Tentara Israel Akui Sengaja Bantai Warga Sipil di Gaza, Dari 200 yang Dibunuh Hanya 10 Mayat Terkonfirmasi Hamas
Ada kawasan yang mereka sebut 'garis mayat', di mana tentara penjajah Israel bebas menembak siapa pun.
Kebrutalan pasukan Israel di Gaza diakui sendiri oleh tentara yang pernah diterjunkan ke wilayah Palestina tersebut. Baru-baru ini, para tentara cadangan yang ditempatkan di Koridor Netzarim, jalan yang dibangun baru-baru ini yang memisahkan Gaza utara dan Selatan.
Para tentara cadangan ini diperintahkan "menembak siapa pun" yang mereka lihat mendekat ke koridor yang disebut "area pembunuhan" itu.
"Ada garis utara Koridor Netzarim yang disebut 'garis mayat', dan warga Gaza sangat paham artinya. Di area ini, orang Palestina ditembak tanpa pandang bulu, dan jasad mereka ditinggalkan agar dimakan anjing," jelas seorang komandan Divisi 252 kepada Haaretz.
“Area pembunuhan adalah jangkauan sasaran penembak jitu… Kami membunuh warga sipil di sana, dan mereka dianggap sebagai teroris,” tambahnya, dikutip dari The Cradle, Kamis (19/12).
Dia mengungkapkan, ada “persaingan” antara divisi tentara berbeda yang menduduki koridor timur-barat.
“Jika Divisi 99 membunuh 150 orang, maka barisan berikutnya akan mencoba mencapai (membunuh) 200 orang.”
“Siapapun yang mendekati garis pada saat itu dianggap sebagai ancaman – dan tidak diperlukan izin menembak.”
Kekejaman Tak Terbatas
Haaretz melaporkan, banyak komandan dan tentara baik permanen maupun cadangan memberikan kesaksian tentang “kekuasaan tak terbatas” yang diberikan kepada komandan divisi dalam beberapa bulan terakhir.
Selain itu, mereka yang diwawancarai mengatakan tentara sering bertindak sebagai “milisi bersenjata independen, tanpa undang-undang, setidaknya tidak sesuai dengan perintah IDF (Pasukan Penjajah Israel)”.
“Kami membunuh seorang anak laki-laki, mungkin berusia 16 tahun. Ketika (tentara lain) berkomentar dan mengatakan bahwa dia tidak bersenjata dan sepertinya hanya warga sipil … komandan berkata: 'Bagi saya, siapa pun yang melewati batas adalah teroris, tidak ada diskon, tidak ada warga sipil. Setiap orang adalah teroris," kenang tentara lainnya.
Para tentara juga diperintahkan komando militer untuk memotret mayat-mayat yang telah mereka bunuh dan mengumpulkan rincian korban tewas untuk keperluan intelijen militer guna memverifikasi apakah para korban adalah “teroris.”
“Dalam praktiknya, dari 200 orang yang terbunuh dalam pengujian, hanya sepuluh yang diverifikasi sebagai aktivis Hamas yang diakui. Tapi siapa yang peduli dengan pemberitaan bahwa kami membunuh ratusan teroris?” jelas tentara cadangan tersebut.
Tolak Patuhi Perintah
Setiap orang Palestina yang selamat dibawa ke “kandang” di mana mereka dibiarkan telanjang sampai penyelidik militer tiba untuk menentukan apakah orang tersebut adalah “teroris,” dan sering kali mereka menginterogasi mereka dengan todongan senjata.
Pada Juni, puluhan tentara cadangan Israel menandatangani surat protes yang mengatakan mereka tidak akan mematuhi seruan pemerintah terhadap Gaza, dengan alasan kekejaman yang dilakukan di sana.
“Mengatakan bahwa kami adalah tentara paling bermoral di dunia berarti menghilangkan tanggung jawab dari para prajurit yang tahu persis apa yang kami lakukan di sana,” kata seorang komandan cadangan senior yang baru saja kembali dari tugas di Koridor Netzarim kepada Haaretz.
“Mereka tidak ingin mendengarkan tentara kami, mengabaikan fakta bahwa kami telah berada di tempat selama lebih dari satu tahun di mana tidak ada aturan, di mana nyawa manusia tidak ada artinya, dan ya, kami para komandan dan pejuang mengambil bagian dalam kengerian yang terjadi di Gaza. Dan sekarang – Anda akan menghadapinya juga.”