, Senin (2/7).
Faktor ketiga, berbedanya hasil pilkada dengan survei terakhir untuk kasus Jateng dan Jabar tidak fatal. Dia menjelaskan hal ini berbeda dengan kasus Trump dan Hillary di pemilihan presiden Amerika Serikat. Ukuran fatal atau tidak adalah soal siapa yang menang.
Untuk kasus Hillary dan Trump, pemenangnya terbalik. Hillary yang diprediksi menang, tapi Trump yang ternyata menang.
Untuk kasus Jabar dan Jateng, hasilnya sama. Yang menang pilkada sama dengan hasil survei terakhir. Pemenang Ridwan Kamil di Jabar dan Ganjar Pranowo di Jateng. Perbedaan hanya terjadi pada lonjakan dukungan Asyik di Jabar yang tetap kalah, dan Sudirman-Ida di Jateng yang juga tetap kalah.
Denny menjelaskan otopsi survei terakhir lembaganya. Lembaga lain tentu dapat menjelaskannya sendiri. Lonjakan Itu terjadi karena kombinasi beberapa variabel. Pertama, seminggu terakhir sebelum hari pencoblosan, terjadi mobilisasi dukungan yang efektif untuk Asyik di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng. Gerakan seminggu terakhir ini tak lagi terpantau oleh survei LSI Denny JA.
Survei terakhir Denny JA di Jabar dan di Jateng, mengambil data sebelum seminggu terakhir. Tentu survei tak bisa membaca apa yang belum terjadi.
Kedua, mobilisasi Asyik di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng berhasil mengambil mayoritas telak pemilih yang masih mengambang.
"Silakan ketik di google. Untuk kasus Jabar, survei terakhir LSI Denny JA mencatat suara yang masih mengambang sebesar 39 persen. Ini gabungan suara yang belum menentukan dan suara yang masih ragu," ujarnya.
Dalam survei itu, lanjut dia, dukungan untuk Asyik masih sekitar 8,2 persen. Berdasarkan data Quick Count, dukungan Asyik 6 hari kemudian setelah publikasi survei itu menjadi 28-29 persen. Ada kenaikan Asyik sebesar 20 persen.
LSI Denny JA menyimpulkan, dalam mobilisasi seminggu terakhir, Asyik berhasil mengambil 20 persen dukungan dari 39 persen suara mengambang. Asyik sendirian jitu mempengaruhi lebih dari 50 persen suara mengambang (20 persen dari 39 persen).
Soal Sudirman-Ida di Jateng, Denny mencontohkan survei pada 21 Juni di mana, Ganjar-Yasin 54 persen, Sudirman-Ida 13 persen.
"Cukup kita melihat itu saja, 54 persen + 13 persen, total hanya 67 persen. Karena hanya ada dua calon, suara yang mengambang sebanyak 100 persen- 67 persen sama dengan 33 persen," ujarnya.
Hasil Quick Count Denny JA, Sudirman Said enam hari setelah publikasi mendapat dukungan 41-42 persen. Ada lonjakan sebesar 28-29 persen. LSI Denny JA menyimpulkan, mobilisasi seminggu terakhir dari Sudirman-Ida berhasil membujuk 28-29 persen dari 33 suara pemilih yang masih mengambang. Gerakan seminggu terakhir ini sangat efektif.
Ketiga, penjelasan ini tentu diberikan dengan asumsi. Golput yang terjadi dalam pilkada Jabar terbagi secara proporsional. Quick Count LSI Denny JA mencatat Golput di Jabar sebesar 30.86 persen. Golput di Jateng sebesar 35.47 persen.
"Karena diasumsikan Golput terjadi secara proporsional atas masing masing calon, yang dianalisa hanya kerja mesin politik seminggu terakhir mengambil suara mengambang. Dan itu bisa dijelaskan. Semua data bisa dicek di google," katanya.
Sementara itu, Denny menjelaskan alasan Jabar dan Jateng yang heboh di antara 171 pilkada serentak tahun ini? Alasannya, karena di wilayah itu pilkada terasa pilpres. Dua kandidat, Asyik di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng sangat tegas posisinya. Jika menang mereka mengusung #2019GantiPresiden.
Kebetulan di dua wilayah itu pula, lonjakan dukungan Asyik dan Sudirman-Ida sangat luar biasa pada seminggu terakhir, yang tak lagi terpantau survei.
"Di wilayah lain, walau ada pula kontroversi, tapi tidak dimobilisasi sedemikian rupa karena tak terasa pilpres," ujarnya.
(mdk/rzk)