Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok
Apa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?
Berkali-kali Sukarno menyindir aksi para pemuda yang tengah terbakar semangat api revolusi ini.
Saat Sukarno Kesal Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok
Momen penculikan Sukarno-Hatta oleh para pemuda ke Rengasdengklok, tak bisa dilepaskan dari rangkaian sejarah menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Aksi ini dimulai saat para pemuda mendesak Sukarno untuk segera bertindak setelah Jepang menyerah pada sekutu.
-
Mengapa Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok? Dalam peristiwa ini, tokoh utama, yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, diculik dan dibawa ke Rengasdengklok oleh sejumlah tokoh muda.
-
Dimana Soekarno dipenjara? Di tahun 1929, orator ulung itu sempat ditawan Belanda karena gerakan pemberontakannya terhadap kolonialisme di Partai Nasional Indonesia (PNI).Ia diculik pasukan kolonial dan dijebloskan ke sebuah penjara kuno di Jalan Banceuy, bersama tiga tokoh lain, yakni R. Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI), Maskoen Soemadiredja (Sekretaris II PNI Bandung), dan Soepriadinata (Anggota PNI Bandung).
-
Kapan Soekarno diasingkan di Bengkulu? Masa pengasingan Soekarno mulai tahun 1938 sampai 1942 ini telah muncul jalinan asmara dengan Fatmawati setelah sang presiden aktif dalam kegiatan kepemudaan Bengkulu.
-
Di mana Ir. Soekarno diasingkan? Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
-
Apa nama asli Soekarno? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno.
-
Kapan Bung Karno diasingkan ke Bengkulu? Provinsi Bengkulu pernah menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno selama era sebelum kemerdekaan dalam rentang tahun 1938-1942.
Sukarno Menolak Permintaan Para Pemuda Untuk Mengobarkan Revolusi dan Melawan tentara Jepang
Sempat terjadi ketegangan saat seorang pemuda membawa senjata tajam dan seolah ingin mengancam Sukarno. Sukarno marah dan membentak pemuda tersebut.
Perdebatan itu Rupanya Belum Usai...
Para pemuda memutuskan untuk membawa SUkarno agar tidak dipengaruhi Jepang. Mereka membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok yang saat itu dianggap cukup tersembunyi dan sukar dilacak Tentara Jepang. Para pemuda juga merencanakan aksi bumi hangus dan revolusi melawan Jepang di Jakarta. Mereka beralasan Jakarta tidak aman sehingga para pemimpin harus diungsikan.
Tanggal 16 Agustus, Pukul 03.00 WIB, Para Pemuda Menculik Sukarno di Rumahnya
Untuk mengelabui Jepang, Sukarno disuruh mengenakan seragam tentara PETA. Fatmawati dan Guntur juga ikut. Di mobil lain, sudah ada Bung Hatta yang juga diculik oleh para pemuda.
Rombongan para pemuda bersenjata lengkap dan siap tempur itu berganti mobil dan berkali-kali pindah persembunyian. Akhirnya para pemuda memilih sebuah rumah milik petani keturunan Tionghoa bernama Djiauw Kie Siong.
Bung Karno melukiskan rumah itu. Ukurannya cukup besar, namun kondisinya tidak begitu baik. Dia bertanya pada pengawalnya, kenapa rumah ini yang dipilih? Jawabannya karena hanya rumah milik petani Tionghoa ini yang cukup besar untuk menampung rombongan tersebut.
Para Pemuda Berniat 'Meminjam' Rumah itu Untuk Beberapa Hari
Bung Karno melihat dengan patuh seluruh keluarga Djiauw meninggalkan rumah dengan bayi-bayi mereka. Dia juga melihat para pemuda berjaga di sekitar rumah dan jalan dengan senapan dan sangkur terhunus. Di sana mereka menunggu dengan jemu kabar Jakarta yang akan diserang dan dibumihanguskan para pemuda.
Hingga sore hari, tak ada kabar. Tiba-tiba munculah Ahmad Subardjo untuk menjemput Bung Karno dan Bung Hatta. Seluruh Jakarta kebingungan karena dua pemimpin ini hilang. Tidak ada revolusi yang dijanjikan para pemuda.
Rombongan pun Kembali ke Jakarta
Ada kejadian lucu saat memasuki Klender. Ada kobaran api di kejauhan. Seorang pemuda bernama Sukarni bersorak, menduga aksi bumi hangus telah dimulai. Namun setelah didekati, ternyata hanya petani membakar jerami di sawah. Bung Karno mengejek Sukarni "Inikah revolusimu? Tidak ada pemberontakan, ini hanyalah seorang Marhaen yang membakar jerami."
Sampai di Jakarta, hari sudah malam. Bung Karno dan Bung Hatta kemudian menuliskan naskah teks Proklamasi di rumah Laksamana Maeda yang akan dibacakan pada pagi harinya. 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka.