Menafsirkan pertemuan Megawati dan SBY
Banyak harapan dan penafsiran dari berbagai pihak melihat kedua tokoh itu bertemu. Termasuk spekulasi bakal munculnya kerjasama antara PDIP dan Demokrat.
Upacara penaikan bendera merah putih di Istana Merdeka dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke 72 terasa istimewa dengan hadirnya seluruh mantan presiden dan wakil presiden yang masih hidup. Di momen ini juga dua mantan presiden, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono bertemu dan bersalaman, suatu hal yang langka di tengah dinginnya hubungan kedua pemimpin partai itu.
Banyak harapan dan penafsiran dari berbagai pihak melihat kedua tokoh itu bertemu. Termasuk spekulasi bakal munculnya kerjasama antara PDIP dan Demokrat.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman menilai pertemuan Megawati-SBY bisa menjadi titik balik rekonsiliasi. Sebab, keduanya terkesan bermain 'kucing-kucingan' karena jarang bertemu bahkan dalam forum resmi kenegaraan. "Semoga pertemuan kemarin jadi titik balik menuju 'rekonsiliasi'," katanya melalui pesan singkat, Jumat (18/8).
Kendati demikian, Sohibul menganggap pertemuan Megawati-SBY tidak ada korelasi dengan potensi merapatnya Partai Demokrat. Pasalnya, hal tersebut menjadi hak masing-masing partai. "Rukun tidak berarti harus berada dalam satu kubu. Negarawan tetap bisa akur sekalipun berbeda kubu," pungkasnya.
Sedangkan Sekjen Partai Hanura Sarifuddin Sudding berharap pertemuan kedua ketua umum partai politik ini membawa angin sejuk pada Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 mendatang. "Iya supaya tidak terjadi pertentangan di masyarakat dan itu juga bisa membawa dampak psikologis terhadap masyarakat atau kader-kader partai kedua tokoh ini," katanya di Komplek Parlemen Senayan, Jumat (18/8).
Sudding menuturkan, alangkah baik jika pertemuan para mantan Presiden ini bisa dilakukan secara rutin guna membahas permasalahan negara. "Saya kira itu sangat baik sekali ketika ada satu pertemuan per triwulan, per bulan. Saya kira itu bagus sekali kita berharap begitu. Ada Pak SBY dan Bu Mega dan lain-lain itu bagus sekali," tukasnya.
Sedangkan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menyarankan agar pertemuan Mega-SBY ditindaklanjuti. Hal ini agar pertemuan antara Megawati dan SBY tidak dipandang hanya formalitas saja. "Partai Golkar berpandangan bahwa komunikasi politik, silaturahmi politik adalah keniscayaan, adalah sebuah tuntutan kebutuhan bangsa kita, sehingga hal ini perlu ditindaklanjuti," kata Idrus.
Dia menyarankan wujud tindak lanjut dari pertemuan Megawati-SBY bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan dialog kebangsaan antar pimpinan partai, tokoh bangsa dan tokoh agama. "Jadi harus ketemu, banyak bentuknya seperti dialog kebangsaan sesama pimpinan partai politik, tokoh bangsa, tokoh agama, perlu tindaklanjuti," terangnya.
Lebih lanjut, dia berharap pertemuan Megawati-SBY harus dilihat secara tulus untuk kepentingan bangsa meskipun keduanya sering berbeda pandangan politik. "Tetapi harus dilakukan atau dilihat sebagai pertemuan yang ikhlas tulus untuk kepentingan bangsa. Perbedaan politik boleh terjadi tetapi tetap harus bekerja untuk kepentingan bangsa," tandas Idrus.
Demikian juga dengan Ketua MPR yang juga ketua umum PAN Zulkifli Hasan menilai pertemuan itu memberikan sinyal positif bagi masyarakat. "Tentu itu akan membuat sinyal positif, rakyat menjadi sejuk, aman, tentram," kata Zulkifli.
Menurutnya, pertemuan itu menunjukkan meski Megawati-SBY kerap berbeda pandangan politik, bisa kembali bersatu saat HUT RI. "Kemarin bagus. Boleh berbeda beda partai, dukungan pilkada, beda-beda pandangan politik tapi kalau soal merah putih kita satu," tegasnya.
Sedangkan Politikus PDI Perjuangan Tb Hasanuddin mengatakan, peluang kerjasama antara PDIP dan Demokrat bisa saja terjadi pasca pertemuan Mega-SBY. Namun, dia menganggap pertemuan itu hanya silaturahmi tanpa harus melahirkan komitmen tertentu.
"Ya bisa saja tapi itu tidak harus ada komitmen. Silaturahmi itu ya silaturahmi sebagai bagian dari sunatullah harus kita laksanakan," kata Hasanuddin.
Dia mengaku bersyukur Megawati-SBY akhirnya bisa bertemu. Hal itu karena kedua tokoh itu terlihat jarang sekali bertemu dalam berbagai kegiatan. Oleh karenanya, dia menilai pertemuan itu merupakan langkah yang harus ditiru oleh semua pihak. "Kemarin itu syukur semuanya bisa hadir dan kelihatan damai lah, tenang. Ini sebuah contoh yang harus kita tiru bahwa kebersamaan harus membangun sebuah bangsa," tegasnya.
Ketua DPD PDIP Jawa Barat melihat keakraban antara Megawati dan SBY telah memberikan dampak positif lantaran hubungan keduanya terlihat renggang. "Saya kira begini, ini saat yang paling baik untuk sesuatu dimulai dari senyum dan salaman," tambahnya.
Baca juga:
Ketika para elite politik berharap Megawati-SBY kembali akur
PAN harap hubungan Mega-SBY tak lagi kaku usai bertemu di Istana
PKS sebut pertemuan Mega-SBY bisa jadi titik balik rekonsiliasi
Puan sebut pertemuan Mega dan SBY sebagai momentum jaga kerukunan
OSO lihat ketulusan salam SBY dengan Megawati
-
Mengapa Prabowo dan SBY ingin bertemu Megawati? Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginan untuk melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
-
Kapan Prabowo Subianto menghadiri Upacara HUT Polri? Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto hadir dalam upacara HUT Polri ke-78, Senin kemarin.
-
Apa yang dilakukan Prabowo Subianto dalam Upacara HUT Polri? Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto hadir dalam upacara HUT Polri ke-78, Senin kemarin.
-
Kapan Titiek Soeharto menjenguk Prabowo Subianto? Dalam keterangan unggahan beberapa potret yang dibagikan, terungkap jika momen tersebut berlangsung pada Senin (1/7) kemarin.
-
Apa yang ingin dilakukan Prabowo dan SBY terhadap Megawati? Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginan untuk melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
-
Siapa yang menculik Sukarno dan Hatta? Aksi ini dimulai saat para pemuda mendesak Sukarno untuk segera bertindak setelah Jepang menyerah pada sekutu. Sukarno Menolak Permintaan Para Pemuda Untuk Mengobarkan Revolusi dan Melawan tentara Jepang Sempat terjadi ketegangan saat seorang pemuda membawa senjata tajam dan seolah ingin mengancam Sukarno.