Tentara Israel Mengaku Jika Merasa Bosan Mereka Tembaki Warga Palestina di Gaza Sesuka Hati, Biarkan Mayat-Mayat Berserakan di Jalan
Mereka juga sengaja membakar dan menghancurkan rumah warga sipil agar tak bisa lagi dihuni.
Mereka juga sengaja membakar dan menghancurkan rumah warga sipil agar tak bisa lagi dihuni.
-
Apa yang dilakukan tentara Israel di Gaza? Salah seorang pengguna media X menyebutkan bahwa operator D-9 yang sama, yaitu Guy Zaken dan Eliran Mizrahi yang bunuh diri baru-baru ini, sebelumnya sempat diwawancarai pada April 2024.
-
Bagaimana tentara Israel melemparkan mayat warga Palestina? Video tersebut memperlihatkan tiga tentara memanjat ke atas atap, memegangi mayat-mayat dan melemparkannya satu per satu dari atas atap.
-
Mengapa tentara Israel mengeksekusi warga Palestina? Kejahatan ini, mencerminkan bagaimana Israel menghalangi warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara.
-
Mengapa Israel serang Gaza? Peristiwa Nakba tidak hanya meninggalkan trauma dan kehilangan bagi warga Palestina, tetapi juga menjadi akar dari konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina.
-
Apa yang dilakukan Israel di Gaza? Negara muslim ini diprotes warganya karena menerima kapal perang negeri zionis yang kini sedang membunuhi warga Gaza Palestina.
Tentara Israel Mengaku Jika Merasa Bosan Mereka Tembaki Warga Palestina di Gaza Sesuka Hati, Biarkan Mayat-Mayat Berserakan di Jalan
Pasukan penjajah Israel yang dikerahkan ke Jalur Gaza diberi wewenang untuk “menembaki warga Palestina sesuka hati, termasuk warga sipil,” dan telah mengubah Gaza menjadi “lanskap yang dipenuhi mayat". Demikian diungkapkan +972 Mag dalam laporannya pada Senin (8/7).
Jurnalis majalah berita yang berbasis di Tel Aviv itu mewawancarai enam tentara Israel yang pernah ditugaskan dalam agresi brutal ke Gaza.
Para tentara ini mengungkap bagaimana tentara Israel "secara rutin membunuh warga sipil Palestina" hanya karena mereka memasuki daerah yang ditetapkan sebagai "zona terlarang" (no-go zones).
"Ada kebebasan penuh dalam bertindak," kata tentara yang tak disebutkan namanya dan ditulis B.
"Jika ada perasaan terancam, tidak perlu penjelasan, Anda hanya menembak," lanjutnya, dikutip dari The Cradle, Selasa (9/7).
Ketika para tentara melihat seseorang mendekat, mereka diizinkan untuk menembak langsung menyasar badan orang tersebut, bukan menembak ke udara sebagai peringatan, jelas B.
"Diizinkan untuk menembak siapapun, anak perempuan kecil, seorang nenek-nenek," lanjutnya.
B mengingat insiden pada November 2023 ketika para tentara membunuh 15 sampai 20 warga Palestina termasuk anak-anak, yang salah jalur ketika menyelamatkan diri di mana terjadi baku tembak di dekat sebuah sekolah.
"Siapapun yang pergi ke (arah) kanan dibunuh. Ada tumpukan mayat," ungkapnya.
Tentara lainnya, S, mengatakan seorang rekan tentaranya menembak dan membunuh satu keluarga Palestina hanya karena mereka berjalan di dekat markas tentara yang dijaga.
"Pertama-tama, mereka mengatakan 'empat orang'. Ternyata dua anak-anak dan dua orang dewasa, dan ternyata, itu ada seorang pria, seorang perempuan, dan dua anak-anak. Anda gambarkan saja sendiri bagaimana," kata S.
A, seorang perwira yang bertugas di Direktorat Operasi Angkatan Darat menyampaikan dia seharusnya mendapatkan izin sebelum melakukan penembakan di “rumah sakit, klinik, sekolah, lembaga keagamaan, (dan) gedung organisasi internasional.”
Namun dalam praktiknya, “Saya dapat mengandalkan satu sisi kasus-kasus di mana kami diminta untuk tidak menembak. Bahkan untuk hal-hal sensitif seperti sekolah, (persetujuan) terasa hanya formalitas.”
"Semangat di ruang operasi adalah 'Tembak dulu, ajukan pertanyaan nanti.' Itu sebuah konsensus. Tidak perlu menangis jika kami menghancurkan sebuah rumah yang seharusnya tidak penting, atau jika kami menembak seseorang yang hatusnya tidak perlu kami tembak," lanjut A.
“Perasaan di ruang perang, dan ini adalah versi yang lebih lunak, adalah bahwa setiap orang yang kami bunuh, kami anggap dia sebagai teroris… Tujuannya adalah untuk menghitung berapa banyak (teroris) yang kami bunuh hari ini.”
Para tentara ini bersaksi bahwa di seluruh Gaza bertebaran mayat-mayat warga Palestina yang berpakaian sipil di jalan-jalan dan lapangan terbuka.
"Seluruh wilayah itu penuh mayat," kata S, seorang tentara cadangan.
Seorang sumber militer yang berkunjung ke Gaza mengatakan kepada +972, tentara Israel membunuh pengungsi Palestina yang berusaha kembali ke rumah-rumah mereka.
"Di dekat markas tentara antara utara dan selatan Jalur Gaza, kami melihat sekitar 10 mayat ditembak di kepala, rupanya oleh seorang sniper (penembak jitu), (tampaknya ketika) berusaha kembali ke utara," jelas sumber ini.
"Mayatnya membusuk; ada sekawanan anjing dan kucing mengelilingi mereka," cetusnya.
Tentara penjajah Israel juga mencegah warga Palestina kembali ke rumah mereka dengan membakar dan menghancurkan rumah tersebut setelah mendudukinya.
Tentara S mengatakan kebijakan itu berbunyi "jika kalian berpindah, kalian harus membakar habis rumah tersebut."
"Sebelum kalian pergi, kalian bakar rumah itu - setiap rumah," sambung tentara B.
"Ini didukung di tingkat komandan batalion. Ini agar (warga Palestina) tidak dapat kembali, dan jika kita meninggalkan amunisi atau makanan, para teroris tidak akan dapat menggunakannya.”