Jurnal Ilmiah Ternama Inggris Ungkap Korban Genosida Israel di Gaza Capai 186.000, Lima Kali Lipat Lebih Besar dari Angka Resmi
Angka ini di luar korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan akibat serangan brutal penjajah Israel.
Angka ini di luar korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan akibat serangan brutal penjajah Israel.
-
Bagaimana genosida Gaza terjadi? Prof Goldberg mengatakan pemerintah Israel, militer, dan media memperlihatkan niat yang sangat jelas untuk menghancurkan Gaza.
-
Siapa yang menjadi korban pembantaian di Gaza? Jumlah korban tewas yang tercatat resmi mencapai 32.975 orang pada hari Rabu. Namun, angka ini hanya mencakup warga Palestina yang jenazahnya tiba di rumah sakit, sementara sekitar 7.000 lainnya masih hilang.
-
Siapa korban dari kekejaman Israel? Avni adalah seorang pawang anjing di penjara Ofer yang terkenal dengan pengamanannya yang ketat, salah satu dari banyak penjara Israel di mana warga Palestina menghadapi penyiksaan dan penganiayaan yang kejam.
-
Siapa yang mengungkapkan kebiadaban Israel di Gaza? Baru-baru ini, lembaga pemantau HAM Eropa, Euro-Med Monitor mengungkapkan kebiadaban Israel yang sangat di luar akal manusia.
-
Dimana pembantaian di Gaza terjadi? Angka-angka tersebut dirilis oleh Kantor Media Pemerintah Gaza kemarin.
-
Apa yang dilakukan Israel di Jalur Gaza? Israel secara diam-diam mendanai kampanye propaganda besar-besaran untuk menargetkan masyarakat Amerika Serikat terkait agresi brutal mereka di Jalur Gaza, Palestina.
Jurnal Ilmiah Ternama Inggris Ungkap Korban Genosida Israel di Gaza Capai 186.000, Lima Kali Lipat Lebih Besar dari Angka Resmi
Jurnal kedokteran ternama Inggris, The Lancet memperkirakan jumlah korban kebrutalan Israel di Jalur Gaza, Palestina bisa mencapai 186.000 jiwa. Angka ini hampir lima kali lipat lebih besar dari data resmi otoritas Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah kematian akibat genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 mencapai 38.153.
Dalam sebuah surat yang ditulis para ahli dan diterbitkan Lancet, angka 186.000 tersebut tidak termasuk orang-orang yang masih terkubur di bawah reruntuhan maupun kematian tidak langsung yang disebabkan penghancuran Israel atas distribusi makanan, sistem kesehatan dan sanitas di Gaza.
"Total korban jiwa diperkirakan besar mengingat intensitas konflik ini; infrastruktur perawatan kesehatan yang hancur; kelangkaan parah makanan dan air, serta tempat berlindung; ketidakmampuan populasi untuk melarikan diri ke tempat-tempat aman; dan hilangnya pendanaan UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina), salah satu dari sedikitnya organisasi kemanusiaan yang masih aktif di Jalur Gaza," jelas surat tersebut, seperti dikutip dari Middle East Eye, Selasa (9/7).
Para ahli dalam surat tersebut juga memperkirakan jumlah jasad yang masih terkubur di bawah reruntuhan bisa mencapai 10.000, karena 35 persen bangunan di Gaza telah dihancurkan, berdasarkan data PBB.
Mengutip pemantau transparansi Airwars, yang melakukan investigasi detail terkait korban sipil di wilayah konflik, nama-nama korban yang dapat diidentifikasi kerap tidak disebutkan di dalam daftar kematian kementerian kesehatan Gaza. Pengumpulan data oleh kementerian tersebut menjadi sangat sulit.
Mengutip pemantau transparansi Airwars, yang melakukan investigasi detail terkait korban sipil di wilayah konflik, nama-nama korban yang dapat diidentifikasi kerap tidak disebutkan di dalam daftar kematian kementerian kesehatan Gaza. Pengumpulan data oleh kementerian tersebut menjadi sangat sulit.
Kehancuran banyaknya infrastruktur berarti harus menggantukan informasi dari sumber media dan saksi pertama untuk memperbarui data atau angka korban jiwa.
“Perubahan ini pasti menurunkan data rinci yang dicatat sebelumnya,” kata surat itu, seraya menambahkan bahwa kementerian kini melaporkan secara terpisah jumlah jenazah tak dikenal di antara total korban tewas.
Surat itu juga mendesak gencatan senjata secepatnya dan distribusi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Selain itu, surat itu juga menekankan perlunya secara akurat mencatat "skala dan sifat penderitaan" di Gaza.
"Mendokumentasikan skala sebenarnya sangat penting untuk memastikan pertanggungjawaban historis dan mengakui dampak penuh perang. Ini juga merupakan persyaratan hukum," pungkas surat tersebut.